Villain'S
"Eeh, aku hanya mendengar gosipnya saja, tapi… apa benar?"
"Sstt jangan keras keras, wanita jahat itu bisa mendengarmu."
"Benar, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!?" pelayan itu melihat sekelilingnya memastikan tidak seorangpun mendengar mereka. Dan mendekatkan bibirnya berbisik ke temannya, "Anaknya mati setelah dilahirkan_"
"AAAHHHH HU HU HU HU HU HU HU ANAKKU!? ANAKKUUU!?ANAKKUUUUU!? HU HU HU HU HU HU!?"
Mereka yang berbincang langsung diam tanpa suara dengan gerakan mereka yang terhenti. Kepala mereka kompak menengok ke satu kamar berpintu besar. Masih terdengar suara tangisan seorang wanita dari balik pintu. Suara tangisnya terdengar pilu. Mereka yang mendengarnya langsung bertatap tatapan. Kepala mereka kompak menunduk dan segera pergi dari sekitar pintu besar tersebut.
Satu pelayan wanita yang tidak pergi dan masih mendengarkan suara tangisan wanita dibalik pintu. Dia memegang nampan berisikan makanan dan minuman diatasnya. Pelayan itu menarik nafas dalam dalam membuangnya pelan pelan. "Nyonya, aku membawakan makanan anda!?" ujarnya sambil membuka pintu.
Sreek
Dia menutup kembali pintu dan berbalik badan menghadap nyonya yang dimaksud. Meskipun sudah melihatnya berkali kali tapi masih saja dirinya tidak terbiasa. Kamar dibalik pintu sangat berantakan. Semua perabotan tidak tertata rapi. Di dinding dinding dan lantai lantai terdapat setitik bercak darah. "Nyonya, aku akan menaruh mekanan anda di atas meja." pelayan itu melihat makanan sebelumnya yang sama sekali tidak dijamah. Dia menengok ke arah tempat tidur bertirai merah terang yang tertutup rapat.
"Hiks hiks hu hu hu hu…" masih terdengar suara tangisan wanita itu. terlihat samar samar siluet wanita yang memeluk sesuatu dipelukannya.
Tidak ada yang bisa membantu menenangkan hati wanita itu kecuali anaknya kembali sehat. 'Hari ini juga pasti hari yang sulit untuknya.' pikir Mei, si pelayan wanita.
Untuk menemani majikannya, Mei membereskan meja kursi yang berantakan, menata ulang, dan membersihkan bercak darah yang menempel. Saat sedang mengelap lantai yang terkena bercak darah, terlihat kaki putih seseorang.
"Maafkan aku Mei, aku selalu merepotkanmu!?" ujar seorang wanita berpakaian hitam polos, terlihat bekas air mata dibawah matanya. Rambutnya hitam panjang melebihi pinggul, matanya berwarna emas vertikal, dia adalah Huai Yu, Nyonya kedua klan guaiwu. Wanita itu menggendong seorang bayi tertutup kain hitam di wajahnya.
Pelayan bernama Mei tersebut langsung berdiri dengan senyum tipis diwajahnya, "Tidak apa apa ini memang sudah tugasku." ujarnya ramah.
Huai Yu tersenyum tipis, "Aku ingin memandikan Zhen, kau bisa membantuku mengambil air?" tanya wanita itu lembut. Sangat berbeda dengan beberapa saat yang lalu. "Zhen sepertinya kedinginan, jadi tolong panaskan airnya, ya!?" ujarnya lagi sembari berjalan menuju kursi.
Mei melirik bayi yang sama sekali tidak terdengar nafasnya itu. Ditambah lagi ini sudah tengah malam, bukankah normalnya nyonyanya ini memandikan bayinya saat pagi atau sore? Namun Mei hanya mengangguk paham tanpa bertanya ini itu. "Baik, aku akan segera memanaskan airnya." ujarnya sambil menunduk paham.
"Terima kasih, Mei!? Zhen, kau dengar? Mei akan membawakan air hangat untukmu!?…… Benar, dia sangat baik bukan? Aku harap dia juga bisa mendengarmu~…… Apa? Zhen ingin mandi bersama ibu?" Huai Yu melihat kembali Mei, "Mei, Zhen bilang ingin mandi bersamaku. Jadi tolong siapkan untukku juga." pintanya dengan senyuman diwajahnya yang terlihat cantik.
Mei melongo melihat Huai Yu bicara sendiri dengan bayi digendongannya. Karena sejujurnya ini pertama kalinya Huai Yu bicara dengannya setelah tinggal disini selama setahun lalu. Ajaibnya wanita itu tahu namanya. "Ah, i iya, aku akan segera menyiapkan bak mandinya."
Mei sedikit percaya tak percaya kalau Huai Yu seperti orang yang hilang akal. Sebab Huai Yu yang ia kenal sebelum adalah seseorang yang baik dan tentunya tidak seperti sekarang. Meskipun tidak pernah berbincang, tapi Mei bisa melihatnya melalui pandangan wanita itu. Namun sekarang, walaupun dia terlihat bicara ramah dan baik akan tetapi ada sisi gelap didalamnya.
Beberapa saat kemudian
Mei membawakan sebaskom air hangat. Dia mencampurkannya dengan air dingin di bak mandi besar. Tidak lama masuk Huai Yu dengan membawa bayi digendongannya. Masih tertutup kain hitam diatas wajah bayi itu. Sejujurnya ini adalah kali pertama Huai Yu meminta Mei untuk mempersiapkan mandinya. Juga kali pertamanya melihat bayi Huai Yu yang selama ini selalu disembunyikan olehnya pasca melahirkan.
Huai Yu berendam ke dalam bak mandi yang terbuat dari kayu setelah melepas semua pakaiannya. Pelan pelan dia membuka kain hitam yang melilit bayi yang selalu digendongnya. Terakhir dia membuka kain yang menutupi wajah anaknya.
Seketika mata Mei terbelalak melihat bayi tersebut. Tubuh bayi itu membiru seperti akan membusuk, sama sekali tidak terdengar suara nafas darinya. Namun, hal yang paling membuatnya terkejut adalah mata bayi itu tiba tiba terbuka. Matanya berwarna merah vertikal. Di mata itu sama sekali tidak ada cahaya kehidupan. Saat dirinya memandangi mata bayi itu, perasaan takut tiba tiba menjalari hatinya. Seakan akan ada banyak mata yang memperhatikannya. Mei langsung menundukkan pandangannya tak berani melihat mata bayi itu langsung. Rasanya bayi di gendongan Huai Yu sedang menatap ke arahnya.
"Mei!?" panggil Huai Yu tiba tiba.
"I iya, nyonya?" jawabnya masih menunduk. Mau bagaimanapun dirinya tak ingin melihat ke arah Huai Yu yang sudah pasti ada tatapan dari sana.
"Lihatlah kemari!?" ujar Huai Yu memberi penekanam pada ucapannya.
Terpaksa Mei harus mengangkat pandangannya menatap Huai Yu. Kagetnya dia ternyata Huai Yu sudah ada didepannya. Bersama dengan bayinya yang digendong. Dirinya rasa dia mengerti mengapa Huai Yu menutup wajah anaknya dan selalu menyembunyikannya.
"Karena kau akan menjadi teman Zhen, aku akan mengizinkanmu mendengarnya." ujarnya. Huai Yu mendekatkan Zhen pada Mei. Mata merah bayi itu masih terlihat menakutkan ketika bertatapan dengannya. "Coba kau gendong!?" suruh Huai Yu.
"A apa? Tapi…" Mei merasa sangat sangat takut untuk bersentuhan dengan bayi itu. Apalagi tatapan menakutkannya pada dirinya.
"Ayo gendong dan dengarkan detak jantungnya. Kau akan tahu apa dia hidup atau tidak."
Sepertinya Huai Yu tahu isi hati Mei. Dengan tangan yang gemetar, Mei menggendong bayi kecil itu. Dia tidak akan menjadi tumbal pengorbanan kan? Mei takut tiba tiba bayi kecil ini loncat dan mengigitnya seperti vampir. Apalagi mata merahnya sangat mendukung itu. "B baiklah…" dia mendekatkan telinganya pada dada bayi itu. Meskipun sangat pelan bahkan hamoir tak terdengar, tapi berdetak sesuatu didalam sana. Matanya terbelalak kaget mendengar itu.
Mei semakin menajamkan pendengarannya, detak jantung yang sangat kecil terdengar sangat pelan. 'D detak jantung? Bukannya bayi ini sudah… tunggu, jadi selama ini aku mengira bayi ini mati padahal masih hidup?' Mei menatap mata Zhen dengan berani sekarang. Setelah mengetahui bahwa sebenarnya Zhen masih hidup. 'Sejak awal dia tidak mati, tapi dia sedang berada di ambang kematian.'
...***...
Setelah mengetahui kalau Zhen tidak mati, Mei mulai mengerti kenapa Huai Yu menangis setiap hari. Wanita itu menangisi putranya yang bisa saja benar benar pergi. Tapi masalah dia bicara sendiri dengan bayinya, itu benar benar adalah ketidakwarasannya.
"Sepertinya suasana hati nyonya sedang baik hari ini?" tanyanya.
"Ya, karena besok malam adalah malam gerhana bulan. Zhen ku juga akan menangis besok." jawab Huai Yu.
Beberapa kali Mei mengerjapkan matanya. Perkataan Huai Yu terlalu sulit untuk dirinya pahami. Malam gerhana bulan? Zhen akan menangis? Hah? Dirinya sama sekali tak mengerti. "Kenapa dengan malam itu?" tanya Mei penasaran.
Bukannya menjawab, Huai Yu hanya melempar senyum. "Kau akan segera tahu." jawabnya.
Seperti yang dikatakan Huai Yu, malam gerhana bulan telah tiba. Saat terjadinya adalah tengah malam dan Mei menunggu didepan pintu. 'Nyonya bilang aku tidak boleh masuk apapun yang terdengar. Sebenarnya apa yang direncanakannya?' pikirnya khawatir.
Beberapa jam kemudian…
Mei duduk didepan pintu dengan mata tertutup. Matanya sangat mengantuk.
"OOAAA OOAAA!?"
"KHA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!?"
Tiba tiba terdengar suara tawa serta tangisan bayi dari dalam kamar. Mei langsung tersadar dari tidurnya. "A apa yang terjadi?" dia ingin membuka pintu kamar. Tapi teringat dengan yang dikatakan Huai Yu, tangannya kembali ditariknya. Dari balik pintu ini dia hanya bisa membayangkan apa yang terjadi.
"HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!?"
"OOAAA OOAAA!? OOAAA OOAAA!?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
????
kerenn~
2023-03-15
0