02.

"Waddduuuhhh. Cucu ciapa ini? Cucu Eyang ya. Cucu Eyang yah? Ututtukk - utuukkk." ucap Bunda sambil mengayunkan pelan Kinanti hingga membuat bayi cantik itu tertawa geli dan tersenyum malu.

"Nara, aku mandikan sebentar Kinan." ucap Mami Bara yang sudah datang ke dalam kamar Sang Cucu yang lengkap dengan alat mandi bayi tersebut.

"Ohhh iya mbak. Anak cantik, mandi dulu sama Tita ya. Nanti, main lagi sama Nenek. Ya." ucap Bunda kepada Kinan yang masih terus menggeliat kegirangan.

Lalu Bunda menyerahkan Kinan perlahan ke dalam gendongan Mami Bara.

Mami Bara kemudian meletakkan Sang Cucu di meja pembersihan, dibuka satu persatu baju bayi lucu itu. Ketika bajunya sudah terbuka, betapa terkejutnya Sang Nenek melihat sebuah tanda bintang tepat di dada kiri Sang Cucu.

"Na. Ra." panggil terbata Mami pada Sang Besan.

Bunda Mirah yang baru saja mengambil baju ganti untuk Kinan lalu menghampiri Mami Bara.

"Iya Mbak, ada a..." ucapan Bunda Mirah terpotong ketika dia juga melihat tanda bintang berwarna kemerahan di dada Sang Cucu.

"Mbak. Sebentar, aku panggil Mirah dulu." ucap Bunda yang kemudian agak berlari menuju ke kamar Sang Anak.

Drap...

Drap...

Drap...

Suara langkah kaki Bunda yang agak cepat.

Ceklek...

Lalu dibukanya gagang pintu kamar Mirah.

"Bunda, bikin kaget aja." ucap Mirah yang kebetulan ada dibelakang pintu dan bermaksud akan keluar.

"Kebetulan. Ayo cepat sini." ucap Bunda yang langsung menarik tangan Sang Anak.

Mirah yang merasa terkejut dan belum sempat berkata apapun, lalu pasrah mengikuti langkah Sang Ibu.

Bunda menggiring Mirah masuk ke kamar Kinanti.

"Mirah sayang. Apa ini tanda lahir Kinan?" tanya Sang Mertua, sambil menunjuk tanda bintang tersebut.

Mata Mirah langsung tertuju ke bagian dada Sang Anak dan kemudian retinanya terfokus saking terkejutnya.

"Tanda itu, tanda kutukanku." batin Mirah.

"Bunda, Mami. Itu, itu seperti tanda kutukanku yang dulu. Bentuknya, warnanya dan tempatnya sama persis. Nggak - nggak mungkin. Gimana bisa?" ucap Mirah yang langsung menggendong erat Sang Anak dengan wajah yang berubah pucat pasi dan juga kekhawatiran menyelimuti hatinya.

"Sebentar, sebentar nak. Kita perlu menghubungi Ayahmu. Bunda, Bunda bakal telpon sekarang." ucap Bunda dengan terbata karena juga merasa khawatir bercampur takut.

Sedangkan Mami terus mendampingi Mirah dan memeluk pundak menantu kesayangannya itu, untuk menenangkan juga.

----------------

"Bagaimana Nara?" tanya Mami Bara.

"Sebentar lagi Mas Rendra akan sampai Mbak." ucap Bunda yang sudah selesai menghubungi Sang Suami.

"Bun, sebaiknya aku mandikan Kinan dulu ya. Biar nggak ke siangan, kasian nanti bisa masuk angin." ucap Mirah yang kemudian langsung memandikan Sang Anak.

Sedangkan kedua neneknya menunggu di dalam kamar dengan perasaan campur aduk.

Lalu tidak berselang lama, Ayah Mirah sudah sampai.

"Dimana Kinan?" tanya pria paruh baya tersebut dengan wajah cemasnya.

"Duduk dulu Mas, sedang dimandikan oleh Mirah!" ucap Bunda sambil meraih lengan Sang Suami dan menyuruhnya untuk duduk.

"Iya Ren. Kamu duduk dulu. Tenangkan diri dulu." ucap Mami Bara menimpali.

Baru saja Ayah Mirah akan duduk, lalu Mirah dan Kinan sudah keluar dari kamar mandi.

Kinan Si Bayi Lucu itu nampak segar dan senyum ceria selalu terkembang di wajah gembul nan putihnya.

Membuat kedua nenek dan kakeknya merasa hangat ketika melihat wajah mungilnya.

"Kinan. Hehmmm. Udah hayuuummm loh. Cucu Kakek yang paling pinter dan cantik ini. Sini, gendong sama Kakek ya." ucap Ayah yang kemudian mengambil alih tubuh mungil Kinan yang masih terselimuti oleh handuk tebal.

Seperti biasa, bayi cantik itu menggeliat kegirangan sekaligus tertawa geli melihat kakeknya.

Lalu perlahan Ayah Mirah membaringkan Kinan di ranjangnya dan menyingkap sedikit handuk di bagian dada kiri bayi gembul itu.

Mata Ayah lalu membulat dan napas panjang terhembus dari hidungnya.

Kemudian dibenahi kembali handuk Sang Cucu dan digendong dengan erat dalam dekapannya.

"Aku harus ke rumah Ibu sekarang." ucap Ayah yang kemudian menyerahkan Kinanti kembali pada Mirah.

"Ada apa Yah?" tanya Mirah yang sudah kembali menggendong Sang Anak.

"Kalau betul perkiraan kita semua. Itu - itu, tanda kutukan. Persis seperti milik Mirah dulu dan kalau Ayah tidak salah duga. Reo, dia memang iblis paling jahat dan licik. Saat dia memberikan kutukan itu padamu dulu nak. Dia juga memantrai kutukan itu sehingga terhubung ke keturunanmu, yaitu sekarang Kinan. Tapi, itu baru dugaan Ayah. Jadi, sebelum bertemu dengan Eyang Lila. Semoga dugaan Ayah salah. Ayah pergi dulu." jelas dan pamit Ayah.

Mirah saat ini bertambah cemas, sedih dan juga takut.

Lalu dipandangi wajah polos Sang Putri kecilnya.

Dipakaikan baju dan kemudian kembali digendong erat Sang Anak.

"Kinan sayang. Maafkan Mama ya nak." batin Mirah yang sangat membenci dirinya saat ini.

----------------

"Sungguh sebuah presentasi yang mengagumkan Pak Bara. Saya sangat tertarik dengan aplikasi terbaru yang perusahaan e - Commerce Bapak akan luncurkan. Jadi, saya akan menandatangi surat kerjasama kita ini." ucap klien tersebut, kepada Bara dan juga teamnya saat meeting pagi itu.

Bara cukup terkejut dan juga senang.

Kemudian setelah kliennya, Bara juga langsung menandatangi surat perjanjian kerjasama antar perusahaan mereka. Lalu mereka saling berjabat tangan.

"Saya sangat berterimakasih atas kepercayaan Bapak Wijaya akan perkembangan perusahaan kami. Kedepannya semoga kerjasama kita bisa berjalan dengan baik dan juga menghasilkan keuntungan seperti yang sudah saya jelaskan barusan!" ucap Bara sekali lagi dengan meyakinkan.

"Hehehheehe. Tentu, tentu Pak Bara. Saya juga ingin berterimakasih, karena sudah memilih perusahaan kami sebagai rekanan bisnis Bapak dan juga team. Baik, kalau begitu. Kami permisi dulu." ucap Pak Wijaya yang kemudian pamit undur diri.

Bara dan juga asisten pribadinya mengantar Pak Wijaya hingga ke pintu lift.

Pak Wijaya kemudian turun hingga di lobi, pria tua itu kemudian masuk ke dalam mobilnya yang sudah menunggu di halaman depan lobi.

Setelah masuk ke dalamnya, tiba - tiba ponsel Pak Wijaya berdering.

Diambil benda tersebut di dalam saku jasnya, sesaat dilihat nama penelepon.

"Halo Bos." jawab Pak Wijaya.

"Betul, kami baru saja selesai rapat dan seperti perintah Bos. Kami langsung menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan Bapak Bara Adi Putra. Baik, kami akan segera meluncur." ucap Pak Wijaya sambil kemudian mengakhiri sambungan teleponnya.

"Jalan. Kita ke kediaman Bos." perintah Pak Wijaya dengan wajah yang berubah serius dan kaku pada Sang Supir.

----------------

"Pak, tumben banget ya. Kita bisa meeting sesingkat ini. Terus langsung tanda tangan perjanjian kerjasama tanpa banyak diskusi." ucap asisten pribadi Bara.

"Hehehehe. Bener juga sih kata kamu. Bagus jugalah, sekarang saya mau pulang. Anak dan istri saya udah nunggu. Sisa kerjaan seperti biasa, kamu kirim via email, kalau gak ada keadaan yang urgent. Saya akan kembali kerja dari rumah." ucap Bara yang hanya mengambil ponselnya di atas meja kerjanya dan langsung akan melangkah pulang.

"Sebentar Pak Bara." ucap asisten pribadinya, sehingga Bara menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah asistennya kembali.

"Ada apa Go?" tanya Bara pada Ringgo.

"Ini Pak. Kado kami untuk kelahiran putri pertama Bapak Bara dan Ibu Mirah. Maaf terlambat ya Pak dan semoga suka." ucap Ringgo sambil menyerahkan sebuah bingkisan kado yang sangat besar.

"Waaahhh. Kalian pada repot. Tapi, terimakasih banyak ya. Pasti Kinan akan suka sekali. Oke, saya duluan ya. Sekali lagi, terimakasih." ucap Bara sambil mengambil kado tersebut dengan tersenyum dan kemudian pergi menuju lift.

Sesampainya di dalam lift, pria itu lalu melihat ponselnya.

"Hehmmm. Banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Mama? Ada chat juga..." gumam Bara yang melihat tumpukan panggilan tidak terjawab dari Sang Istri.

Lalu dibukanya pesan singkat tersebut dan dibaca perlahan. Tiba - tiba wajahnya berubah kaku dan badannya membeku sesaat, matanya pun membulat.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!