05.

"Mirah." panggil Eyang Lila.

Lalu Mirah berjalan menuju kearah sang Nenek dan kemudian duduk disebelahnya.

"Hadiah istimewa untuk cicit teristimewa Eyang." ucap Eyang sambil menyerahkan sebuah kotak perhiasan.

Mirah menerimanya dan kemudian membuka kotak tersebut.

"Terimakasih Eyang." ucap Mirah sambil tersenyum.

"Itu adalah kalung peninggalan Eyang Kakungmu dan juga kalung pelindung Eyang selama ini. Eyang memberikan itu untuk Kinanti sebagai kalung pelindung sementara. Mirah, ada yang belum Eyang sampaikan padamu juga Bara. Sebenarnya, ketika Kinanti sudah dewasa nanti dan dia belum atau tidak bertemu dengan jodohnya dalam waktu 3 bulan setelah ulang tahunnya yang ke 21. Tanda kutukan itu akan mulai menyebar. Akhir dari penyebarannya adalah jantung dan itu, bisa menyebabkan hidup Kinanti. Berakhir." jelas Eyang sambil menggenggam erat tangan Sang Cucu dan menatap wajah Mirah dengan sedikit khawatir.

Mirah pun kemudian tertunduk lesu.

"Aku, benar - benar bukan Ibu yang baik Eyang. Aku, hiks. Hiks..." ucap Mirah yang terhenti karena tangisnya pecah.

Eyang Lila seketika memeluk Sang Cucu.

"Sudah Mirah, sudah. Ini bukan salahmu. Jangan pernah menyalahkan dirimu, yang patut disalahkan tentu saja Reo. Iblis jahanam dan licik itu, yang telah mempermainkan kita semua. Kamu harus yakin, Kinanti pasti akan bertemu jodohnya seperti yang Eyang lihat. Dia pasti akan selamat." jelas Eyang Lila sambil mengelus lembut punggung Mirah.

...----------------...

8 Tahun Kemudian...

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday Kinan....!" nyanyi Bara pada Sang Anak.

"Happy birthday anak Papa." ucapnya kemudian.

"Enghhhhmmm." lenguh Kinanti yang baru bangun dan mengucek - ngucek matanya, lalu mencoba membuka matanya perlahan.

"Hihihihi. Papa, Mama?" ucap Kinanti dengan tawa kecilnya, lalu gadis kecil itu mendorong tubuhnya untuk dapat duduk diatas tempat tidurnya.

"Ayo, make a wish sayang." ucap Mirah sambil duduk di dekat Sang Anak dan mengelus rambut panjang Kinanti, serta menyodorkan satu potong kue ulang tahun.

Gadis kecil itu kemudian memejamkan mata sesaat dan kemudian meniup lilin diatas kue ulang tahunnya.

Plok...

Plok...

Suara tepukan tangan mereka bertiga.

"Selamat Ulang Tahun ya Kinanti sayang. Cup. Cup." ucap Mirah sambil menciumi wajah Sang Anak lalu memeluk erat sesaat gadis kecil itu.

"Mana sini yang ulang tahun, biar Papa peluk dulu. Hemmmm, kenapa kamu cepet banget gedenya nak, heum? Cup. Cup. Selamat Ulang Tahun Princess nya Papa. Sehat selalu, panjang umur, tambah pinter dan paling penting tambah tinggi. Hehehehehe." ucap Bara sambil menjahili Sang Anak dengan menoel ujung hidung gadis kecil itu.

"Hihihihi. Makasi Papa Kinan yang paaaallliiingg baik. Makasi juga Mama Kinan yang paliiinggg cantikk." ucap Kinan sambil tersenyum manis.

"Sama - sama sayang." jawab kedua orang tuanya secara bersamaan.

"Mau makan kuenya sekarang?" tanya Mirah kemudian.

Kinanti pun lalu menganggukkan kepalanya cepat.

Bara pergi mengambil sendok, setelahnya Kinanti memberi sesuap kue untuk kedua orang tuanya.

"Mmm, Pa. Ma. Kinan, mau cerita sesuatu." ucap Kinanti saat mereka sedang menikmati kue tersebut.

"Apa sayang?" jawab Bara sambil mengelus pipi Sang Anak.

"Mmm, beberapa hari belakangan ini, Kinan bertemu teman baru." ucap Kinan sedikit ragu.

"Heummm? Ada murid pindahan sayang? Darimana? Kok Mama sama Tita ngga pernah liat, setiap jemput kamu?" ucap Mirah.

"Mmm, bukan di sekolah Ma. Tapi, di mimpi." ucap Kinanti lagi - lagi dengan ragu.

Mirah berhenti mengunyah kue di dalam mulutnya dan langsung melirik ke Bara, begitupun dengan Sang Suami.

"Mmm, temen kamu itu. Ciri - cirinya kayak apa sayang?" tanya Bara kemudian.

Kinanti terdiam sejenak sambil mencoba kembali mengingat perawakan Sang Teman baru.

"Sepertinya dia seusia Kinan dan dia perempuan. Kinan bertemu dia pertama kali di mimpi Kinan beberapa hari lalu. Semenjak itu, aku dan dia selalu bertemu dia anak yang baik Ma. Hanya saja, aku tidak bisa melihat wajahnya dan tidak tahu namanya. Beberapa kali aku menanyakan nama padanya, dia sama sekali tidak menjawab." jelas Kinan.

"Mmm, nak. Darimana kamu tau dia anak perempuan sedangkan kamu, tidak bisa melihat wajahnya? Apakah rambutnya panjang? Apakah dia mengenakan baju perempuan?" tanya Bara lagi.

"Rambutnya lebih panjang dari rambut Papa dan dia selalu memakai baju perempuan yang berwarna pink. Berarti dia perempuan kan Pa?" jelas dan tanya Kinanti.

Bara pun lagi - lagi melihat kearah Sang Istri.

"Bisa jadi nak. Satu lagi, apa tadi kamu juga bertemu dengannya?" tanya Mirah sekarang.

"Iya Ma.Tapi, hanya sebentar larena aku kemudian terbangun." ucap Kinanti polos.

"Ohhh. Ya sudah sekarang, Kinan mandi karena udah jam 6 pagi. Terus kita sarapan, sebelum ke sekolah. Oke...?" ucap Mirah dengan riang dihadapan Sang Anak.

"Oke Ma." jawab Kinanti.

"Mau main pesawat terbang sama Papa?" ucap Bara yang sudah berjongkok di bawah

ranjang Sang Anak bersiap untuk menggendong Kinan.

"Mauuu." jawab Kinanti keras dan kemudian naik ke pundak sang Ayah.

Lalu Bara mengantar Kinanti ke kamar mandi bak Pilot pesawat terbang.

Sedangkan Mirah masih terduduk di ranjang Sang Anak sambil termenung.

"Perempuan? Siapa dia?" batin Mirah penasaran akan teman baru Sang Anak.

...----------------...

"Selamat ulang tahun, cucu Tita. Cup. Cup." teriak Mami Bara sambil menciumi Sang Cucu.

"Kinan sayang. Selamat ulang tahun ya. Cup. Ini kado dari Opa dan Tita." ucap Papi sambil mencium dan menunjuk sebuah kado yang cukup besar di dekat ruang makan, pagi itu.

"Hihihi. Terimakasih Tita, Opa. Ohhhh, gede banget kadonya." jawab Kinanti dengan riangnya.

"Habis sarapan, Opa bantu buat buka ya nak." ucap Opa.

"Iya Opa. Kinan sayang banget sama Opa dan Tita." ucap Kinan sambil memeluk Sang Kakek dan Nenek.

"Taaaarrraaaaa. Ini hadiah dari Papa juga Mama." ucap Bara sambil menyerahkan juga sebuah kado yang cukup besar.

"Aku buka langsung ya." ucap Kinanti ketika menerimanya.

Lalu dengan gerakan cepat gadis kecil itu membukanya.

"Waaaahhh, ini kan? Tapi, aku belum rapotan Pa, Ma? Jadi belum tau ranking 1 atau nggak?" jawab Kinanti yang agak ragu setelah melihat hadiah dari kedua orang tuanya.

"Hehehhehe. Untuk kado ini, pengecualian sayang. Tapi inget, kamu masih utang ranking ya." ucap Mirah sambil mengelus kepala Sang Anak dan tersenyum.

"Pasti Ma, aku kali ini pun pasti ranking 1. Makasi banyak ya Ma, Pa, hadiahnya." jawab Kinanti percaya diri dan langsung kembali memeluk kedua orangtuanya.

"Sama - sama sayang. Ya udah, kita sarapan sekarang, trus kamu buka kado lagi bareng Opa dan Tita baru berangkat sekolah." jelas Mirah.

Kinanti pun mengangguk dan tersenyum. Lalu mereka semua makan pagi bersama.

...----------------...

"Da. Rius...," panggil seseorang dengan tangan bonekanya dari balik pintu seorang anak lelaki.

Anak lelaki yang sedang duduk diatas tempat tidur sambil membaca buku pun, kemudian menoleh dan tersenyum kearah pintu.

"Hehehehhehe. Siapa ya?" tanya pura - pura Darius dengan tawa kecilnya.

"Ayyyooo. Tebak, siapa aku?" tanya balik boneka tangan itu.

"Mmm, kalau aku berhasil menebak. Apa aku akan diberi hadiah?" ucap Darius membuat penawaran.

"Aku ke sini, memang untuk mengantarkan hadiah untukmu. Hohohoho. Ayo cepat tebak, siapa aku? Jika tidak benar tebakanmu, hadiah yang kubawa akan segera menghilang." jelas boneka tangan itu lagi.

"Hehehehe. Mmm, Kak Mauris." jawab Darius dengan tertawa lagi.

Lalu sebuah kepala menyembul menggantikan tangan boneka tadi.

"Hai, little man. Happy birthday." ucap Mauris.

Pria tampan itu kemudian berjalan kearah Sang Adik sambil membawa sebuah kotak kado yang besar.

"Big present, for a special person. Cup. Selamat ulang tahun, sekali lagi Darius." ucap Mauris sambil menyerahkan kado dan mencium kening Sang Adik.

"Hahahhahaha. Aku buka ya." jawab Darius girang.

Mauris pun tersenyum sambil duduk di pinggir ranjang Darius.

"Waaaahhh, mainan kereta api. Makasi banyak Kak Mauris." pekik Darius sambil kemudian memeluk Sang Kakak erat.

"Hehehehhe. Sama - sama." jawab Mauris sambil mengelus punggung dan mengacak - acak rambut Sang Adik.

"Uhhhuuukkk. Uhhhuukkk. " tiba - tiba Darius terbatuk.

"Sshhhuuuttt. Shuuuttt." ucap Mauris sambil mengelus dada Sang Adik ketika terbatuk.

"Hah. Hah. Selang. Ku. Kak. Tolong. Hah. Hah." ucap Darius dengan napas tersengalnya.

Lalu Mauris menarik sebuah selang oksigen untuk segera dikenakan oleh adiknya.

"Hahhhhh." desah napas panjang Darius setelah sebuah selang terpasang di kedua lubang hidungnya, anak lelaki itu merasa lega di saluran pernapasannya.

"Maafkan kakak ya dek. Kakak belum berhasil menemukan obat buat kamu. Tapi, tapi kakak janji. Secepat mungkin, kakak akan mendapatkannya dan kamu pasti bisa hidup normal seperti dulu lagi." ucap Mauris sambil menggenggam tangan Sang Adik dengan wajah sendunya.

"Hehehehhe. Terimakasih kak. Mmm, kak. Aku boleh minta satu permintaan di hari ulang tahunku ini?" ucap dan tanya Darius yang tertawa kecil dengan sedikit ragu.

"Apa, apa aja, pasti kakak akan kabulkan?" jawab Mauris dengan senyum yang terkembang.

"Aku, aku mau kembali ke sekolah. Aku mau sekolah seperti dulu lagi, punya banyak teman dan..." ucapan Darius terpotong.

"Nggak dengan itu." jawab tegas Mauris.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!