Zhen pulang dengan hati senang. Tidak ada orang lain yang memberinya makan selain Mei. Dan itupun diam diam. Tidak hanya itu, saat ia kembali melihat cuciannya semua baju sudah tercuci bersih. Entah siapa yang mencucinya yang pasti ia sangat berterima kasih. Hari ini adalah hari terbaiknya bisa makan ikan bakar bersama pria itu.
Ketua klan. Ya, tentu saja ia tahu itu ketua klan. Seseorang yang memiliki rambut perak dan paras yang menggoda hanya orang itu. Awalnya ia pikir ketua klan sudah melupakannya, tapi ternyata tidak.
"Kenapa kau senyam senyum sendiri seperti itu? Apa kau mulai gila?" ujar seseorang.
Zhen menengok ke kanan. Ada seorang bocah gendut dan lebih tinggi darinya. Nama anak itu Ting Yu. Dia dan anak anak yang sering mengganggunya, menatap jahat Zhen. 'Aku salah ambil jalan dan malah bertemu si gendut itu!?' pikirnya.
Ting Yu merasa tidak nyaman dan takut setiap kali melihat Zhen. Apalagi bertatapan langsung dengan mata merah vertikal anak itu. Yang membuatnya berani adalah Zhen hanya seorang anak kecil sedangkan dirinya lebih besar. Belum lagi dirinya bersama teman temannya yang juga membenci Zhen. Dia menggertakkan giginya jengkel melihat Zhen masih menatap lancang dirinya, "Apa yang kau lihat sialan?! Dasar sampah!?" ejeknya sembari melempar batu ke arah Zhen.
"Agh…"
Terlihat senyum mengejek di wajah tembam Ting Yu. "Teman teman, ayo kita lempari sampah itu batu!?" ajaknya.
Mendapat komando dari Ting Yu anak anak yang lain ikut melempari batu.
Untuk melindungi diri Zhen menutupi kepalanya dengan tangan, "Hentikan!? Jangan lempali aku!?" ujar Zhen. Matanya memanas, air meluap keluar dari matanya. Zhen yang cengeng mulai menangis. Ia melarikan dari dari hadapan anak anak itu.
"Dia lari!? Kejar dia!?"
Anak anak itu mengejar Zhen yang lari.
Bruk
"Akh!?" naasnya kaki pendeknya tersandung batu di jalan.
"Aha ha ha ha ha ha!? Rasakan itu!?"
"Ayo lempari dia lagi!?" sahut Ting Yu bersemangat.
Berlanjut melempari batu, Zhen terkepung oleh mereka seolah olah dirinya adalah maling. Seperti seorang maling yang tertangkap basah, mereka memukuli dan menendang bersama sama.
"Aaahhh toloong!? Meii!?" teriaknya minta tolong.
"Hemph, tidak akan yang mau menolong mu bod*h!?"
Zhen hanya bisa berlindung duduk meringkuk melindungi kepalanya. Inilah yang ia benci dari anak anak nakal ini. Mereka akan selalu menjadikannya objek sasaran dari bela diri mereka. Karena anak anak ini adalah anak anak yang di latih untuk menjadi bagian dari penjaga keamanan klan.
"Apa yang kalian lakukan? Hentikan!?" teriak seseorang.
Anak anak itu langsung gelagapan melihat Mei datang.
"Gawat, ayo kabur!?"
Kedatangan Mei membuat anak anak nakal itu kabur. Mei langsung berlari menghampiri Zhen berada. "Tuan muda, anda tidak apa apa?" tentu saja Zhen tidak baik baik saja. Ada banyak luka memar dan luka akibat lemparan batu. Mei menatap sedih Zhen yang tengah menangis. "Ayo kita pulang dan mengobati lukanya." seru Mei. Dia tidak bisa menyalahkan Zhen yang salah melewati jalan yang biasa dilewati anak anak nakal itu. Karena Zhen buta arah dan tidak bisa mencari arah sendiri tanpa bantuan orang lain.
Zhen menggenggam tangan Mei yang menuntunnya ke arah pulang. Sayang sekali, padahal baru saja hatinya senang tapi dengan cepat dijatuhkan kembali.
Dari balik tembok seseorang tampak mengintip. Dia segera berlari entah kemana setelah melihat kedekatan mereka.
Mei mengernyit dengan bayangan seseorang yang baru saja dilihatnya. Dia curiga bila orang itu akan melapor pada Jiafen bahwa dirinya membantu Zhen.
...***...
"Kau melihat pelayan itu membantu bocah itu?" tanya Jiafen.
"Benar, Nyonya!? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri dia mengusir anak anak nakal itu dan membantu ras naga menjijikan itu." tambah pelayan wanita yang melapor.
"Sudah kuduga, anjing perempuan sombong itu tetap setia pada pemiliknya meskipun sudah mati." ujar Jiafen terdengar dingin.
"Lalu bagaimana Nyonya akan memberikan pelajaran pada pelayan kurang ajar itu? Apa perlu kami asingkan juga dia sama seperti anak wanita sombong itu?" tanya si pelayan.
"Tidak, aku memiliki ide yang lebih bagus untuk menjatuhkan mental anak itu. Kalian lakukan saja seperti ini.…" Jiafen menjelaskan pada pelayan wanita itu agar mempermudah rencananya. Kemudian dia dan pelayan itu tersenyum licik.
"Nyonya memang sangat cerdas, pelayan ini kagum dengan kecerdasan anda." puji pelayan itu.
Jiafen tersenyum puas dengan rencananya. 'Aku tidak bisa melakukannya pada ibumu, tapi aku bisa melakukannya padamu. Huai Yu, tolong jangan terlalu sedih di neraka. Salahkan dirimu sendiri karena dulu berani meremehkanku.' pikirnya disertai senyuman licik di wajahnya.
Dari balik pintu, tampak seorang anak laki laki yang mendengar percakapan mereka. Dia anak berambut putih dengan mata berwarna merah. Dia terlihat seperti seorang remaja 16 tahun. 'Kenapa ibu sebegitu bencinya pada anak itu?' pikirnya penasaran.
...***...
Mei menyisir rambut Zhen yang berantakan setelah memotongnya rapi. Memandikannya degan bersih, mencuci wajahnya yang kotor, dan memberikan pakaian yang rapi. Zhen heran mengapa Mei begitu baik padanya hari ini. Padahal katanya ia harus terlihat berantakan agar orang orang tidak menghiraukannya. Dan terhindar dari perhatian Jiafen.
"Mei, hali ini kau aneh." ujar Zhen.
"Apa? Apanya yang aneh dariku?" tanya Mei bingung.
"Bukannya Mei bilang aku halus belantakan? Jangan tellihat belsih, jangan tellihat senang, jangan tellihat tampan, jangan tellihat lucu. Tapi kenapa sekalang malah begitu?" tanya Zhen bingung.
"Ehm, sepertinya aku tidak berkata tampan dan lucu. Tidak apa apa, hari ini aku hanya ingin mendandani tuan muda. Lihat, sekarang anda terlihat tampan kan?" Mei membalik tubuh kecil Zhen ke depan cermin memperlihatkan kerja bagusnya.
Zhen melihat dirinya sendiri didepan cermin. Rambutnya yang dulu berantakan sekarang terpotong rapi sepanjang bahu dengan poni kecil, pakaiannya rapi walaupun tidak bagus, wajahnya bersih tak berdebu bercampur tanah, matanya besar beriris merah vertikal, ia adalah seorang anak laki laki yang cantik. Jika ada yang melihatnya mereka pasti akan menganggapnya boneka. 'Ternyata aku tampan juga.' Zhen melenggak lenggokkan kepalanya melihat betapa lucunya ia.
Mei tertawa kecil melihat Zhen yang terpana dengan penampilan barunya di cermin. Namun senyumnya pudar karena dia harus menyampaikan sesuatu.
"Tuan muda…" panggil Mei menggunakan transmisi suara.
Tiba tiba mendengar ada suara di kepalanya selain kabut hitam itu membuat Zhen sedikit terperanjat. Ia tidak bisa menggunakan transmisi suara karena dirinya belum pernah belajar kultivasi. Ia hanya menatap Mei tanpa suara melalui cermin.
"Tolong jangan bicara dan dengarkan saja aku. Dibawah tempat tidur, aku sudah meletakkan sebuah surat dan tiga buku secara diam diam disana. Buka surat dan buku itu di pagi hari. Dan, tolong rawat diri anda sendiri seperti ini kedepannya."
Karena tak boleh bersuara, Zhen hanya menggerakkan mulutnya saja membentuk kata 'Ada apa?'
"Hari ini sudah sore. Aku harus kembali." tanpa jawaban yang pasti Mei sedikit membungkuk dan pergi. Langkahnya begitu cepat seperti sedang berlari.
Zhen segera berlari ingin menarik tangan Mei, tapi saat ia membuka pintu tak terlihat apapun lagi di luar. Perasaannya tidak enak dengan kata kata Mei sebelumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
????
sepertinya aku merasakan sesuatu yg aneh dengan Jun..seperti dia berbahaya?
2023-03-15
1