Nara tersenyum meremehkan. Gadis itu menarik diri, menatap teman-teman Minho satu persatu. "Jangan pikir karena kalian anak orang kaya, kalian bisa bertingkah seenaknya. Aku memegang kartu kalian," sarkas Nara menggoyangkan ponselnya. Gadis itu berjongkok, membantu gadis yang tadi hendak dilecehkan oleh Minho agar mereka bisa segera menjauh dari tempat itu.
"Wuahhh ... keren, kamu memang keren, Nara!" puji Bora di samping Nara. Hantu itu menoleh ke belakang, menatap Minho dan teman-temannya seraya menjulurkan lidah. Mampus sudah anak-anak itu. Tapi, kenapa sekolah ini sangat menakutkan, apa tidak ada yang mau menghentikan kegilaan Minho.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Nara pada gadis di depannya. Nara melepaskan cardigan miliknya kemudian memakaikan cardigan itu pada gadis di depannya yang sekarang tengah duduk di bangku tak jauh dari gedung sekolah. "Aku Bora, aku bukan orang jahat," ulangnya lagi.
Gadis itu tetap diam, kepalanya masih menunduk, tidak ingin mendongak ke arah Nara karena mungkin dia masih sangat takut dan malu. Nara tidak mengambil pusing, ia berbalik lantas pergi dari sana. Bora terus saja berjingkrak heboh. Dia tak henti-hentinya memuji Nara karena keberaniannya itu.
"Aku suka wanita tangguh," kata Bora yang hanya mendapatkan senyuman tipis dari Nara. Bora hanya tidak tahu bagaimana pengecutnya dia dahulu.
Di tempat lain sekelompok siswa itu terlihat gelisah dan juga sangat takut setelah mendapatkan ancaman dari Nara. Minwo dan Taeil terus saja bergerak mondar mandir seperti setrikaan di laundry. Sedangkan Minho malah menunduk dengan wajah kesalnya.
"Sialan itu cewek. Dia siapa sih, perasaan bukan anak sekolah ini deh," kata Minwo dengan segala pemikirannya.
"Dia kayaknya anak baru," sahut Sarang. Kang Sarang, salah satu anggota dari geng menyebalkannya si Minho CS. Mereka semua anak-anak orang kaya sehingga mudah bagi mereka untuk merundung orang lain. "Yang lebih aneh, kenapa dia tahu kalau si Nara udah mati. Yang dia maksud cewek sialan itu 'kan?"
Semakin gugup lah mereka setelah mendapatkan pernyataan dari Sarang. Memang benar, satu minggu yang lalu mereka mendengar kabar kalau Nara sudah meninggal, alasannya meninggalnya tidak ada yang tahu karena pihak keluarga merahasiakannya.
Namun, poin yang harus mereka garis bawahi adalah, kenapa perempuan tadi tahu kalau Minho dan teman-temannya suka meruda paksa gadis itu.
"Aku balik ke kelas dulu," kata Minho. Sebagai ketua kelas, tentu dia tidak boleh membuat citra buruk di depan murid lain atau bahkan di depan guru. Ya, meskipun pada kenyataannya mereka tidak sebaik itu, tetap harus ada sisi baik yang mereka tunjukkan pada orang lain.
Sarang mengembuskan napas berat, dia menarik sahabatnya Hari dan Mina untuk mengikuti ketua kelas. Tentu Minwo dan Taeil juga ikut karena mereka berada di kelas yang sama.
....
Kelas yang semula riuh mendadak hening ketika guru yang menjadi wali kelas mereka masuk ke ruangan. Beliau tidak sendiri karena di belakangnya ada seorang siswi yang sangat cantik.
"Morning, class!"
"Morning, Ssaem!" jawab Mereka semua serempak.
"Baiklah ... hari ini kita kedatangan siswi pindahan dari SKY Internasional School."
"Wuahhhhh!" Semua murid di ruangan itu kembali riuh, mereka saling berbisik dan membanggakan sekolah tersebut. Gila, bagaimana mungkin orang yang pernah sekolah di sekolah paling bergengsi di kota itu memilih untuk pindah ke seolah yang jelas-jelas akreditasinya di bawah SKY Internasional School.
"Jika bukan karena bangkrut, dia pasti suka membuat masalah," ucap seseorang.
Sarang, Taeil, Hari. Minho, Mina serta Minwo saling menatap satu sama lain. Mereka semua tersenyum sinis ke arah Nara. Namun, tentu saja tidak digubris oleh gadis itu.
"Perkenalkan diri dulu," pinta Ssaem Kim.
Nara pun mengangguk. Ia berjalan agak ke depan, lantas memperkenalkan dirinya. "Hai semuanya, aku Han Bora, kalian bisa panggil aku Bora. Senang bertemu dengan kalian." Senyum simpul tersungging di bibir Nara. Dia membungkuk cukup dalam sehingga wajahnya tertutupi oleh rambutnya yang panjang. Senyum itu tiba-tiba menghilang, tergantikan dengan smirk luar biasa, matanya menatap tajam ke arah Minho, Sarang dan juga teman-temannya yang lain.
"Dasar brengsek," umpat Bora seperti hendak meninju Minho akan tetapi tentu dia tidak bisa melakukan itu karena tidak semua hal yang ada di dunia manusia bisa dia sentuh. Bora berdecih sebal. Dia berjalan mendekati bangku kosong yang akan duduki oleh Nara.
"Hai!" sapa seorang gadis dari arah depan Nara yang telah duduk di bangkunya.
"Aku Eunhae." Gadis itu mengeluarkan tangan kepada Nara. Nara pun menerimanya meskipun agak kurang suka. Senyum dia berikan meski tak sampai ke matanya karena dia benar-benar terpaksa melakukan itu.
"Terima kasih," ujar Eunhae lagi. Berbanding terbalik dengan Nara, gadis itu malah terlihat sangat senang karena bisa berkenalan dengan Nara.
"Cih ... sok banget jadi cewek. Tunggu aja, tadi kamu bisa ngancem kita. Akan ada waktunya dimana ancaman itu berbalik pada dirimu sendiri, Bora." Sarang tersenyum menyeringai. Ia kembali menatap ke arah depan setelah puas membayangkan betapa buruknya nasib Bora nanti saat dia masuk ke dalam jebakannya.
"Kamu suka sama dia," tuduh Taeil pada Minwo.
"Apaan sih. Tapi si Bora ini cantik banget ya, dia juga kayaknya pinter."
Minho mendelik, dia ikut melirik ke arah Nara yang duduk di jajaran bangku sebelah. Memang agak depan dari bangkunya, akan tetapi wajah Bora cukup jelas saat dilihat dari posisi itu. "Cih, cewek aneh!" gumam Minho.
"Noh Nara, si Minho ngatain kamu cewek aneh. Bukannya dia yang gila ya," gerutu Bora. Nara lagi-lagi tidak menggubris hal tersebut karena dia juga mendengar apa yang baru saja Minho katakan.
Saat jam pelajaran berakhir, Nara diminta untuk membawakan buku ke ruang guru karena ketua kelas saat itu sedang tidak ada. Kenapa guru itu harus meminta dia yang membawakan buku-buku itu, apa tidak ada orang lain. Benar-benar sangat mengesalkan.
"Aku bantu, Ra!" ucap Eunhae seraya mengambil sebagian buku dari tangan Nara. Gadis itu pun hanya tersenyum kecil. Sebenarnya dia ingin mengatakan kalau dia tidak membutuhkan bantuan, tapi kasihan juga Eunhae jika dia terus-menerus menolak kebaikannya.
"Aku ingin bantu, tapi enggak bisa," kata Bora. Nara mengembuskan napas pelan. Kenapa juga hantu di sebelahnya ini sangat cerewet.
"Sudah sampai, biar aku saja." Nara mengambil buku-buku itu dari tangan Eunhae lantas masuk ke ruang guru. Selepas menaruh buku-buku itu di atas meja Ssaem Kim, atensi Nara terfokus pada sebuah meja guru yang berada di paling ujung. Jantungnya kembali berdegup sangat kencang, kepala Nara seperti di hantam batu besar saking sakitnya dia kala itu.
"Hentikan, jangan, jangan lakukan ini, aku mohon, lepaskan aku. Saaem, lepaskan aku. Aku mohon."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Cahaya yani
jgn" si saem yg mmperkosa si nara
2023-02-28
1
Aini Chayankx Ahmad N
lebih semangat kak.aku gregetan ma novelmu kak.
semangat ya Nara, jangan kalah lagi
2023-02-28
0
Kin
lanjuuttt
2023-02-28
0