NovelToon NovelToon

Villain'S

Prolog

"Eeh, aku hanya mendengar gosipnya saja, tapi… apa benar?"

"Sstt jangan keras keras, wanita jahat itu bisa mendengarmu."

"Benar, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!?" pelayan itu melihat sekelilingnya memastikan tidak seorangpun mendengar mereka. Dan mendekatkan bibirnya berbisik ke temannya, "Anaknya mati setelah dilahirkan_"

"AAAHHHH HU HU HU HU HU HU HU ANAKKU!? ANAKKUUU!?ANAKKUUUUU!? HU HU HU HU HU HU!?"

Mereka yang berbincang langsung diam tanpa suara dengan gerakan mereka yang terhenti. Kepala mereka kompak menengok ke satu kamar berpintu besar. Masih terdengar suara tangisan seorang wanita dari balik pintu. Suara tangisnya terdengar pilu. Mereka yang mendengarnya langsung bertatap tatapan. Kepala mereka kompak menunduk dan segera pergi dari sekitar pintu besar tersebut.

Satu pelayan wanita yang tidak pergi dan masih mendengarkan suara tangisan wanita dibalik pintu. Dia memegang nampan berisikan makanan dan minuman diatasnya. Pelayan itu menarik nafas dalam dalam membuangnya pelan pelan. "Nyonya, aku membawakan makanan anda!?" ujarnya sambil membuka pintu.

Sreek

Dia menutup kembali pintu dan berbalik badan menghadap nyonya yang dimaksud. Meskipun sudah melihatnya berkali kali tapi masih saja dirinya tidak terbiasa. Kamar dibalik pintu sangat berantakan. Semua perabotan tidak tertata rapi. Di dinding dinding dan lantai lantai terdapat setitik bercak darah. "Nyonya, aku akan menaruh mekanan anda di atas meja." pelayan itu melihat makanan sebelumnya yang sama sekali tidak dijamah. Dia menengok ke arah tempat tidur bertirai merah terang yang tertutup rapat.

"Hiks hiks hu hu hu hu…" masih terdengar suara tangisan wanita itu. terlihat samar samar siluet wanita yang memeluk sesuatu dipelukannya.

Tidak ada yang bisa membantu menenangkan hati wanita itu kecuali anaknya kembali sehat. 'Hari ini juga pasti hari yang sulit untuknya.' pikir Mei, si pelayan wanita.

Untuk menemani majikannya, Mei membereskan meja kursi yang berantakan, menata ulang, dan membersihkan bercak darah yang menempel. Saat sedang mengelap lantai yang terkena bercak darah, terlihat kaki putih seseorang.

"Maafkan aku Mei, aku selalu merepotkanmu!?" ujar seorang wanita berpakaian hitam polos, terlihat bekas air mata dibawah matanya. Rambutnya hitam panjang melebihi pinggul, matanya berwarna emas vertikal, dia adalah Huai Yu, Nyonya kedua klan guaiwu. Wanita itu menggendong seorang bayi tertutup kain hitam di wajahnya.

Pelayan bernama Mei tersebut langsung berdiri dengan senyum tipis diwajahnya, "Tidak apa apa ini memang sudah tugasku." ujarnya ramah.

Huai Yu tersenyum tipis, "Aku ingin memandikan Zhen, kau bisa membantuku mengambil air?" tanya wanita itu lembut. Sangat berbeda dengan beberapa saat yang lalu. "Zhen sepertinya kedinginan, jadi tolong panaskan airnya, ya!?" ujarnya lagi sembari berjalan menuju kursi.

Mei melirik bayi yang sama sekali tidak terdengar nafasnya itu. Ditambah lagi ini sudah tengah malam, bukankah normalnya nyonyanya ini memandikan bayinya saat pagi atau sore? Namun Mei hanya mengangguk paham tanpa bertanya ini itu. "Baik, aku akan segera memanaskan airnya." ujarnya sambil menunduk paham.

"Terima kasih, Mei!? Zhen, kau dengar? Mei akan membawakan air hangat untukmu!?…… Benar, dia sangat baik bukan? Aku harap dia juga bisa mendengarmu~…… Apa? Zhen ingin mandi bersama ibu?" Huai Yu melihat kembali Mei, "Mei, Zhen bilang ingin mandi bersamaku. Jadi tolong siapkan untukku juga." pintanya dengan senyuman diwajahnya yang terlihat cantik.

Mei melongo melihat Huai Yu bicara sendiri dengan bayi digendongannya. Karena sejujurnya ini pertama kalinya Huai Yu bicara dengannya setelah tinggal disini selama setahun lalu. Ajaibnya wanita itu tahu namanya. "Ah, i iya, aku akan segera menyiapkan bak mandinya."

Mei sedikit percaya tak percaya kalau Huai Yu seperti orang yang hilang akal. Sebab Huai Yu yang ia kenal sebelum adalah seseorang yang baik dan tentunya tidak seperti sekarang. Meskipun tidak pernah berbincang, tapi Mei bisa melihatnya melalui pandangan wanita itu. Namun sekarang, walaupun dia terlihat bicara ramah dan baik akan tetapi ada sisi gelap didalamnya.

Beberapa saat kemudian

Mei membawakan sebaskom air hangat. Dia mencampurkannya dengan air dingin di bak mandi besar. Tidak lama masuk Huai Yu dengan membawa bayi digendongannya. Masih tertutup kain hitam diatas wajah bayi itu. Sejujurnya ini adalah kali pertama Huai Yu meminta Mei untuk mempersiapkan mandinya. Juga kali pertamanya melihat bayi Huai Yu yang selama ini selalu disembunyikan olehnya pasca melahirkan.

Huai Yu berendam ke dalam bak mandi yang terbuat dari kayu setelah melepas semua pakaiannya. Pelan pelan dia membuka kain hitam yang melilit bayi yang selalu digendongnya. Terakhir dia membuka kain yang menutupi wajah anaknya.

Seketika mata Mei terbelalak melihat bayi tersebut. Tubuh bayi itu membiru seperti akan membusuk, sama sekali tidak terdengar suara nafas darinya. Namun, hal yang paling membuatnya terkejut adalah mata bayi itu tiba tiba terbuka. Matanya berwarna merah vertikal. Di mata itu sama sekali tidak ada cahaya kehidupan. Saat dirinya memandangi mata bayi itu, perasaan takut tiba tiba menjalari hatinya. Seakan akan ada banyak mata yang memperhatikannya. Mei langsung menundukkan pandangannya tak berani melihat mata bayi itu langsung. Rasanya bayi di gendongan Huai Yu sedang menatap ke arahnya.

"Mei!?" panggil Huai Yu tiba tiba.

"I iya, nyonya?" jawabnya masih menunduk. Mau bagaimanapun dirinya tak ingin melihat ke arah Huai Yu yang sudah pasti ada tatapan dari sana.

"Lihatlah kemari!?" ujar Huai Yu memberi penekanam pada ucapannya.

Terpaksa Mei harus mengangkat pandangannya menatap Huai Yu. Kagetnya dia ternyata Huai Yu sudah ada didepannya. Bersama dengan bayinya yang digendong. Dirinya rasa dia mengerti mengapa Huai Yu menutup wajah anaknya dan selalu menyembunyikannya.

"Karena kau akan menjadi teman Zhen, aku akan mengizinkanmu mendengarnya." ujarnya. Huai Yu mendekatkan Zhen pada Mei. Mata merah bayi itu masih terlihat menakutkan ketika bertatapan dengannya. "Coba kau gendong!?" suruh Huai Yu.

"A apa? Tapi…" Mei merasa sangat sangat takut untuk bersentuhan dengan bayi itu. Apalagi tatapan menakutkannya pada dirinya.

"Ayo gendong dan dengarkan detak jantungnya. Kau akan tahu apa dia hidup atau tidak."

Sepertinya Huai Yu tahu isi hati Mei. Dengan tangan yang gemetar, Mei menggendong bayi kecil itu. Dia tidak akan menjadi tumbal pengorbanan kan? Mei takut tiba tiba bayi kecil ini loncat dan mengigitnya seperti vampir. Apalagi mata merahnya sangat mendukung itu. "B baiklah…" dia mendekatkan telinganya pada dada bayi itu. Meskipun sangat pelan bahkan hamoir tak terdengar, tapi berdetak sesuatu didalam sana. Matanya terbelalak kaget mendengar itu.

Mei semakin menajamkan pendengarannya, detak jantung yang sangat kecil terdengar sangat pelan. 'D detak jantung? Bukannya bayi ini sudah… tunggu, jadi selama ini aku mengira bayi ini mati padahal masih hidup?' Mei menatap mata Zhen dengan berani sekarang. Setelah mengetahui bahwa sebenarnya Zhen masih hidup. 'Sejak awal dia tidak mati, tapi dia sedang berada di ambang kematian.'

...***...

Setelah mengetahui kalau Zhen tidak mati, Mei mulai mengerti kenapa Huai Yu menangis setiap hari. Wanita itu menangisi putranya yang bisa saja benar benar pergi. Tapi masalah dia bicara sendiri dengan bayinya, itu benar benar adalah ketidakwarasannya.

"Sepertinya suasana hati nyonya sedang baik hari ini?" tanyanya.

"Ya, karena besok malam adalah malam gerhana bulan. Zhen ku juga akan menangis besok." jawab Huai Yu.

Beberapa kali Mei mengerjapkan matanya. Perkataan Huai Yu terlalu sulit untuk dirinya pahami. Malam gerhana bulan? Zhen akan menangis? Hah? Dirinya sama sekali tak mengerti. "Kenapa dengan malam itu?" tanya Mei penasaran.

Bukannya menjawab, Huai Yu hanya melempar senyum. "Kau akan segera tahu." jawabnya.

Seperti yang dikatakan Huai Yu, malam gerhana bulan telah tiba. Saat terjadinya adalah tengah malam dan Mei menunggu didepan pintu. 'Nyonya bilang aku tidak boleh masuk apapun yang terdengar. Sebenarnya apa yang direncanakannya?' pikirnya khawatir.

Beberapa jam kemudian…

Mei duduk didepan pintu dengan mata tertutup. Matanya sangat mengantuk.

"OOAAA OOAAA!?"

"KHA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!?"

Tiba tiba terdengar suara tawa serta tangisan bayi dari dalam kamar. Mei langsung tersadar dari tidurnya. "A apa yang terjadi?" dia ingin membuka pintu kamar. Tapi teringat dengan yang dikatakan Huai Yu, tangannya kembali ditariknya. Dari balik pintu ini dia hanya bisa membayangkan apa yang terjadi.

"HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!?"

"OOAAA OOAAA!? OOAAA OOAAA!?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 1. Ming Jiazhen dan hubungan buruk

5 Tahun kemudian

Plak

bruk

Seorang wanita berparas cantik dengan hanfu merah yang indah di tubuhnya, baru saja menampar seorang bocah lima tahun dengan tangannya yang ringan. Wanita itu bernama Jiafen. Tatapannya menatap puas disertai senyum jahat di wajahnya. "Bangun!?" ujarnya.

Dia menatap lalang seorang anak kecil yang sangat kecil di tanah yang kotor. Ming Jiazhen. Anak kedua dari ketua klan Guaiwu, salah satu klan besar di tiga dunia. Dengan rambut yang acak acakan berwarna hitam, tubuh yang kumuh dekil, dan tentu saja kurus kering, anak itu bangun sekuat tenaga dengan tangan yang bergetar. Bangunnya sempoyongan karena tamparan keras itu membuat kepalanya pusing. pipinya yang tirus seketika memerah dan sudut bibirnya berdarah.

"Sebagai hukuman kau telat bangun, bersihkan halaman belakang!? kau mengerti?!"

"Baik, ibu." jawab Zhen.

"Mei, antarkan dia ke halaman belakang. Tapi jangan membantunya, apa kau paham?" tegasnya terdengar dingin.

"……Baik, Nyonya." jawab Mei.

Setelah Jiafen pergi barulah mereka bisa bernafas lega. Aura mengintimidasi wanita itu benar benar membuat mereka sesak nafas.

"Tuan muda, ayo!?" ajak Mei dengan penuh kelembutan pada suaranya yang manis.

Tangan kecil Zhen bergerak agak ragu meraih tangan besar Mei. Namun pada akhirnya ia menggapai tangan itu karena itu adalah satu satunya tangan hangat yang memeluknya. "Mei, kau tidak boleh belsikap baik padaku. Nanti ibu malah!?" suaranya yang kecil dan manis masih terdengar cadel di umurnya lima tahun.

Dengan senyumannya yang hangat Mei menenangkan Zhen yang khawatir dengan dirinya, "Tidak apa apa, asalkan tidak ketahuan Nyonya rahasia kita aman. Ayo kita melewati jalan yang sepi agar tidak seorang pun yang lihat. Bagaimana?"

Tampak senyum senang di wajah kecil Zhen, "Em!?" jawabnya riang.

Lima tahun lalu, setelah Huai Yu berhasil menyelamatkan anaknya empat tahun setelahnya wanita itu meninggal. Zhen yang masih berumur empat tahun harus kehilangan ibunya. Karena khawatir dengan tidak ada yang mendidiknya, ketua klan membuat Zhen menjadi anak angkat istri pertamanya yaitu Jiafen.

Berharap di rawat dengan benar, Jiafen justru selalu menyiksa Zhen. Dikarenakan kebenciannya pada Huai Yu, dia melampiskan dendamnya pada Zhen yang merupakan anak dari Huai Yu. Di tambah lagi dengan kebencian dari orang orang di sana dengan ras naga, mereka semakin menjadi jadi.

'Dengan kompak mereka menutupi kebenarannya dari ketua klan, mereka benar benar sampah. Sungguh, aku ingin sekali membunuh mereka satu persatu. Tapi dengan kekuatanku yang tidak seberapa, mungkin aku sudah mati duluan. Haah, aku juga harus kenunjukkan perhatianku secara diam diam pada tuan muda. Kalau tidak, Jiafen bisa bisa memenggal kepalaku. Bagaimanapun, aku tidak boleh mati dulu. Demi janjiku pada Nyonya Huai Yu.' Mei memiliki janji dengan Huai Yu. Sebelum kematiannya, wanita itu memberitahukan beberapa rahasia besar padanya. Rahasia yang mungkin hanya diketahui oleh tiga orang. Huai Yu, dirinya, dan seseorang yang tidak disebutkan.

"Mei!?"

Suara Zhen yang memanggilnya sontak membuatnya kaget. Apa dia melamun terlalu lama? Mungkin saja karena bocah itu sekarang dengah menatapnya. "Iya? Ada apa tuan muda?" tanyanya lembut.

"Apa kau sakit? Dali tadi Mei diam telus." tanyanya.

"Oh, tidak, aku tidak apa apa. Aku hanya sedikit merasa bersalah karena pipi anda di tampar. Itu pasti sangat sakit, kan?" tanyanya.

"Tidak, ini tidak tellalu sakit. Yang sakit itu saat Ibu menyambuk dengan cambuk." jelasnya.

Mata Mei sedikit terbelalak dengan nafas yang tercekat, "Itu…" dia merasa tidak tega mendengarnya. "Ayo kita bersihkan sama sama saja. Karena halaman belakang selalu sepi, tidak akan ada orang yang melihatnya." ujarnya mengalihkan topik.

"Tapi kan…"

"Nah, ayo~"

Mei membersihkan dedaunan kering yang gugur. Dengan senyum diwajahnya dia membantu Zhen dengan senang hati.

"Wanita yang baik."

Zhen melirik kabut hitam yang setengah tubuh yang melayang di sebelahnya. Kabut itu memperhatikan Mei yang tengah menyapu.

"Hei, bagaimana kalau kau menumbalkannya? Kulihat ranahnya lumayan untuk seorang pelayan. Kau bisa bertambah kuat dengan cepat dan dapat menekan kutukan naga juga. Bukankah itu namanya sekali dayung dua pulau terlampaui?" ujarnya bayangan itu. Namun Zhen tak menggubrisnya. Ia hanya fokus menyapu dedaunan kering.

"Huh, pura pura tuli? Kau memang bocah yang keras kepala. Baiklah, aku akan lihat bagaimana kau akan kesakitan lagi malam ini karena kutukan itu. Ming Jiazhen, kau tidak akan bisa lari dari takdirmu." kabut itu perlahan menghilang.

Zhen terhenti ketika mendengar kata kata yang terakhir. Wajahnya yang datar berubah sedih.

...***...

Ruangan pribadi Jiafen terlihat begitu rapi mewah. Ada banyak barang barang antik yang terpajang. Seorang lelaki dewasa duduk bersaka Jiafen, menikmati taman kecil bersama didepan mereka. Dia pria berambut putih panjang, berpakaian hanfu biru yang mewah, bermata merah, dan berparas rupawan. Ketua klan Guaiwu, Ming Jiayuan.

"Aku dengan Jun sudah menembus tingkat Chuqiong, kau pasti senang mendengarnya." ujarnya dengan senyum di wajahnya yang tampan.

"Tentu saja, dia adalah kebanggaanku. Memangnya tuanku tidak senang kalau anak tuanku mencapai prestasi?" tanyanya dengan pipi merona.

"Apa yang kau katakan? Memangnya aku sebrengsek apa sampai sampai tidak senang dengan pencapaian anak sendiri?"

Jiafen tersenyum malu malu mendengarnya.

"Ini, hadiah untuk Jun karena berhasil melewati nasib buruk dan ini untukmu. Terimalah!?" Jiayuan memberikan dua hadiah berbeda.

Menerima hadiah tersebut, Jiafen semakin senang. Senyum senang tidak pernah lepas dari wajahnya. Tapi beberapa detik kemudian Jiayuan menanyakan pertanyaan yangvmembuat senyumnya luntur.

"Lalu, bagaimana kabar anak itu? Kau mengasuhnya dengan baik, kan? Karena aku sangat sibuk aku jadi tidak bisa memperhatikannya. Kau harus menjaganya baik baik, Huai Yu pasti akan sangat berterima kasih nanti." ujarnya.

Mendengar itu Jiafen langsung merasa kesak dan marah. 'Wanita jal*ng!? Bahkan setelah mati masih saja mengganggu.' dengan cepat dia mengatur raut wajahnya, "Tentu saja aku mengurusnya dengan baik!? Apa tuanku tidak percaya?" tanyanya pura pura sedih.

Jiayuan menatap wanita itu, "Hmm… baiklah kalau kau berkata begitu." ujarnya sembari meneguk secangkir teh di tangannya. Diam diam dia melirik Jiafen yang tampak kesal. "Jiafen…" panggilnya.

Sontak Jiafen langsung menengok Jiayuan yang tiba tiba kemanggil dengan namanya. "A ada apa tuanku?"

"Jangan termakan oleh kebencianmu, atau kau akan binasa karenanya." ujar Ming Jiayuan tanpa menatap wajah istrinya.

Kata katanya, seperti sudah tahu segalanya. Tentu saja, pria secerdas Jiayuan mana mungkin tidak tahu apa yang terjadi di dalam klannya sendiri. Dia sudah mengetahuinya dari dulu. Dari kebencian Jiafen pada Huai Yu sampai penyiksaannya pada Zhen. Bukan hanya Jiafen, tapi seluruh klan membenci anak itu. Ada semacam aura yang membuat siapapun yang melihat anak itu akan merasa jijik dan benci. Apalagi Zhen keturunan ras naga yang sejak dulu sudah memiliki hubungan buruk dengan klan. Pandangan orang orang terhadap Zhen semakin buruk karenanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bab 2. Ikan bakar

Srak srak srak

Pagi hari yang dingin dengan hembusan angin yang, benar benar akan membuat jari jari kecil Zhen membeku. Dan dia masih harus mencuci banyak baju yang dikumpulkan padanya.

"Kau harus menyelesaikan semuanya sebelum siang, mengerti? Kalau aku lihat kau kabur dari tugas maka aku akan mengatakannya pada Nyonya!?" pelayan dengan mata yang galak itu pergi tanpa sepatah kata lagi.

Zhen menengok beberapa wadah besar di belakangnya yang penuh dengan baju. "Apa aku bisa selesai sebelum siang?" cucian yang sebelumnya bahkan belum selesai tapi mereka menambahnya lagi.

Beberapa waktu Zhen mencucui beberapa pakaian, tangannya mulai membeku dan perih. Air sungai yang dingin seperti es, adalah yang terburuk.

"Hei, kau!?"

Seseorang memanggilnya. Terlihat seorang pria tinggi, berjubah putih bersih, rambut putih panjang yang diikat tinggi, kulitnya sangat putih, dan dia memakai topeng yang menutupi bagian atas wajahnya. Namun masih terlihat jelas mata merahnya dengan bulu mata yang lentik.

'Apa dia salah satu petinggi? Tidak tunggu, aku pikir petinggi itu dipenuhi dengan orang orang tua yang keriput dan perut yang buncit, tapi sekali lihat saja dia pasti pria tampan. Siapa dia?' Zhen mundur satu langkah ke belakang. Bersiap untuk kabur kalau pria didepannya itu berbahaya.

Melihat Zhen ketakutan pria itu mencoba menenangkan anak itu, "Oh, kau tidak perlu takut padaku, aku tidak berbaha…"

clek

Setetes darah menetes dari tangan pria itu yang dipenuhi darah. Dan sepertinya itu bukan darahnya.

Tanpa aba aba Zhen langsung pergi dari tempatnya. Tidak ada pria jahat yang mengatakan dirinya penjahat. Seratus persen dia pasti penjahat.

"Ah, ini merepotkan." ujar pria itu. Dengan kecepatan yang tak bisa dibayangkan, pria itu melesat ke arah Zhen berlari. Dia mengangkat anak itu tinggi tinggi agar tak lari.

Zhen mmemberontak dengan meggerakkan seluruh tubuhnya, "Aaaahh!? Tooloong!? Ada olang jahat yang ingin menculikku hmph__!?"

Pria itu membungkan mulut Zhen agar tidak berteriak lebih keras. 'Mana mungkin aku ingin menculik anak sendiri.' pikirnya. Dia adalah Jiayuan yang ingin melihat keadaan Zhen. "Ssttt diam!? Atau aku akan memberikanmu pada raja beruang!? Aku dengar raja beruang sedang mencari anak kecil untuk makan malamnya. Pertama dia akan memakan bola matamu, kemudian tangan, kaki, dan terakhir otak__"

"Hiks hiks…aku… tidak ingin dimakan…beluang…" Zhen menangis membayangkan dirinya dimakan beruang besar.

Jiayuan menatap bocah cengeng yang merupakan anaknya. Tidak disangka Zhen anak yang cengeng. "Mmm, baiklah aku tidak akan memberikanmu ke raja beruang. Lagipula dia juga tidak suka dengan anak kecil yang cengeng dan kurus sepertimu. Setidaknya kau harus gemuk dulu sebelum dimakan." ujar Jiayuan menoel pipi Zhen yang tirus. Setelah itu mereka berjalan ke tempat semula. Jiayuan menatap semua pakaian kotor yang belum di cuci, "Apa itu semua pakaianmu?" tanyanya.

Zhen menggeleng.

"Bukan? Lalu pakaian siapa?"

"Aku tidak tahu."

"Terus kenapa kau yang mencucinya?"

"Aku di suluh."

"Dan kau benar benar menurutinya?" Jiayuan tak mengerti, dia pikir ras naga itu seseorang yang memiliki harga diri tinggi dan sombong. Karena rata rata mereka semua begitu.

Zhen menelengkan kepalanya tak mengerti. Semua orang bekerja, terutama yang lemah. Dan dirinya lemah, berarti harus bekerja. Kalau tidak bekerja, nanti akan dapat hukuman, bukannya begitu? Tapi kenapa rasanya pria yang menggendongnya ini menganggap itu jawaban yang salah.

GRRWL

Terdengar suara perut kelaparan.

"Pff, kau lapar?"

Zhen hanya terdiam malu. Kalau dipikir pikir Mei belum memberinya sup hari ini karena dia sedang diberi tugas membersihkan pavilium oleh Jiafen. Karena hari hari di bulan ini akan sangat sibuk bagi para pelayan.

"Aku lihat ada banyak ikat disana. Bagaimana kalau kita makan ikan bakar? Apa kau mau?"

"Ikan bakar?" membayangkannya saja sudah hampir membuat air liurnya menetes. 'Eh, tidak tidak, ada banyak pekerjaan yang menunggu.' Zhen menggeleng cepat, "Aku halus bekelja!?" ujarnya tegas.

"Waduh~ sayang sekali~ padahal ikan bakar buatanku sangat enak. Ikan bakar dengan perpaduan bumbu spesial dicampur kecap asin dan mentega. Sepertinya aku harus memakan semuanya sendiri.Sayang sekali…" Jiayuan melirik diam diam Zhen. Air liurnya sudah hampir menetes. "Jangan khawatir, akan ada seseorang yang mengerjakan tugasmu. Sekarang ayo kita ini perutmu dulu. Bukannya bekerja juga butuh tenaga? Kalau tenagamu tidak ada, mana bisa bekerja dengan cepat."

"Kau benal, ayo makan!?"

"Kau ini, mudah sekali dimanipulasi."

...***...

Plash!?

Zhen menangkap ikan disungai bersama pria misterius yang ditemuinya. "Aku menangkap satu!?" teriaknya dengan wajah yang senang.

"Bagus sekali, taruh ikannya disana!?"

Dengan hati hati ia menaruh ikan yang ia dapat ke tempat ikan ikan yang dikumpulkan. Rasanya aneh, sebelumnya air sungai ini dingin. Tapi ia merasa kalau airnya malah hangat. 'Tapi bukannya itu bagus? Aku jadi tidak kedinginan. Karena airnya hangat aku jadi ingin mandi.' Zhen memandangi air sungai yang dalamnya tidak seberapa. Untuknya, dalamnya sepinggang. Tapi untuk pria itu, bahkan tidak sampai lutut.

Jiayuan mulai membuat api. Dia mengeluarkan isi perut ikan, menusuk akan dengan kayu lalu mulai membakarnya. Panasnya api membuat sisik ikan perlahan lepas, dia mulai membaluri permukaan dengan bumbu yang sudah dicampur. Bau dari ikan bakar sudah tercium wanginya. Mata merah Zhen bahkan tak bisa berpaling dari ikan ikan yang di masak. "Ini, yang pertama untukmu!?" Jiayuan memberikan ikan paling besar untuk Zhen.

Kedua tangan kecilnya memegang tusuk ikan. Tapi ia hanya melihat dan tidak memakannya.

"Kenapa kau tidak makan?" tanya Jiayuan heran.

"Aku menunggu mu makan!?" ujar Zhen.

'Aku menunggumu makan.' tiba tiba Jiayuan teringat dengan kenangan bersama Huai Yu yang juga mengatakan hal yang sama. Serasa dirinya sedang bernostalgia bersama seseorang yang sudah meninggal. 'Saat itu apa ya jawabanku? Ah, ya benar!?' dia mengambil salah satu ikan yang telah masak. "Lihat? Aku sudah ambil satu."

Dengan lahap ia memakan ikan bakar ditangannya. Rasanya sangat enak dengan bumbu yang terasa nikmat. Apalagi kalau makan dengan ikan tangkapan sendiri.

'Apanya yang tidak lapar, dia makan dengan sangat rakus sekarang.' pikir Jiayuan dengan senyum tipisnya.

Tempat Zhen mencuci baju

Srak srak srak

Beberapa pria dengan pedang di punggung mereka mencuci baju kotor yang tersisa.

"Kenapa jadi kita yang mencuci baju? Bukannya tuan bilang ada misi?" tanya seorang pria berambut pirang.

"Dasar bodoh, yang dimaksud misi itu adalah ini!?" jawab yang lain sembari membilas pakaian.

"Bukankah itu bagus, kita jadi bisa melihat pakaian dalam wanita disini." ujar yang lain menatap mesum segitiga merah di tangannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!