03.

"Mirah, Mami." panggil Bara yang langsung terburu - buru masuk ke dalam rumah kedua orangtuanya lalu menuju paviliun tempatnya tinggal.

"Shuuuttt. Pa, pelan - pelan. Kinan baru tidur." ucap Mirah yang sudah menghampiri Sang Suami dan menahan langkahnya yang baru akan menuju ke dalam kamar Sang Anak.

"Ma, kenapa? Tanda apa maksudnya? Kok kemaren - kemaren nggak ada?" tanyanya pada Sang Istri dengan cemas dan agak cerewet.

"Kita duduk dulu." ucap Mirah yang langsung menggiring Sang Suami untuk duduk di ruang keluarga mereka.

"Jadi, tadi Mami sama Bunda baru mau mandiin Kinan. Tiba - tiba Mami melihat tanda bintang yang persis seperti milikku dulu. Tanda kutukan dari Reo. Ayah pun sudah melihatnya tadi dan sekarang Ayah sedang dalam perjalanan ke rumah Eyang Lila, untuk memastikan. Apa benar itu tanda kutukan atau mungkin hanya tanda lahir yang baru muncul?" jelas Mirah menenangkan.

Bara kemudian mengusap kasar wajahnya dan menghela napas panjang.

"Trus Kinan gimana? Ada nangis atau gimana gitu?" tanya Bara yang masih cemas.

"Nggak Pa, anaknya baik - baik aja. Malah tambah aktif, sering ketawa sama senyum. Jarang banget nangis, malah nggak pernah nangis.Tenang dulu ya Pa, semoga nggak ada apa - apa?" ucap Mirah yang masih mencoba menenangkan Sang Suami.

"Iya. Semoga Ma." jawab singkat Bara sambil kemudian merebahkan sedikit tubuhnya ke belakang dinding sofa.

"Trus Mami sama Bunda kemana?" tanya Bara lagi.

"Mami lagi nyamperin Papi di lapangan golf. Kalau Bunda, baru aja pulang. Nanti sore, pas Ayah datang lagi. Baru Bunda kesini lagi. Kamu juga belum makan siang kan. Kita makan dulu yuukk. Mumpung Kinan masih bobok. Bentar lagi, dia pasti bangun." ucap Mirah sambil mengajak Sang Suami untuk makan siang.

Bara hanya mengangguk dan kemudian berdiri diikuti oleh Sang Istri.

...----------------...

"Hai Bu." sapa Ayah pada Eyang Lila.

Eyang Lila yang sedang berdiri menghadap ke jendela pun kemudian berbalik.

"Hai Rendra." sapa balik Sang Ibu sambil tersenyum.

"Ibu baru saja akan berangkat untuk menengok cicit Ibu yang cantik.Ternyata kamu sudah lebih dulu menemui Ibu. Ayo kita berangkat." ucap Eyang Lila yang kemudian langsung menggandeng lengan Sang Anak.

"Tapi Bu, ada yang mau aku bi..." ucapan Ayah terpotong.

"Shhuuuttt. Kita berangkat, Ibu sudah tidak sabar bertemu dengan gadis kecil itu. Simpan rasa khawatir dan takutmu." ucap Eyang Lila lagi sambil kemudian menyeret Ayah Rendra untuk segera berangkat.

Sekitar 1 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di kediaman orang tua Bara yang juga merupakan kediaman Bara juga Mirah.

"Ibu Lila." sapa Mami Bara dengan sumringah dan langsung menghampiri wanita tua itu juga mencium kedua pipinya.

"Apa kabar kamu Nadia?" tanya Eyang Lila.

"Baik Bu. Saya dengar Ibu baru datang dari Nepal, bagaimana disana?" tanya Mami sambil menggiring Eyang Lila untuk masuk.

"Brrrrr. Sangat dingin. Saya pikir, besok - besok saya berangkat antara bulan mei - Juli saja. Supaya lebih hangat. Hehehehehe." cerita singkat Eyang Lila.

"Hehehehe. Ibu, ada - ada saja." ucap Mami sambil juga tertawa kecil.

"Ibu." sapa Bunda sambil mencium punggung tangan sang Mertua.

"Nara. Sudah - sudah, Ibu mau melihat gadis kecilku dulu." ucap Sang Mertua yang mengerti maksud pandangan sendu Bunda.

Lalu Eyang berjalan menghampiri Bara juga Mirah.

"Eyang." sapa kedua pasangan suami - istri tersebut sambil bergiliran mencium punggung tangan Sang Nenek.

"Hehehehhehe. Eyang senang melihat kalian akur - akur dan ini pasti gadis cilik yang ceria itu ya? Sini, Eyang Yut mau gendong coba. Berat tidak ya?" ucap Eyang yang kemudian mengambil alih gendongan Bara pada Kinanti.

"Uyuuuuyyuuu. Wah, kecil - kecil cabe rawit ini. Apa kabarmu gadis cantik, heummm? Senyummu bisa merubah segalanya Kinanti." ucap Eyang Lila pada bayi molek tersebut sambil mengelus lembut pipi gempal Kinanti dengan telunjuknya.

Lalu Eyang Lila memandang semua orang yang hadir di ruangan tersebut.

"Ayo duduk dulu." ucap Eyang Lila yang kemudian mencari sofa terdekat masih sambil menggendong Kinanti, wanita tua itu duduk perlahan.

"Nara, Rendra, Nadia. Mana Luki?" tanya Eyang yang mencari keberadaan Papi Bara.

"Hadir Bu. Maaf, saya baru menerima telpon dari klien." jawab Papi dengan terburu - buru.

Lalu Papi Bara berjalan dan duduk disamping Sang Istri.

Setelahnya Eyang Lila membuka sedikit baju Kinanti, dengan wajah tenang diperhatikan dengan baik tanda bintang yang cukup besar itu, lengkap dengan warnanya yang memerah.

Senyum terkembang di wajah Eyang Lila sambil memandang wajah lucu Kinanti.

"Mirah, Bara.Betul ini adalah tanda kutukan yang dulu pernah ada di tubuhmu Mirah. Reo benar - benar cerdik, dia telah memantrai tanda milikmu dulu hingga terkoneksi dengan Kinanti sekarang." jelas Eyang Lila dengan wajah tenang.

Mirah tiba - tiba menggenggam tangan Bara dengan erat.

Bara lalu menatap Sang Istri dan dengan satu tangannya dipeluk pundak Mirah dan menepuknya sesekali untuk menenangkan wanita muda tersebut.

"Lalu - lalu. Apa yang akan terjadi dengan Kinan, Eyang?" tanya Mirah dengan nada suara sedihnya.

Eyang Lila tidak langsung menjawab, melainkan wanita tua itu memejamkan mata sambil satu tangannya mengambil tangan mungil Kinanti.

Cukup lama Eyang Lila memejamkan matanya hingga pelipisnya sedikit berkeringat.

"Hah." desah Eyang Lila tiba - tiba dengan wajah yang nampak kelelahan, seolah baru datang dari tempat yang jauh.

"Ibu. Apa Ibu, melakukan perjalanan dimensi?" tanya Ayah.

"Betul. Eyang barusan mengecek masa depan Kinanti dan untuk saat ini. Masa depannya, belum dapat Eyang baca dengan sempurna. Sepertinya Reo pun sudah membatasi, orang - orang seperti Eyang untuk melihat masa depan Kinanti. Tapi, kalian jangan khawatir. Sekilas, Eyang tadi sempat melihat ada seseorang. Ada seseorang yang dapat membantu Kinanti menghilangkan kutukan ini. Hampir sama dengan Mirah, nanti di usianya ke 21 tahun. Kinanti ditakdirkan akan bertemu dengan orang itu." jelas Eyang dengan kemudian memandang kembali cicitnya tersebut.

"Lalu. Apakah selama waktu ini, kutukan tersebut tidak akan berdampak dengan pertumbuhan dan juga aktivitasnya ke depan Eyang?!" tanya Mirah lagi.

"Kamu tenang ya Mirah. Besok, Eyang akan memberikan sebuah kado istimewa untuk Si Cantik ini. Kado yang akan sangat dia sukai juga sekaligus melindunginya. Sampai nanti, dia bertemu dengan jodoh sekaligus pelindungnya.Oke Kinan?" jelas Eyang sambil kemudian mengusel - ngusel hidungnya ke wajah Sang Cicit.

"Sayang. Tenang ya, Kinan pasti nggak akan apa - apa. Aku akan selalu melindunginya juga dengan kekuatanku." ucap Bara sambil terus menepuk dan mengelus lengan Sang Istri.

Mirah masih menampakkan wajah sendunya dan juga pikirannya saat ini sangat kacau.

...----------------...

"Reo. Apa dia? Ah, tidak mungkin. Aku sudah membuangnya ke tempat terdalam di muka bumi ini. Tidak mungkin, dia bisa ditemukan. Apalagi bebas." batin Eyang Lila dengan berdiri di teras kediaman keluarga Bara.

"Bu." panggil Bunda dari belakang.

Lalu Sang Mertua berbalik ke arah suara Sang Menantu.

"Iya Nara kenapa? Sudah - sudah, kamu tenang ya. Reo tidak akan pernah kembali. Kita hanya sedang dipermainkan oleh hadiah istimewanya yang cukup mengejutkan. Kinanti, Mirah dan Bara akan tetap aman. Tersenyumlah dan buat auramu sepositif mungkin. Ibu pamit ya, besok kita bertemu lagi." ucap Eyang Lila yang kemudian masuk ke dalam mobilnya yang baru tiba.

Bunda melihat kepergian Sang Mertua.

"Aku harap semua yang ibu ucapkan benar." gumam Bunda dengan wajahnya yang kembali sendu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!