Mirah berjalan pelan menuju ke ranjang Sang Anak. Gadis kecil itu terlihat tertidur pulas dengan tarikan napasnya yang teratur serta wajah putih kemerahannya yang terlihat bersih.
Mirah lalu duduk di samping ranjang tersebut, menaruh dagunya di pinggiran ranjang Sang Anak, menatap lekat bayi mungilnya. Hingga tidak terasa air matanya mengalir pelan ke pipinya.
"Kinan sayang. Maafkan Mama ya nak. Mama, Mama gagal melindungimu nak. Hiks. Hikss." ucap perlahan Mirah sambil menahan isak tangis agar Sang Anak tidak terbangun.
Diluar ruangan Bara yang baru akan melintasi kamar Sang Buah hati, menghentikan langkahnya setelah dilihat pintu kamar Kinanti terbuka. Pria muda itu lalu berjalan pelan dan mengintip sedikit ke dalam ruangan tersebut, setelah melihat Sang Istri yang termangu di pinggir ranjang Sang Anak. Dengan satu tangan yang dimasukkan ke saku celananya, Bara berjalan masuk.
"Ma, kenapa disini? Heum?" tanya Bara dengan suara berbisiknya sambil kemudian memijit kedua pundak Sang Istri.
Lalu Mirah menyeka sisa air matanya dan kemudian mencoba membangunkan sedikit tubuhnya agar duduk tegak kembali.
"Sayang, kenapa kamu nangis, heum?" tanya Bara kembali yang kemudian berjongkok di samping Sang Istri.
"Ini semua salahku Pa. Kinanti jadi terkena kutukan, karena kecerobohan ku di masa lalu. Hiks. Aku, hiks. Aku bukan Ibu yang baik. Hiks. Hiks." ucap sesal Mirah dengan tangisnya yang tertahan.
Lalu Bara berdiri dengan lututnya dan menarik tubuh Sang Istri untuk kemudian dipeluk erat.
"Mama sayang. Ini bukan salahmu, ini semua karena Reo dan juga takdir. Kalau mau mencari orang yang paling salah. Bukan kamu, tapi aku. Aku tidak bisa jadi Suami apalagi Ayah yang baik untukmu dan juga Kinan. Tolong sayang, jangan menyalahkan dirimu terus - menerus. Seperti kata Eyang, masih ada solusi. Kamu ingat, kita juga punya kekuatan istimewa. Jika terjadi sesuatu pada Kinan sebelum umurnya 21 tahun. Aku selalu siap melindungi keluarga kecil kita. Heummm? Jadi, hapus air matamu. Aku nggak suka ngeliat kamu sedih. Kamu menikah denganku, untuk aku buat jadi bahagia. Bukan merasa susah apalagi sedih." jelas Bara yang sudah membantu menghapus air mata yang kembali menetes di pipi tembam Mirah.
"Cup. Terimakasih banyak Kak Bara cintaku. Aku memang tidak salah menilai orang. Kamu yang terbaik." ucap Mirah sambil mencium singkat bibir Sang Suami.
----------------
ADEGAN 21+++
"Emmmm. Emmmm. Iyah. Trus Tuan. Iyah. Owhhh. Hisap. Hisap. Tuan." ucap seorang wanita cantik nan langsing dengan mendesah dan menggeliat - geliat diatas tempat tidur besar nan mewah.
"Sluurrrppp. Ssluurrrpppp. Emmm. Manis. Sangat manis. Engh. Engh. Engh." ucap seorang lelaki tampan yang berada di bagian bawah lubang surgawi wanita cantik itu, sambil menyeka bibirnya yang baru saja menghisap dan menjilat cairan yang keluar dari lubang tersebut.
"Tusuk Tuan. Ayo, cepat tusuk Tuan. Aku sudah. Ahhh. Nggak tahan. Ahh...!" ucap Sang wanita yang masih menggeliat menahan hasratnya dan seluruh wajah serta tubuhnya yang penuh dengan keringat juga merasa sangat panas.
"Hehehheehe. Engh. Engh. Engh...!" tawa kecil pria itu yang langsung memasukkan dengan langsung keperkasaannya ke dalam lubang Sang Wanita.
Pria itu lalu memajukan, memundurkan dan menggesek - gesek rudalnya hingga membuat wanita itu sangat puas.
Lalu Si Pria membangunkan tubuh wanita tersebut dan memangkunya dengan senyum miring terkembang diwajahnya.
"PUASKAN AKU LEBIH, CANTIK!! AAAARRRRRRGGGHHHH." ucap bengis pria itu tiba - tiba dengan menghisap jiwa Sang Wanita itu melalui lubang mulutnya.
"AAAAKKKHHHHH." teriak kesakitan Sang Wanita hingga tubuhnya lemas dan kemudian terjatuh ke atas kasur mewah tersebut.
Pria tersebut kemudian menjilati bagian pinggir bibirnya setelah selesai menghisap jiwa wanita itu. Lalu dengan perlahan dikeluarkan keperkasaannya dari lubang wanita tersebut.
"Hehehehe. Sungguh makanan yang nikmat!" ucap pria itu yang sudah bangun dari tempat tidur sambil melirik kearah wanita tadi yang sudah meregang nyawa. Kemudian dengan gerakan santai dipakai kembali pakaian dalamnya.
Tok...
Tok...
Suara pintu yang diketuk.
"MASUK!!" ucap pria tadi.
"Selamat Siang Bos." sapa orang yang mengetuk pintu dan berdiri di ambang pintu.
"Ohhh, Wijaya.Tolong bereskan, ganti semua yang ada di kamar ini. Kemudian, temui saya di ruang kerja." perintah pria tersebut.
"Baik Bos." jawab Pak Wijaya yang kemudian mengambil ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.
Sedangkan pria tadi sudah berjalan keluar hanya dengan mengenakan pakaian dalam dan selembar kain kimono yang menutupi sebagian tubuh kekarnya.
Dia terus berjalan dan memasuki sebuah ruangan yang luas serta dihiasi interior bak ruangan kerajaan.
Pria itu kemudian menghampiri sebuah lemari kayu yang diatasnya sudah tertata beberapa gelas dan juga minuman beralkohol, dituangkan minuman tersebut di sebuah gelasnya namun tidak penuh. Kemudian dia melanjutkan langkahnya menuju sebuah kursi besar dan tinggi. Pria tersebut lalu duduk dengan santai.
Dari belakang Pak Wijaya pun mengikutinya, masuk ke dalam ruangan tersebut dan menutup pintunya. Pria tua itu lalu berdiri agak jauh dari tempat pria muda itu duduk.
"Bagaimana Wijaya?" tanya pria tersebut sambil sesekali meneguk minumannya.
"Seperti yang sudah saya informasikan tadi. Kita sudah menandatangani proposal kerjasama dengan perusahaan milik Bara Adi Putra. Kalau boleh saya tau, kenapa Bos sangat tertarik dengan perusahaan e - Commerce kecil dan juga baru, milik Bapak Bara?" jelas dan tanya Pak Wijaya.
"Hehehheehe. Wijaya. Wijaya. Untuk mendapat hewan buruan, pemburu harus berada dekat dengan targetnya. So, kita akan membuat perusahaan Bara bergantung dengan perusahan kita melalui dana investasi. Begitu mereka sudah sangat bergantung. Disanalah, kita bisa melakukan apapun sesuka kita. Hahahhahaha." jelas pria muda itu dengan tatapan tajam nan licik.
"Baik bos. Jika tidak ada lagi yang bisa saya bantu. Saya permisi dulu." jawab Pak Wijaya yang kemudian undur diri.
Lalu pria muda itu memutar kursinya dan sudah menghadap keluar jendela besar nan tinggi di depannya.
"Hewan buruan yang siap diburu. Hehehhehe." gumam pria itu sambil mengangkat gelasnya dan melakukan tos di udara dengan senyum miring yang terbentuk di wajah tampannya.
----------------
"Eeeehhhh, siapa ini? Si Cantik, ponakan Tante Ratih. Uyuuuuyyuuu. Eh, eh. Cenyum dia, cenyum dia...!" ucap Ratih ketika sudah menggendong Kinanti dan bermain bersamanya.
"Minumanmu Mir." ucap Yuki sambil meletakkan minuman Mirah.
"Thankyou Ki.Oh iya, selamat Ratih cintaku. Atas pertunangan kalian. So, soorry...Pas banget sama persalinannya Kinan." jelas Mirah.
"Ya ammpunnn Mir. Nggak pa - pa. Selamat juga ya Mir, kamu udah berhasil melahirkan malaikat kecil nan lucu ini dengan sehat, kamu juga sehat dan selamat waktu persalinannya." ucap Ratih sambil memegang tangan Sang Sahabat.
"Iya Mir. Bener yang dibilang Ratih. Oh iya, ada hadiah dari kami buat, ayo buat ciapa ini?Buat si cantik ini." ucap Yuki sambil mengenakan gelang emas kecil ke tangan gempal Kinanti.
"Makasi banyak Om Yuki. Nak, tuh liat. Bagus banget Ki, Tih." ucap Mirah sambil melihat gelang hadiah pasangan muda itu.
"Eh, iya. Aku juga punya sesuatu buat kalian. Kak Bara udah nyiapin tadi malem." ucap Mirah sambil mengambil sebuah kado agak besar dari bawah stroller Sang Anak.
"Wwiiihhh. By, kita dapet jackpot dari sultan." ucap Ratih yang mengambil hadiahnya dengan kata - kata jahilnya.
"Makasi banyak ya Mir. Sampaikan salam kami buat Kak Bara." ucap Yuki dengan tersenyum.
"Sama - sama." jawab Mirah.
Saking asiknya Ratih menggendong Kinanti, hingga gadis itu tidak sadar perlahan berjalan mundur dan tiba - tiba tidak sengaja menyenggol seseorang dibelakang tubuhnya. Hingga dirinya juga Kinanti hampir terjatuh.
"RATIH." pekik Mirah yang langsung bangun begitupun dengan Yuki yang dengan gerakan cepat menangkap tangan Sang Tunangan.
"Awww. Hah, hampir aja." ucap Ratih yang menggendong erat Kinanti dengan tubuh yang setengah hampir terjerembab ke belakang, namun tertahan oleh orang yang ditabraknya.
Lalu perlahan orang tersebut membantu bangun Ratih, juga dengan Yuki yang lalu mengambil Kinanti dari gendongan Ratih.
Setelah dapat berdiri tegak, Ratih lalu berpaling kearah belakang menghadap orang yang ditabraknya.
"Astaga, gantengnya." batin Ratih yang mengagumi wajah orang dibelakangnya yang ternyata lelaki muda.
"Kamu nggak pa - pa kak?" tanya pemuda itu.
"Ohhh, nggak - nggak pa - pa. Maaf, saya nggak liat - liat dan terimakasih udah nolong saya!" jawab Ratih agak terbata.
"Iya nggak pa - pa kak. Saya juga salah. Waahhh, lucunya ini anak kakak?" jelas dan tanya pemuda itu yang langsung berpaling kearah Kinanti.
"Bukan. Ini anak teman saya yang itu." jawab Yuki sambil menunjuk Mirah.
"Hehehehhe. Lucu sekali anaknya kak. Namanya siapa?" tanya pemuda itu lagi.
"Kinanti." jawab singkat Mirah.
"Hehehehe. Halo Kinanti, salam kenal. Om namanya Mauris. Kamu lucu sekali." ucap Mauris sambil mengambil tangan mungil Kinanti.
Saat sedang bermain sebentar dengan Kinanti, tiba - tiba ponsel Mauris berbunyi.
"Kakak - kakak, saya ijin pamit. Sampai ketemu lagi Kinanti. Bye, bye." ucap Mauris sambil kemudian berlalu dari hadapan ketiga sahabat itu.
Pemuda itu berjalan masuk ke dalam restoran tempat Mirah bertemu dengan para sahabatnya, saat akan berbelok ke arah lebih dalam. Mauris kembali menatap kearah Mirah juga para sahabatnya.
"Kita pasti bertemu lagi. Hehehehe." batin Mauris dengan tatapan tajam dan senyum miringnya.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments