Seorang gadis mencengkram kuat rak yang ada di samping tubuhnya. Dalam keheningan dan juga ruangan yang berdebu dan sedikit gelap, gadis itu menitikan air mata. Maksud hati ingin melaporkan tindak kekerasan pada wali kelasnya, gadis itu malah diruda paksa wali kelas bajingan itu.
"Ssaem, ampun!" lirih Nara. Dia sudah tidak bisa menahan semuanya, sudut bibirnya berdarah karena habis dipukul wali kelasnya ini, dan dengan tidak beradabnya Jo Jian Man malah memasukinya secara paksa, padahal dia sudah sangat kesakitan karena sebelum ini, Minho dan teman-temannya juga sudah melakukan hal yang sama.
"Kau pantas mendapatkan ini, siapa kau yang mau melaporkan anak-anak itu, hah? Mereka itu orang-orang kaya. Jika sampai masalah ini sampai ke luar, reputasi sekolah akan hancur, dan yang akan paling disalahkan adalah aku ... wali kelas kalian. Jangan mempersulit ku, apa susahnya menjadi jala**, toh kau juga menikmatinya!"
Bulir bening itu kembali menetes dari sudut matanya. Kelopak mata Nara terpejam perlahan. Karena sudah tidak sanggup pada akhirnya Nara kehilangan kesadaran masih dengan Jian Man yang terus masuki bagian intinya tanpa ampun. Semua harapan Nara telah hancur, tidak akan ada lagi keadilan untuknya. Disiksa, dipermainkan, dan dijadikan pelacu* oleh orang-orang tak beradab ini membuat Nara seperti ingin mati saat itu juga.
"Hei! Kau baik-baik saja?" tanya seseorang ketika melihat Nara berjongkok di lorong tak jauh dari ruang guru.
Nara refleks menarik diri, dia enggan untuk disentuh pria itu. Ya Tuhan, rasanya Nara terlalu jijik untuk membayangkan hal-hal seperti ini. Tubuhnya menggigil.
"Kamu anak baru 'kan? Aku Henry, aku ketua OSIS di sekolah ini, kalau kau tidak baik-baik saja. Aku antar ke UKS!"
Nara menggelengkan kepalanya. Gadis itu berusaha menepis ingatan menyebalkan di masa lalu. Bora juga sejak tadi merasa sangat ketakutan. Entah kenapa, apa yang Nara lihat, dia juga bisa melihatnya. Alangkah malang nasib Nara ini. Jadi, anak siapa yang waktu itu dia lahirkan pun tidak jelas, pantas saja Nara tidak takut pada anak-anak badung seperti Minho, Sarang dan teman-temannya, ternyata masa lalu gadis ini benar-benar sangat tragis. Remaja yang seharusnya menikmati masa muda justru malah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Kenapa dunia ini sangat kejam.
"Aku akan lebih berusaha untuk membantumu, Nara," gumam Bora. Dia mengusap bulir bening dari sudut matanya kemudian beranjak. Bora harus mencoba untuk pergi ke rumah sakit dan mencari keberadaan bayi itu.
"Aku baik-baik saja," sahut Nara kemudian beranjak. Dia sama sekali tidak menoleh atau menatap wajah Henry. Nara harus segera pergi dari sana. Semua ini harus cepat berakhir, Nara harus mengungkap kebusukan orang-orang ini.
Henry mengerutkan kening, tangannya sudah terangkat ke udara akan tetapi lidahnya kelu, tidak bisa menghentikan Nara atau mengejarnya. Ia tentu tidak memiliki hak untuk itu.
"Henry!" panggil seseorang dari belakang. Pria itu berbalik, ternyata Sarang, gadis yang selalu mengekornya kemana pun dia pergi. "Lagi apa?" tanya Sarang dengan senyum di bibirnya.
"Manggil guru," sahut Henry singkat. Ia sama sekali tidak tertarik untuk mengobrol dengan gadis di depannya itu.
"Dasar pelit. Padahal cuma pengen ngobrol doang." Sarang menggerutu seraya menghentak-hentakan kakinya kesal.
****
Pulang sekolah, Nara celingukan ke sana kemari mencari keberadaan Bora. Sejak jam pelajaran ke 2. Hantu itu sudah tidak terlihat lagi. Kemana dia pergi, tidak mungkin dia meninggalkan Nara seorang diri. Bukan Nara sangat membutuhkan Bora. Dia hanya takut Bora kenapa-napa. Bagaimana jika dia terjebak di suatu tempat.
"Halo, Ma," sahut Nara pada orang di sebrang telepon. "Padahal Nara bisa pulang sendiri. Ya sudah enggak papa. Hmm ... iya Ma!"
Gadis itu mengembuskan napas kasar. Ia lupa kalau sekarang dirinya sedang menjadi Bora yang pada artinya ia harus menerima apa pun tentang gadis itu. Pertunangannya dengan Myung-soo memang belum resmi, tapi sejauh yang Nara tahu, orang tua mereka sudah menganggap jika pertunangan itu adalah sah dan Nara tidak boleh menjadi pengacau.
"Hei cewek urakan!" teriak Sarang dari arah belakang Nara. Gadis itu mendekat ke arah Nara, memberikan senyum mengejek sedangkan Nara hanya berdecih tidak suka. "Kamu jalan kaki, jadi beneran ya kalau keluarga kamu itu bangkrut!"
Nara memalingkan wajahnya untuk beberapa saat. Gadis itu tergelak kemudian kembali menoleh ke arah Sarang, Hari dan Mina. "Jangan sok tahu. Nanti kalau faktanya sudah keluar, kamu sendiri yang akan malu!" ketus Nara. Ia yang tadi mendekat ke arah Sarang hendak berbalik akan tetapi tanpa Nara sadari, Mina sedikit menyelonjorkan kakinya agar Nara tersandung dan jatuh.
Bruk!
"Akhhh!"
Nara mengerutkan kening, dia menoleh ke belakang ketika mendengar suara seseorang terjatuh dan mengaduh kesakitan. Tawa kecil keluar dari mulutnya, ternyata yang sedang menangis adalah Mina, ia menolehkan kepalanya ke samping. Bora tersenyum dengan senyum terbaik yang dia miliki.
"Tadi dia ingin membuatmu terjatuh, tapi aku tarik kakinya." Bora terlihat sangat bahagia. Nara pun mengangguk sebagai tanda jika dia menyukai apa yang Bora lakukan.
Sarang dan Hari saling menatap satu sama lain. Mereka berdua menaik turunkan alis, dilihat dari senyum mereka, sudah bisa dipastikan jika mereka memiliki niat tidak baik.
"Ya ampun, Mina, kasihan sekali kamu, kenapa anak baru ini sangat jahat, padahal kamu hanya ingin menjadi temannya. Kenapa dia malah membuat mu jatuh seperti ini." Hari mulai mendramatisir keadaan di depan para murid yang hendak keluar dari gerbang sekolah.
Nara awalnya diam, akan tetapi, setelah melihat orang-orang menatap ke arahnya, Nara malah tersenyum menyeringai.
"Jangan mentang-mentang kamu cantik, kamu bisa bersikap seperti ini, Nara! Kami hanya ingin berteman dengan mu. Tapi kenapa kamu sangat jahat, apa hati kamu sudah digigit serigala sehingga kamu sangat keterlaluan seperti ini." Sarang mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca. Dia membantu Mina untuk berdiri bersama dengan Hari yang juga sedang membantu Mina.
******* napas kasar keluar dari mulut Nara. Sejurus kemudian, tangan gadis itu terulur, menarik lengan Sarang, dan ....
Plak!
Satu kali tamparan mendarat di pipi gadis itu.
Plak!
Yang kedua pun mendarat dengan sempurna. Nara hendak melayangkan tamparan ketiga, akan tetapi seseorang menghentikan apa yang ingin dia lakukan.
"Saya bilang berhenti, Bora!" katanya lagi. Tangan Nara terkepal sangat kuat, dia mendorong tubuh Sarang sehingga gadis itu terhuyung ke belakang dan jatuh. Nara lagi-lagi dibuat tergelak, dia tidak melakukan itu dengan tenaga. Kenapa Sarang malah terlempar dengan sangat kencang. Kini Nara tahu, jika Sarang adalah gadis penuh kepalsuan. Dia seperti bunglon yang bisa berubah warna sesuai kebutuhan.
"Kak Myung-soo~!" gumam Sarang, alangkah terkejutnya dia ketika orang itu membuka masker yang dia kenakan. "Kakak kenapa ada di sini? Sarang nanti dijemput sopir kok!"
Bukannya menjawab, Myung-soo malah menarik tangan Nara, membawa gadis itu menjauh dari Sarang, teman-temannya juga siswa dan siswi lain.
"Kak Myung-soo!" panggil Sarang lagi, akan tetapi Myung-soo sama sekali tidak menggubrisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Zay Wex
1☕ untuk othor.. semangat ngetik nya.. ✌😋
2023-02-28
0
Cahaya yani
up lgi donk thoorr jdikan si bora kuat biar pda takut
2023-02-28
1
Aini Chayankx Ahmad N
kk kenapa namanya sulit amet bilang nya.kakk keturunan Jepang ya🙏✊✊✊
2023-02-28
2