#TanpaNama : Akhir Perjalanan
PROLOG
"Aaaarrrggh. Sakit. Sakit. Huuhuh. Huuhuh. Aaaarrrggh." teriak Mirah saat persalinannya.
"Tarik napas Ibu, sedikit lagi. Sedikit lagi. Ayo, ibu sekarang..," ucap dokter spesialis kandungan yang memberi semangat.
"Aaaarrrggh. Kak Bara. Aaarrrggh....," teriak Mirah sambil menggenggam kasar lengan Sang Suami.
Bara yang selalu mendampingi sang Istri saat melahirkan pun, setia dan bersedia menerima semua tindakan Mirah kepada tubuhnya karena menahan sakit.
"Maafkan aku sayang. Aku yang berbuat, kamu yang menanggungnya sekarang. Aku mencintaimu Mirah." batin Bara sedih, saat melihat Sang Istri yang sangat kesakitan dan berjuang saat melahirkan.
"Aaarrrggghh...," teriak Mirah sekali lagi dan kemudian sesosok makhluk mungil dengan kulit merah bersihnya keluar.
"Huuueee. Huuueee...," tangis bayi mungil tersebut.
"Hehehehe. Selamat Ibu Mirah, Bapak Bara. Atas kelahiran putri kecilnya. Anggota tubuhnya lengkap Ibu, Bapak dan juga sehat." ucap Dokter yang membantu persalinan tersebut.
Wajah Bara lalu berubah sumringah dan pelupuk matanya dipenuhi oleh air mata.
Perlahan air mata itu menetes dan kemudian Bara juga melihat Mirah yang sangat lemas dan penuh dengan peluh.
"Hah. Hah. Boleh saya menggendongnya dok?" tanya Mirah dengan napas yang tersengal.
"Tentu Bu. Sebentar." ucap Sang Dokter sambil menyelimuti bayi mungil itu dengan selimut bayi.
Lalu dengan perlahan dokter tersebut menyerahkan bayi mungil itu ke dalam dekapan Mirah.
"Hai sayang. Selamat datang. Terimakasih ya. Kamu lahir dengan sehat. Mama dan Papa ada disini." ucap Mirah sambil mengelus pipi bayinya itu.
"Hai. Princessnya Papa.Terimakasih ya nak. Kamu lahir dengan sehat dan Mama juga selamat. Papa sayang kamu nak." ucap Bara juga sambil mengelus sang anak.
"Terimakasih Sayang. Terimakasih atas perjuanganmu. Melahirkan putri kecilku. Maaf, karena perbuatanku, kamu menanggung sakit yang sangat lama. Cup.Cup." ucap Bara dengan cukup sedih sambil meneteskan air mata dan menciumi kening Mirah.
"Hehehhehe. Kalau kamu nggak berbuat, kita nggak akan punya princess mungil ini kak." jawab Mirah sambil tersenyum.
Semua tim medis yang masih ada di ruangan bersalin tersebut pun, ikut tertawa kecil dan tersenyum mendengar percakapan pasangan suami istri muda tersebut.
"Baik Ibu, boleh kami membersihkan putrinya dulu dan juga kami akan melanjutkan untuk membersihkan bagian intim Ibu, juga menjahitnya. Untuk ari - ari nya sebentar lagi, akan kami serahkan kepada Bapak Bara untuk nanti bisa dikuburkan." jelas Sang Dokter.
"Baik dok. Sayang, kamu dibersihin dulu ya. Nanti kita ketemu lagi. Cup." ucap Mirah pada Sang Anak sambil mencium kening bayi mungil itu.
Lalu Sang Anak menggeliat sesaat dan tersenyum.
Mirah kemudian kembali menyerahkan Sang Anak pada perawat.
...----------------...
"Mana cucu Tita? Awwwwawwww. Ini, cucu cantik Tita?" ucap Mami Bara dengan nada suara lucu, lalu meraih Sang Cucu dan lalu menggendongnya.
"Adddduuuhhh. Cantiknya. Siapa nama kamu nak?" tanya Mami Bara kepada Sang Cucu.
"Kinanti Bulan Putri Bara." jawab Bara sambil memandang Mirah yang juga sudah memandang Sang Suami dengan senyum manisnya.
"Waahh. Nama yang cantik, secantik wajahmu ya nak." ucap Mami Bara yang masih menggendong dan mengayunkan pelan Kinanti dalam gendongannya.
"Mirah, Bara. Selamat ya. Terimakasih Mirah, kamu sudah selamat dan sehat begitupun dengan Kinanti. Terimakasih juga sudah memberikan Papi dan Mami. Cucu yang sangat cantik dan juga lucu." ucap Papi sambil memeluk pundak Bara dan juga menggenggam tangan Sang Menantu.
"Sama - sama Pi." ucap Mirah dan Bara bersamaan.
Namun, kebahagiaan keluarga kecil Mirah dan Bara lagi - lagi terganggu.
Setelah kira - kira selama 5 hari di rumah sakit, Mirah beserta Kinanti sudah kembali ke rumah mereka.
"Hueee. Hueee." suara tangis Kinanti terdengar sangat keras dari CCTV baby, yang ada di atas meja dekat tempat tidur Mirah.
Bara kemudian membuka mata tiba - tiba, lalu dengan gerakan perlahan dia menggeser tubuhnya dan bangun dari tempat tidur.
Lalu berjalan dengan sedikit berjinjit, agar Sang Istri tidak bangun.
Setelah berhasil keluar dari kamarnya, lalu dia masuk dengan cepat ke kamar Sang Putri.
"Adddduuuhh. Dddduhhh. Anak Papa. Kenapa cayang, heum? Aus ya? Cebental ya. Papa ambil cucumu duyu." ucap Bara jenaka, sambil sudah menggendong Kinanti dan dengan cepat mengambil botol ASI dari kulkas khusus yang sudah disiapkan di kamarnya.
"Mana - mana, anak Papa yang cantik. Mana anak Papa yang manis. Nguuueeeenggg." ucap Bara sambil memainkan sesaat botol ASI tersebut sebelum akhirnya dimasukkan dengan alat bantu dot ke mulut Kinanti.
Seketika anak kecil tersebut berhenti menangis dan dengan lahapnya menyedot ASI Sang Ibu.
"Aus ya cayang. Aus ya. Nina bobok. Ohhh, nina bobok. Kinanti Papa cantik disayang Papa. Ik, Ungg." ucap Bara sambil menyanyikan lagu tidur yang digubah liriknya, menjadi lebih imut dan lucu.
Lalu Kinanti yang sedang menyedot dan mendengar Sang Ayah bernyanyi dengan lirik dan nada yang lucu pun, seketika tersenyum dan tertawa geli.
"Engh. Aaakkkk. Akkk." suara Kinanti yang tertawa geli.
"Eeeehhh. Eeehhh. Anak Papa tetawa dia. Tetawa dia. Lagi - lagi ya." ucap Bara kepada Kinanti yang kemudian mengulang beberapa kali nyanyiannya, hingga susu Sang Anak habis dan kembali tertidur pulas.
Setelah melihat Sang Anak tertidur di gendongannya, dengan gerakan perlahan dan masih bernyanyi. Diletakkan kembali Kinanti di dalam ranjang bayinya.
"Tidur yang nyenyak ya nak. Mimpi yang indah. Cup. Cup." ucap Bara berbisik sambil kemudian menciumi wajah Sang Anak beberapa kali.
Bara kemudian berjalan dengan pelan keluar dari kamar Sang Anak, pria itu berjalan mundur dan kemudian menutup pintu kamar anaknya.
Ceklek...
Suara gagang pintu yang ditutup.
"Pa." panggil Mirah dari belakang Bara.
"ASTAGA MAMA! Bikin Papa kaget aja. Kok kamu udah bangun, kan masih malam? tanya Bara sambil menarik pinggang Sang Istri dan mendekatkan ke arah tubuhnya.
"Ini udah jam 6 pagi Papa sayang, tapi kayaknya diluar lagi mendung. Jadi keliatan masih gelap." jelas Mirah.
"Astaga. Aku ada rapat pagi ini jam 7. Ya udah. Aku siap - siap dulu ya, sayang. Oh iya, Kinan baru aja tidur. Tadi habis 2 botol susunya. Cup. Aku mandi dulu ya." ucap Bara yang mencium singkat bibir Mirah dan langsung pergi menuju kamarnya lagi.
"Hehmmm. Terimakasih Tuhan. Engkau mempertemukan aku dengan laki - laki seperti Kak Bara, yang juga sudah memberikan hamba seorang putri kecil nan cantik." gumam Mirah dengan senyum manisnya saat memandang Sang Suami berlalu dari hadapannya, lalu dia pun kemudian langsung menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan.
...----------------...
"Sayang. Nanti aku pulangnya agak siang ya. Hari ini, kebetulan aku ada meeting sama 2 klien penting." ucap Bara disela sarapan pagi mereka.
"Iya kak. Oh iya, nanti aku juga ada kelas pagi online. Nggak lama juga. Paling, pas Kinan bangun. Kelasku udah selesai." jelas Mirah.
"Hehmmmm. Ngeliat kalian, jadi ngingetin Mami. Awal - awal nikah sama Papi mu dan kamu baru lahir. Persis seperti Kinan sekarang. Jadi pengen balik ke masa - masa itu." ucap Mami dengan wajah iri nya.
"Jangan Mi. Ntar yang ada, aku Mami masukin lagi ke dalam perut. Kasian Kinan lah, Bapaknya ilang." jawab tengil Bara.
"Issshhh. Kamu." ucap Mami yang sedikit kesal dengan jawaban Bara.
"Ya udah. Aku berangkat ya sayang. Cup. Berangkat ya Mi, bilangin Papi juga." pamit Bara sambil mengecup kening Sang Istri juga Sang Ibu.
"Iya. Hati - hati ya nak. Kerja yang rajin, biar dapet duit banyak. Buat jajanin Mirah, Kinanti dan Mami. Hehehhe." ucap Sang Mami tak kalah tengil.
"Sssiiipp. Boss." jawab Bara sambil langsung berlalu dari meja makan pagi itu.
"Nak, manti biarin Mami yang masak makan siang bareng Mbok Nam. Kamu kuliah aja, nanti Kinan juga biar Mami aja yang ngelonin kalau bangun ya." jelas Sang Mertua pada Mirah.
"Nggak pa - pa Mi. Aku kelasnya juga sebentar, Kinan nanti baru bangun lagi sekitar jam 9an. Mami nanti capek loh." ucap Mirah.
"Ada Bunda juga Mirah." ucap Bunda yang tiba - tiba hadir di ruang makan pagi itu.
"Eeeehh, besan favorit aku. Duduk - duduk Nara." ucap Mami yang langsung menarik sebuah kursi di dekatnya.
"Mbak, biar aku saja yang jaga Kinan. Mbak kan juga repot." ucap Bunda.
"Ck. Nggak Nara, atau gini aja. Kita jaga berdua aja Nara. Biar Kinan seneng. Ada dua neneknya yang jagain." ucap Mami memberi usulan.
"Wah. Ide bagus itu mbak. Hehehehehe." jawab Bunda yang menyetujui ide Mami.
Mirah hanya tersenyum gembira melihat Mertua dan Ibu nya bisa rukun juga akur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments