Seorang gadis mengerejapkan matanya beberapa kali ketika kesadarannya mulai kembali. Dia menatap langit-langit di atas kepalanya dengan tatapan kosong. Ada di mana dia sekarang? Di akhirat kah? Kenapa ini sangat tidak nyaman.
"Hai! Kau gadis itu 'kan? Gadis yang meninggal di UGD rumah sakit waktu itu! Aku Han Bora. Aku orang yang memiliki tubuh ini. Kau sangat cantik sama sepertiku, tapi kenapa kita tidak beruntung? Kenapa kau masuk ke dalam tubuhku seharusnya kau pergi ke alam baka. Karena kau seharusnya tinggal di sana. Aku tidak bisa kembali masuk, ke tubuhku karena mu," celoteh gadis lain yang wajahnya persis seperti wajah Nara saat ini. Gadis itu mengenakan seragam SMA. Seragam yang Nara tahu adalah seragam sekolah swasta paling bergengsi di negara itu. Nara tidak mengatakan apa pun, dia hanya menatap kosong ke arah gadis itu tanpa ekspresi. Dia masih mencoba untuk mencerna semuanya. Dia telah mati satu kali, mungkin karena itulah, dia tidak terlalu antusias untuk melihat keadaan sekitar.
"Bora, Sayang!" panggil seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik.
Nara menatap wanita itu, siapa orang ini, kenapa dia memanggilnya dengan nama lain. Lalu, siapa Bora? Namanya Nara, bukan Bora.
"Sayang, ini Mama, Nak! Kau sudah satu minggu di sini. Syukurlah kau sadar. Mama sangat senang karena itu. Terima kasih Sayang!" ucap wanita itu lagi. "Mama akan memanggil dokter sebentar ya Nak! Tunggu!" Wanita itu tersenyum setelah mengusap bulir bening dari matanya.
Kening Nara semakin mengerut saat melihat dan mendengar wanita paruh baya itu memanggilnya dengan sebutan Nak. Ada apa ini, siapa wanita ini. Sejak kapan dia memiliki seorang ibu, ibunya sudah meninggal sejak lama. Nara meraba bagian wajahnya, dia ingin beranjak akan tetapi tidak bisa karena tubuhnya masih sangat lemah. "Ada apa ini?" gumam Nara dengan suara yang sangat pelan. Dia berusaha untuk kembali bangun dan memiringkan tubuhnya ke sisi lain. Namun, saat dia sedang mencoba melakukan itu, tubuhnya mendadak kaku, dia menatap wajahnya dari pantulan cermin di depan dengan mata membulat sempurna.
"Ini wajah siapa?" Nara membatin. Dia kembali meraba wajahnya lantas menoleh ke arah pintu ketika ibu tadi memanggilnya lagi. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Alur kehidupan seperti apa yang dia jalani, apa omongan mahluk tak kesat mata ini sungguhan? Kenapa Nara sangat berharap jika ini memang benar adanya. Dia harus hidup, dan dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan padanya. Pasti ada alasan kenapa dia kembali dilahirkan. Nara tidak bisa tinggal diam.
"Itu ibuku! Wanita paling baik dan paling cantik di dunia ini. Jangan bingung. Kau hanya tinggal di tubuhku untuk beberapa waktu. Nanti aku akan kembali jika kau bisa keluar dari tubuh milikku. Nama mu Han Bora. Mulai sekarang, jadilah Bora untuk ku. Jangan membuat orang-orang yang aku sayangi bersedih. Aku akan membantumu dan menjelaskan siapa saja orang yang harus kau hadapi nantinya!" ucap Bora di sisi tubuhnya.
"Apa kau tidak bisa mendengar ku? Apa hanya aku saja yang bisa melihatmu, Kak?" tanya Bora dengan wajah sendu. "I hope you can at least hear me, Sis." Hantu itu kembali berbicara.
Nara lagi-lagi diam. Dia enggan untuk berbicara dengan orang itu. Jika benar Tuhan memindahkan tubuhnya ke tubuh orang lain, maka itu sudah menjadi takdir yang harus mereka terima. Apa ini yang disebut dengan kelahiran kembali, dia hidup pada tubuh orang lain? Tapi kenapa dia tidak bisa mencerna semuanya. Dia tahu gadis berseragam SMA itu bukan manusia karena sejak tadi, orang-orang bisa menembus tubuhnya. Tapi anehnya, dia sama sekali tidak merasa takut. Semuanya masih seperti mimpi untuk Nara.
"Sayang, apa ada yang sakit? Kau mau minum?" tanya ibu paruh baya tadi. Nara menggelengkan kepalanya. Bibirnya menyunggingkan senyum meskipun sangat tipis.
"Aku yakin kau mendengar ku, Kak. Kenapa kau bisa bersikap setenang ini. Apa kau tidak tahu jika saat ini kau ada di dalam tubuhku? Kenapa kau tidak berbicara?" Bora menunduk dengan mata berkaca-kaca. Tepat, ketika pintu kamar rawat itu terbuka, Bora keluar dari sana. Dia terlalu sakit hati karena ibunya sama sekali tidak menyadari jika Bora yang asli ada di belakangnya dan malah melewatinya begitu saja.
Hantu Bora tertegun saat melihat seorang datang menghampirinya dengan setelah serba hitam. Apa ada yang bisa melihat dia? Bora tersenyum karena berpikir jika dia masih memiliki kesempatan.
"Han Bora! Kau itu sudah mati, dan seharusnya kau mati ketika kau masih bayi. Tidak ada kesempatan untuk kembali. Kami memberikan kamu pilihan, ikut ke alam baka sekarang? Atau kamu mau tetap tinggal sebagai hantu di sisi tubuhmu?" Malaikat penjaga gerbang kematian bersuara dengan lantang. Tatapan matanya tajam tapi tidak ada kehidupan. Orang bersetelan hitam panjang itu menatap Bora lekat, mengulurkan tangan agar Bora mau ikut bersamanya.
Bora ambruk di atas lantai setelah mendengar seseorang mengatakan hal tersebut kepadanya. Jadi, yang meninggal itu sebenarnya dia, bukan gadis yang sekarang ada di tubuhnya. Lantas, bagaimana dengan sekolahnya? Bagaimana dengan pernikahannya? Bagaimana dengan orang-orang yang dia cintai. Bora sama sekali belum siap menerima kenyataan ini. Tuhan tidak adil kepadanya, kenapa dia harus merelakan tubuhnya di ambil orang lain.
"Jika kau ingin tetap tinggal, berbuat baiklah! Saat kau sudah siap untuk kembali, kau akan kembali bertemu dengan ku!" ujar orang bersetelan hitam yang terus berjalan menjauh di koridor rumah sakit tersebut. Bora menangis seraya memeluk lututnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia benar-benar masih ingin kembali.
Orang-orang berlalu lalang melewati koridor tersebut, tanpa mereka tahu jika mereka berjalan menembus ruh seorang gadis yang sedang meringkuk dengan tangis yang pilu.
Bora baru sedang tersenyum. Dia menerima perhatian yang ibunya berikan untuknya. Bahkan ketika Han Junmyeon, sang ayah dari pemilik tubuh itu menyuapkan buah-buahan, Nara menerimanya dengan wajah berbinar. Jika dia dengar dari apa yang Bora asli katakan tadi, gadis yang memiliki tubuh ini pasti adalah orang yang manja. Nara harus bisa merebut hati orang-orang ini agar dia bisa menjadi Bora tanpa dicurigai. Andai ini mimpi, Nara berharap jika mimpinya tidak akan berakhir. Dia akan mengikuti alur yang telah Tuhan tetapkan untuknya.
"Kata Dokter, setelah kamu terapi beberapa hari, kamu sudah bisa pulang, Sayang! Sudah bisa sekolah lagi seperti dulu!" kata wanita paruh baya yang sedang memijat betisnya.
Semua orang itu menoleh ke arah pintu ketika pintu di ruangan itu digeser dari luar, seorang laki-laki yang tampan nan gagah masuk ke ruangan itu. Namun, di mata Nara, ada orang lain yang mengikuti pria itu dari belakang.
"Selamat siang, Ma! Pa!" ucapnya seraya mengangguk. Pria itu memberikan bucket bunga kepada Nara. Gadis itu malah terbengong, bingung harus menerima bucket bunga itu atau tidak.
"Dia adalah Kang Myung-soo. Calon suamiku, ah tidak, sekarang dia adalah calon suamimu. Dia merupakan CEO di perusahaan furniture paling besar di negara ini. Kau tahu, saat kemarin aku kecelakaan, itu terjadi saat aku sedang mengejarnya di zebra cross, " papar Bora asli.
"Mama! Bora gak mau ketemu sama dia? Dia jahat!" ujar Nara membuat orang-orang itu terbengong. Mereka tahu betul kejadian yang sebelumnya terjadi. Wajar jika Bora tidak menyukai orang ini.
"Ma! Saya ingin bicara dengan Bora sebentar. Bolehkah?" tanya Kang Myung-soo dengan senyum tipis di bibirnya. Orang tua Bora pun beranjak dari tempat duduk mereka.
"Ma! Kenapa Mama ninggalin Bora sama orang ini! Ma ... Papa!" rengek Nara pada kedua orangtuanya. Gadis itu menatap Junmyeon sang ayah dengan mata berkaca-kaca. Karena kejadian di masa lalu, Nara menjadi sangat benci pada laki-laki, termasuk laki-laki bernama Myung-soo.
"Gak papa, Sayang! Calon suamimu hanya ingin berbicara, kami ke luar sebentar ya! Kamu itu sangat menyukai pria ini. Semuanya akan baik-baik saja!" jelas Junmyeon kepada anak gadisnya. Nara mengembuskan napas kasar. Begitu pun dengan hantu Bora. Mereka berdua sebenarnya sama-sama enggan untuk bertemu dengan Myung-soo. Hantu Bora jelas masih kecewa pada tunangannya. Nara juga sama.
"Saya minta maaf jika saat itu saya mengabaikan mu. Saya benar-benar sedang terburu-buru. Saya tidak bermaksud melakukan hal seperti itu, Bora. Maafkan saya!"
Nara bergeming. Dia enggan untuk melirik pria di sampingnya dan malah memalingkan wajah. "Aku enggak suka sama kamu! Kenapa kau harus minta maaf jika tidak melakukan kesalahan, jangan jadi orang munafik. Jika kau memang tidak menyukai ku. Ambilah perempuan lain. Aku rasa kau cukup sadar diri! Dilihat dari tampilan pun, kau itu sudah tua. Seharusnya kau malu karena mau menikah dengan anak gadis yang masih duduk di bangku SMA."
Hantu Bora melongo. Dia berjalan ke arah Nara kemudian berdiri di depan wajah gadis itu. "Hei! Jangan terlalu kejam. Dia itu calon suami mu. Jangan memprovokasi nya. Jika dia membatalkan perjodohan, kau yang rugi, bego!" ketus Hantu Bora membuat Nara memutar bola mata.
"Kau yang bego! Udah tahu pria tua masih di pacari. Ditambah dia gak cinta sama kamu, Hara! Buang aja lelaki seperti ini. Perempuan itu bisa hidup tanpa spesies seperti mereka!" gerutu Nara di dalam hatinya.
Hantu Bora menepuk kening melihat Nara yang semakin berwajah masam. Dia mendongak begitu mendengar lelaki di depannya tergelak. Kening gadis hantu dan manusia itu mengkerut, mereka berdua menoleh ke arah Myung-soo dengan tatapan bingung.
"Saya suka kamu yang seperti ini. Saya masih banyak pekerjaan. Cepat sembuh! Saya janji, saya akan lebih bersikap baik padamu!" ujar Myung-soo seraya mengusap kepala Nara akan tetapi ditepisnya oleh gadis itu.
"Orang gila! Lebih baik jangan ketemu lagi!" ketus Nara dengan api membara.
"Shhutttt! Jangan seperti itu, Kak. Dia itu masih sangat muda, umurnya baru 28 tahun. Hanya beda 11 tahun dengan ku. Dan kau tahu, dia itu adalah pria yang paling banyak disukai wanita muda seperti kita. Jangan membuang kesempatan. Oppa Myung-soo itu sudah jelas asal usulnya."
Uhukkk!
Nara tersedak air liurnya sendiri ketika mendengar kata oppa keluar dari mulut hantu di sampingnya. Eishhhhhh ... Bora ini terlalu bucin. Sudah jelas laki-laki ini songong dan arogan. Masih juga Bora pertahankan. "Kau lihat saja Bora, aku akan membuat hubungan kalian retak. Laki-laki itu tidak pantas untuk mu!" Nara membatin.
....
Gadis itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah rumah yang lebih terlihat bak istana kerajaan. Para maid menyambutnya penuh antusias.
"Kembalilah ke kamar mu, Nak! Kau pasti masih sangat lelah! Mama akan membuatkan mu camilan sore. Tolong antar Non Bora ke kamarnya Nam!" pinta nyonya Han kepada kepala pelayan di rumah itu.
"Baik Nyonya!"
"Silakan, Non! Saya sudah membersihkan kamar Non Bora, semua kebutuhan Non Bora sudah lengkap, Non membutuhkan sesuatu tidak?" tanya Bu Nam dengan senyumannya.
"Tidak, Ahjuma terima kasih!" ujar Nara.
Gadis itu memperhatikan kamar barunya dengan seksama. Ini terlalu mustahil, dia baru saja mengalami hal yang buruk, kenapa sekarang semuanya berbanding terbalik. Apa ini hanya mimpi?
Nara membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dia tidur dengan posisi menyamping ke arah kanan, lengan yang dia jadikan sebagai bantalan membuatnya merasa jauh lebih nyaman. Makhluk itu juga ikut berbaring di depan Nara membuat Nara berpura-pura menatap kosong ke arahnya. Nara meraba perutnya yang sudah rata, tapi tidak, ini bukan perutnya, ini perut orang lain. Kemana perginya anak yang dia kandung selama 9 bulan? Bayi itu masih hidup atau tidak, dia tidak tahu. Bulir bening mengalir dari sudut matanya tanpa dia minta. "Kamu di mana, Nak?" Nara membatin dengan mata terpejam.
"Aku tahu kau sadar siapa dirimu, Kak. Aku janji, aku akan membantumu. Tubuh ini akan tetap menjadi milikmu. Permintaan ku cuma satu, tolong bahagiakan kedua orangtuaku. Jika kau mau melakukan itu, aku akan membantumu untuk mencari anak yang waktu itu kau lahirkan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Zay Wex
semangat othor Anita 😊
2023-02-28
0
Cahaya yani
semngt othoorrr si nara jgn jdikn cewek sombng.. tpi hrs kuat juga cerdas
2023-02-25
1
Hazhilka279
semangat ngetik kim
2023-02-25
0