ARA The Bloody Moon

ARA The Bloody Moon

ATBM Bab 1. Dua garis biru

Tangan seseorang gemetar saat sepasang netranya melihat dua garis biru pada benda sepanjang pulpen yang ada di tangannya. Sekujur tubuh gadis itu penuh dengan luka lebam. Bahkan, salah satu matanya membengkak keunguan. Dia meremas testpack yang ada ditangannya, tubuhnya mulai bergetar dengan air mata berderai. Dunianya benar-benar hancur, sangat hancur. Apa yang harus dia lakukan. Sekolah pasti akan mengeluarkannya jika sampai mereka tahu kalau dirinya tengah mengandung.

Lim Nara, seorang gadis berusia 17 tahun, gadis cerdas dengan IQ di atas rata-rata ini menerima perundungan dari teman-teman sekolahnya. Karena dia lugu, dan anak baru di sekolah tersebut. Anak-anak yang lain dengan begitu teganya menjadikan dia samsak tinju, keset kaki dan terkadang jadi bahan percobaan. Entah anak siapa yang dia kandung, Nara tidak tahu. Satu bulan yang lalu, dia dipindahkan dari seolah yang ada di Gangnam ke sekolah swasta yang ada di kota Seoul. Nara pikir orang-orang di sini sama baiknya dengan orang-orang di sana. Namun ternyata, inilah yang dia dapatkan.

"Tidak, aku tidak boleh hamil. Bagaimana dengan beasiswa ku, bagaimana dengan sekolah ku. Aku harus melenyapkan anak ini!" gumam Nara beranjak dari atas closet. Dia memasukan testpack yang dia bawa ke dalam saku rok yang dia kenakan kemudian berlari keluar dari area sekolah tersebut.

Yeonwo School adalah sekolah swasta bergengsi. Meskipun itu adalah sekolah swasta, mereka mengedepankan nilai daripada hal lain. Atas permintaan pihak sekolah, Nara pun dipindahkan ke seolah ini dengan alasan kecerdasan yang dia miliki.

Langkah gadis itu tergopoh-gopoh. Dia melirik kanan kiri sebelum memasuki rumah sakit. Aneh memang, itu adalah rumah sakit khusus bersalin. Nara beruntung karena di negaranya, seseorang bisa memilih mengugurkan kandungan legal sebelum usia tertentu. Dengan tangan gemetarnya, Nara memegang tiket antrian. Gadis itu menatap pintu di depannya dengan jantung berdetak tak karuan. Dia tidak memiliki pilihan lain, dia masih pelajar, tidak mungkin dia bisa membesarkan anaknya dalam kondisi seperti ini. Apalagi Nara memiliki ibu tiri yang tidak akan segan untuk membunuhnya jika sampai dia tahu kalau dia hamil di luar nikah.

"Nyonya Nara! ... Lim Nara!" panggil seorang suster dari poli kandungan. Nara menoleh, dia mengangkat tangannya kemudian masuk ke ruangan itu.

"Anda masih pelajar?" tanya dokter wanita yang ada di depannya. Nara mengangguk dengan wajah tertunduk. "Kamu juga sepertinya terluka. Apa kamu menerima kekerasan dari seseorang? Sebaiknya kamu melapor saja! Kita ...."

Tidak, Nara menggelengkan kepalanya dengan cepat. Jika dia melaporkan orang-orang itu ke polisi, mereka akan baik-baik saja, dan ada kemungkinan jika dirinyalah yang akan semakin terpojok.

"Saya mau mengugurkan kandungan saya, Dok!"

"Anda yakin?" tanya dokter itu. Nara hanya mengangguk.

"Ya sudah, sebaiknya Anda berbaring dulu. Kita periksa apakah masih aman atau tidak!"

Nara melakukan apa yang dokter minta. Dia berbaring tetapi enggan untuk menoleh ke arah monitor. Bahkan, penjelasan yang dokter katakan seolah masuk ke telinga kanan, keluar dari telinga kiri. Nara benar-benar kacau, dia tidak akan sanggup jika harus menanggung malu sebesar ini.

"Usia kandungannya masih kurang dari 14 minggu, aman jika memang ingin aborsi sekarang."

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Nara. Gadis itu menitikkan air mata saat suara detak jantung bayinya diperdengarkan. Kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang meremasnya kuat. Jantungnya berdetak semakin kencang napasnya sesak juga tubuhnya menggigil.

"Stop!" ucap Nara membuka matanya. "Jangan lakukan itu, Dok, jangan perdengarkan detak jantungnya kepada saya. Saya ... saya akan memikirkan masalah ini dulu. Terima kasih!" ucap Nara membungkuk ke arah dokter tersebut kemudian keluar dari sana dengan tergesa-gesa. Nara berlari seperti orang bodoh di antara orang-orang yang sedang berlalu lalang. Bukan satu dua kali tubuhnya bersinggungan.

"Maafkan aku! Maafkan aku. Aku sudah gila karena berpikir jahat seperti ini. Kau tidak salah apa-apa. Yang brengsek itu mereka, bukan kamu!" ujar Nara memeluk perutnya erat. Dia ambruk di bahu jalan. Tidak ada yang mencoba untuk membantunya meskipun kondisi Nara cukup mengenaskan. Dunia ini terlalu kejam. Namun, lebih kejam dia yang berpikir untuk membunuh anak itu.

Dalam bus menuju rumahnya, Nara menatap langit sore itu dengan tatapan kosong. Langit saja terlihat sangat cerah, kenapa hidupnya seperti ini. Apa gunanya menjadi orang yang cerdas jika dia tidak bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Hidup tapi mati, itulah yang dia rasakan saat ini. Tangannya mengusap lembut perutnya yang masih sangat rata. Mungkin, mulai sekarang dia harus belajar untuk menyembunyikan kehamilan dari semua orang.

Suara-suara aneh terdengar begitu Nara masuk melewati pagar rumahnya. Rumah yang sengaja ayahnya beli untuk istri keduanya karena ibunya sudah lama meninggal. Satu bulan yang lalu Nara tinggal di sini. Satu minggu setelahnya ayah Nara meninggal karena terlalu lelah bekerja.

"Aku pulang!" ucap Nara membuka pintu geser di rumah tersebut. Rumah ini bukan rumah yang besar, mereka tinggal di sudut kota, sangat jauh dari kata makmur karena kehidupan di sana sangat sulit.

Bugh!

Prang!

Nara menunduk, suara mangkuk seng masih terdengar di atas lantai. Jagung yang ada di dalam mangkuk itu berhamburan kemana-mana. Bahkan, ada beberapa yang terselip diantara seragam yang dia kenakan. Nara sudah terbiasa karena hal ini. Dilempar menggunakan barang atau makanan sama sekali tidak pernah dia hiraukan. Dipukul mengunakan sapu juga tidak pernah dia rasakan.

"Dari mana kamu, jam segini baru pulang! Abis jual diri? Mana uang nya? Jangan cuma mau numpang makan. Kamu itu gila, udah dikasih tempat tinggal masih saja bersikap seenaknya! Cepat masak! Kami lapar."

"Nara masih capek, Yimo. Nara istirahat sebentar ya!"

"Brengsek! Aku bilang mau makan! Anak-anak ku belum makan. Masih juga belagu kamu!"

Nara melirik dua anak manusia, laki-laki dan perempuan yang seusia dengannya sedang memakan pop corn di depan TV. Ya Tuhan. Dia benar-benar sudah lelah. Ibu tirinya ini benar-benar keterlaluan. Helaan napas terdengar, tanpa menjawab, Nara melepaskan tas gendongnya kemudian berjalan ke dapur untuk membuat makan malam.

Hari rasanya terus berjalan dengan cepat. Gadis itu ternyata bisa menyembunyikan kehamilannya diantara kehidupan yang mencekik. Nara juga selalu pergi ke mini market untuk kerja paruh waktu agar dia bisa mendapatkan uang. Tidak mungkin dia diam saja seperti ini. Sebelum melahirkan, Nara akan meninggalkan rumah ibu tirinya. Mencoba untuk hidup berdua dengan bayi yang dia kandung. Kenaikan kelas sudah dia lewati. Kurang dari satu tahun lagi dia akan lulus dari sekolahnya.

"Makin hari si Nara makin gemuk ya! Makin jelek juga dia!"

"Pantes aja gak ada yang mau sama dia. Orang tampilannya aja kayak gembel. Bikin malu sekolah aja!"

"Apa jangan-jangan dia pakai kontrasepsi ya, mangkanya jadi gemuk kayak gitu. Mungkin dia jual diri buat nyari makan!" Seorang gadis tertawa terbahak-bahak. Dia menatap Nara dengan tatapan mengejek sekaligus jijik. Ya, dia adalah si ketua kelas yang selama ini sudah merundung Nara.

Nara tidak memperdulikan hal itu. Dia lebih memilih untuk membereskan buku-bukunya setelah mendengar bel pulang sekolah berbunyi. Baru sampai di depan koridor, Nara merasakan sakit di perutnya semakin menggila, ini sudah terjadi sejak tadi malam. Nara pikir, semakin lama rasa sakitnya akan semakin mereda. Namun ternyata dia salah. Nara langsung berjalan menuju toilet sekolah ketika perasaan ingin buang air besar melanda. Namun, saat sampai di dalam toilet, dia merasakan sesuatu yang pecah di dalam perutnya. Sesuatu yang hangat itu mengalir di antar betis dan kakinya. Nara mengunci pintu utama toilet wanita. Gadis itu mulai mengaduh kesakitan. Takut ada orang yang mendengar, Nara melepas hoodie yang dia pakai dan dia gunakan untuk menyumpal mulutnya. Keringat besar membanjir wajah cantik Nara, gadis itu semakin lama semakin pucat. Dia berusaha untuk melahirkan bayinya meski dalam keterbatasan tempat dan hanya dia sendiri yang bisa menolong dirinya dan bayinya.

"Ayo, Nak! Keluar Sayang! Kamu pasti bisa! Kita berjuang sama-sama ya! Maafkan mama!" batin Nara menjerit merasakan sakit yang amat luar biasa saat bayi itu sudah akan keluar dari dalam perutnya. Nara terkulai lemas saat sesuatu yang besar telah melewati inti tubuhnya, bening kristal meluncur membasahi wajah Nara kala itu, sekarang dia sudah menjadi seorang ibu, buru-buru dia duduk untuk mengambil bayi yang baru saja dia lahirkan.

Wajah Nara semakin lama semakin pucat. Gadis itu berjalan sempoyongan menuju rumah sakit. Dia harus mencari bantuan karena bayi yang ada di dalam gendongannya belum terputus dari jeratan tali ari-ari. Dia takut akan membahayakan bayi tersebut jika nekat memotongnya sendiri.

Pada awalnya tidak ada yang sadar akan apa yang terjadi dengan Nara. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Seolah tidak merasakan apa-apa, Nara masih terus berjalan meskipun darah mengalir melewati kakinya. Belum sampai di depan rumah sakit, pandangan Nara tiba-tiba buram, semuanya menjadi gelap dan Nara ambruk, masih dengan bayi di dalam gendongannya.

"Ya Tuhan. Lihat, siswi itu! Dia kenapa?" pekik seseorang.

"Sepertinya dia baru selesai melahirkan!"

"Panggil tenaga medis! Kita harus cepat menolongnya!" ujar yang lain lagi.

Orang-orang dari IGD rumah sakit itu mulai berhamburan. Mereka semua memindahkan Nara ke atas brangkar dan membawanya masuk ke IGD, begitupun dengan bayi yang ada dalam dekapannya.

"CPR!" ujar seseorang.

Karena kondisi yang tidak memungkinkan, seorang dokter wanita naik, mengangkangi perut Nara untuk melakukan pertolongan pertama. Denyut nadi Nara semakin lama semakin melemah. Sebanyak apa pun dokter wanita itu menekan dada Nara, tidak ada perubahan yang berarti.

Sampai di IGD pun, perawat sudah menyiapkan alat kejut jantung. Mereka sibuk menolong Nara meskipun mereka tidak tahu siapa Nara dan bagaimana ini bisa terjadi.

"Dok! Ada pasien lain yang masuk. Pasien kecelakaan!" ucap seorang perawat. Tak lama setelah itu, brangkar lain masuk ke IGD dengan seorang gadis yang terbaring di atasnya. Tubuh gadis itu penuh dengan luka. Kejadian apa yang menyebabkan gadis ini hampir meregang nyawa.

Dokter di IGD tersebut semakin banyak. Ada yang sibuk mengurus Nara, juga ada yang sibuk mengurus gadis yang terbaring di sebelahnya.

"Pasien ini mengalami komplikasi, kita sama sekali tidak tahu golongan darahnya apa. Ambil ini!" dokter itu mengambil sampel darah dari pasien karena para perawat pun tidak menemukan identitas Nara.

"Dok! Pasien semakin melemah!" ujar perawat lain pada dokter yang sedang membantu gadis yang ada di samping Nara. "Dok! Jantungnya berhenti!" ucapnya lagi.

"Defibrillator!" ujar Dokter itu.

Perawat pun memberikan alat kejut jantung yang diminta oleh dokter tersebut. Satu kali percobaan, gadis itu masih tidak memberikan reaksi, dua kali percobaan, masih sama. Tangan gadis itu malah terkulai hingga ujung jarinya menyentuh ujung jari Lim Nara. Dalam percobaan ke-tiga, gadis itu pun kembali bernapas. Monitor jantung memberikan gambaran jika jantung gadis itu kembali berdetak dengan baik.

"Oh syukurlah!" ucap para perawat di IGD tersebut.

Namun, salah satu dari mereka ternyata tidak tertolong. "Waktu kematian 15:30:19," ucap Dokter yang menangani Nara. Tubuh gadis itu ditutupi kain putih yang bagian bawahnya penuh dengan noda darah.

Selama mengandung, Nara bekerja terlalu keras, rahimnya masih terlalu muda. Terlebih, Nara juga kekurangan gizi dan nutrisi yang baik. Karena itu, mungkin terjadi komplikasi hingga gadis ini meninggal karena kehilangan banyak darah.

"Bayinya bagaimana, Dok?" tanya seorang perawat pada dokter yang mengurus Bayi Nara.

"Dia juga tidak dalam kondisi yang baik. Berat badannya kurang, napasnya juga terlalu lemah."

"Tolong kabari pihak sekolah, kita tidak tahu dimana keluarga anak ini berada. Jangan sampai memancing keributan."

"Baik, Dokter!"

Terpopuler

Comments

Zay Wex

Zay Wex

mulai baca othor.. maap telat hihihi😋

2023-02-28

0

Kin

Kin

halo kak author, aku mampir nihh. awal ceritanya sudah bagus, pastinya seru ceritanyaa

2023-02-27

1

Cahaya yani

Cahaya yani

ada notif lngsung cus bca. aplgi q pnggmar reinkarnasi lngsung dech bca like comen favorite , hadiah

semngt thooorr up ny q menunggu mu

2023-02-25

5

lihat semua
Episodes
1 ATBM Bab 1. Dua garis biru
2 ATBM Bab 2. Kehidupan Kedua
3 ATBM Bab 3. Kesepakatan
4 ATBM Bab 4. Permainan Dimulai
5 ATBM Bab 5. Kebenaran
6 ATBM Bab 6. Memanfaatkan
7 ATBM Bab 7. Menemukan
8 ATBM Bab 8. Tebusan 1M
9 ATBM Bab 9. Pertolongan Myung-Soo
10 ATBM Bab 10. Anak Kita
11 ATBM Bab 11. Kelakuan Nara/Bora
12 ATBM Bab 12. Kelakuan Minho CS
13 ATBM Bab 13. Mengancam
14 ATBM Bab 14. Calon Istri
15 ATBM Bab 15. Ketahuan Iseng
16 ATBM Bab 16. Tidak Salah
17 ATBM Bab 17. Galaunya Nara dan Bora
18 ATBM Bab 18. Ketahuan
19 ATBM Bab 19. Salah Paham
20 ATBM Bab 20. Keputusan Myung-Soo Dan Nara
21 ATBM Bab 21. It's Useless
22 ATBM Bab 22. Never give up
23 ATBM Bab 23. Suatu Saat Akan Gugur
24 ATBM Bab 24. Ketakutan Jian Man
25 ATBM Bab 25. Pembalasan Nara
26 ATBM Bab 26. Myung-Soo Marah?
27 ATBM Bab 27. Hidung Belang
28 ATBM Bab 28. Ketakutan Minho CS
29 ATBM Bab 29. Sangat Lucu
30 ATBM Bab 30. Myung-Soo Menyesal
31 ATBM Bab 31. Masih Mengelak
32 ATBM Bab 32. Maju Selangkah
33 ATBM Bab 33. Kejahilan Bora
34 ATBM Bab 34. Keburukan Sarang
35 ATBM Bab 35. Keegoisan Nara
36 ATBM Bab 36. Menghajar Orang Gila
37 ATBM Bab 37. Keperdulian Henry
38 ATBM Bab 38. Hal Menyebalkan
39 ATBM Bab 39. Cemburunya Myung-Soo
40 ATBM Bab 40. Takluk Tapi Tidak Tunduk
41 ATBM Bab 41. Tidak Bisa Ditunda
42 ATBM Bab 42. Kebodohan Sarang
43 ATBM Bab 43. Kekacauan
44 ATBM Bab 44. Sarang Tumbang
45 ATBM Bab 45. Kemarahan Seseorang
46 ATBM Bab 46. Kedatangan Jessica
47 AtBM Bab 47. Meminta Maaf
48 ATBM Bab 48. Giliran Minho
49 ATBM Bab 49. Semuanya Sudah Berakhir
50 ATBM Bab 50. Cintanya Berbalas
51 ATBM Bab 51. Berterima Kasih
52 ATBM Bab 52. Mengikhlaskan
Episodes

Updated 52 Episodes

1
ATBM Bab 1. Dua garis biru
2
ATBM Bab 2. Kehidupan Kedua
3
ATBM Bab 3. Kesepakatan
4
ATBM Bab 4. Permainan Dimulai
5
ATBM Bab 5. Kebenaran
6
ATBM Bab 6. Memanfaatkan
7
ATBM Bab 7. Menemukan
8
ATBM Bab 8. Tebusan 1M
9
ATBM Bab 9. Pertolongan Myung-Soo
10
ATBM Bab 10. Anak Kita
11
ATBM Bab 11. Kelakuan Nara/Bora
12
ATBM Bab 12. Kelakuan Minho CS
13
ATBM Bab 13. Mengancam
14
ATBM Bab 14. Calon Istri
15
ATBM Bab 15. Ketahuan Iseng
16
ATBM Bab 16. Tidak Salah
17
ATBM Bab 17. Galaunya Nara dan Bora
18
ATBM Bab 18. Ketahuan
19
ATBM Bab 19. Salah Paham
20
ATBM Bab 20. Keputusan Myung-Soo Dan Nara
21
ATBM Bab 21. It's Useless
22
ATBM Bab 22. Never give up
23
ATBM Bab 23. Suatu Saat Akan Gugur
24
ATBM Bab 24. Ketakutan Jian Man
25
ATBM Bab 25. Pembalasan Nara
26
ATBM Bab 26. Myung-Soo Marah?
27
ATBM Bab 27. Hidung Belang
28
ATBM Bab 28. Ketakutan Minho CS
29
ATBM Bab 29. Sangat Lucu
30
ATBM Bab 30. Myung-Soo Menyesal
31
ATBM Bab 31. Masih Mengelak
32
ATBM Bab 32. Maju Selangkah
33
ATBM Bab 33. Kejahilan Bora
34
ATBM Bab 34. Keburukan Sarang
35
ATBM Bab 35. Keegoisan Nara
36
ATBM Bab 36. Menghajar Orang Gila
37
ATBM Bab 37. Keperdulian Henry
38
ATBM Bab 38. Hal Menyebalkan
39
ATBM Bab 39. Cemburunya Myung-Soo
40
ATBM Bab 40. Takluk Tapi Tidak Tunduk
41
ATBM Bab 41. Tidak Bisa Ditunda
42
ATBM Bab 42. Kebodohan Sarang
43
ATBM Bab 43. Kekacauan
44
ATBM Bab 44. Sarang Tumbang
45
ATBM Bab 45. Kemarahan Seseorang
46
ATBM Bab 46. Kedatangan Jessica
47
AtBM Bab 47. Meminta Maaf
48
ATBM Bab 48. Giliran Minho
49
ATBM Bab 49. Semuanya Sudah Berakhir
50
ATBM Bab 50. Cintanya Berbalas
51
ATBM Bab 51. Berterima Kasih
52
ATBM Bab 52. Mengikhlaskan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!