Bab 05

Pov Jonathan.

"papa, kak Laily kapan kesini lagi?"

Aku berdecak, ntah sudah berapa kali Saka mengatakan itu terus menerus hingga kepalaku pusing mendengarnya. aku sedang sibuk dengan proyekku, apa aku hanya akan mengurusi gadis ingusan itu.

"Saka, papa sedang kerja sayang. tunggu beberapa hari ya, kak Laily pasti kesini."

"papa bohong! papa pasti bohong!"

"tidak, papa tidak bohong."

"kapan kak Laily kesini pa."

Aku menghela nafas, susah bicara sama anak sekecil Saka. pelet apa yang Laily gunakan untuk mendekati anakku ini ya tuhan, kenapa Saka begitu excited dengan kehadiran gadis ingusan seperti Laily!

"Biar papa telpon, tapi jika kak Laily tidak bisa kesini Saka harus ngerti ya. kak Laily itu punya kesibukannya sendiri, Saka paham?"

Anak itu mengangguk.

"sebentar,"

Aku mengambil gawaiku, lalu menekan kontak yang aku tuju. suara dering terdengar lalu gadis itu menjawab.

[hallo Om?]

Aku sebenarnya muak dengan dia mengatakan Om, tapi bagaimana lagi usiaku memang terpaut jauh dengannya, ini juga untuk Saka!

"kamu dimana?"

[dirumah temenku, kenapa?]

Suaranya bising sekali, aku tidak yakin anak ini dirumah temannya.

"jangan bohong kamu!"

[ada apa Om?]

Aku kok jadi kepo ya dengan keberadaan Laily sekarang.

"kamu dimana?"

[dirumah temenku.]

Itu lagi jawabannya, aku terlalu malu mengatakan dia harus kerumahku SEKARANG!!

"kerumah ya, Saka nanyain. gausah risau saya bayar, kesini cepet Saka nanyain."

[maaf ya Om, rumah temenku jauh. aku gak bisa kesana cepet-cepet, lagian Bus jam segini rame.]

Benar juga, ini sore dan waktunya orang pulang kerja. ada aja nih orang alesannya.

"Ah tidak mau tau, pokonya kesini cepet."

[kayanya gak bisa, temenku ada acara. maaf!]

Tut!

Kurang ajar ini Laily, tidak bisakah dia bekerja sama denganku.

"mana pa, kak Li bilang apa?

"Kak Li lagi sibuk, jadi gak bisa kesini."

"tuhkan!"

Saka langsung ngibrit kekamarnya, aku menggelenglan kepala. baru dua minggu Saka dekat dengan Laily, bahkan gadis itu selalu main kesini jika pulang sekolah.

"Bi, coba lihat Saka. dia marah, saya takut dia macem-macem."

"siap tuan."

Baby sitter itu meninggalkanku dan menuju kamar Saka, biarkanlah aku harus pada proyekku. aku bekerja juga untuk Saka, dan

untuk membahagiakan anakku.

Setelah 30 menit aku baru bisa menyender, aku meregangkan otot karena rasanya pegal sekali. aku menatap pintu yang masih tertutup itu, kamar nya Saka.

"anak itu merajuk?"

Aku beranjak, aku membuka pintu dan terlihat Saka sedang merebahkan diri dengan menutup selimbutnya. huft anak ini, merajuk sampai tidur.

"Saka, bangun sayang. makan dulu yuk?"

Tidak ada jawaban, aku mulai menarik selimbut yang menutup tubuh Saka.

"Saka!"

Aku tidak melihat Saka, aku hanya melihat bantal guling diatur secantik rupa untuk menipu ku. gawat, anak itu kabur!

Brak!

Aku membuka pintu kasar, aku berlari bak orang gila yang kehabisan obat. aku harus menemukan Saka, aku tidak mau kehilangan anak itu.

"Bi, lihat Saka tidak?!"

"Ti-tidak tuan."

"kalian ini bagaimana sih, anak sekecil Saka keluar rumah kalian tidak lihat?! buat apa aku gaji kalo Saka bisa kecolongan kaya gini?!"

"Cari cepat sampai ketemu saya mau nelpon polisi."

"Baik tuan."

Semua pelayan berhamburan mencari kesemua penjuru rumah, aku meraku saku dan mencari ponselku. nihil tidak ada, hais aku lupa ponsel pasti ketinggalan dimeja kerjaku.

"Hah bodoh!"

Aku berlari menaiki tangga, aku merampas ponselku cepat-cepat akan menelpon polisi. tapi aku salah pokus pada nomor Laily, apa tidak salahnya aku menelpon dia?

Masa bodohlah, tidak salahnya mencoba kan?

[Apa lagi?]

Belum apa-apa aku sudah dengar suara bete nya dia, dia pikir cuma dia doang yang bete? aku juga lah!

"Saka dimana?"

[lho kan Om bapaknya, kok tanya saya?]

Iya sih memang benar, tapi aku sungguh pusing mencari topik.

"Saka tidak ada, saya pikir lagi sama kamu."

[Hah? kenapa bisa gak ada?]

"Ini juga gara-gara kamu, coba kalau kamu kesini. ini semua pasti gak akan terjadi."

[kok nyalahin aku sih? Om aja gak ketat jaga anak sekecil Saka!]

Kok dia yang sewot sih.

"Saya bakal nyari ditaman, feeling saya dia nyari kamu. saya tunggu kamu ditaman!"

[gak bisa, aku ada acara Om. sendiri kan bi-]

"gak mau tau!"

Tut!

Hahaha, rasain. emang enak! aku laput sih, abisnya aku rasanya botak dan gak bisa mikir kalau Saka tidak ada.

Aku buru-buru menaiki mobil dan mengebut sampai taman, namanya seorang ayah aku mempunyai pirasat jika Saka pergi menemui Laily.

Sampai taman aku langsung berlari kesana kemari, ini sore dan bahaya nya aku takut Saka diculik apalagi taman ini begitu ramai.

"Bi bibi!"

Baby sitterku menoleh, aku melihat Saka sedang memakan es krim dengan menggoyangkan kakinya. anak itu lucu sekali, tapi aku tenang ternyata Saka tidak apa-apa.

"Tuan,"

"papa..."

"Bibi ngapain keluar bawa Saka dan gak izin sama saya? saya itu khawatir tau, kalau Saka kenapa-kenapa gimana?"

Aku mengekuarkan unek-unek dari dalam kepalaku, rasanya dibuat panik adalah perasaan dongkol yang membuatku gemas.

"Maaf tuan, hukum saya jangan sampai dipecat tuan. saya mohon,"

Aku memeluk Saka, tapi Saka malah menjauh. aku menatapnya yang sedang menatapku sinis, ini kenapa sih? harusnya aku yang sinis sama Saka!

"Ini kemauan Saka! Saka yang maksa bibi buat ketaman dan ketemu kak Laily, tapi karena kak Laily nya gak ada Saka beli es crim!"

Aku menghela nafas, aku tidak semarah itu kok. tapi, sebaiknya jujur saja tidak usah melatih jantungku begini.

"Awas kalau papa hukum bibi, aku marah sama papa!"

"Nggak sayang, pulang yuk. udah sore, kamu buat papa kaget aja."

"Gak mau, kalau kak Li belum kesini aku gak mau pulang!"

Tidak beres nih, pake apasih Laily sampai anakku rasanya lengket sekali ama dia. gawat ini, gak beres!

"Ia nanti, besok aja ya?"

"Gak mau papa!"

Aku menggaruk tengkuk tidak gatal, aku terlalu bodoh untuk merayu anakku. aku tidak pandai merayu anakku sendiri.

"kak LAILY!!"

Saka turun dari duduknya, ia berlari kearah Laily yang sedang meregangkan tangannya. Saka capa-cipi sebentar setelah itu baru membawa Laily kehadapanku, aku merasa dongkol dengan Laily.

"Gara-gara kamu jantung saya rasanya mau copot!"

"Kok aku sih?"

Saka melepaskan tangan kecil Laily, lalu berjalan kearahku. dia menarik-narik jasku, dia juga menyuruhku untuk jongkok agar tingginya sama.

"Aku mau jalan-jalan pa."

"Besok Saka mau ajak dulu Saka keluar, gak bakal beres kalau gak diturutin."

"Iya tuan, saya permisi."

Oke beres, yang gak beres otaknya Saka kenapa coba lebih nurut sama orang yang baru ia kenal 2 minggu lalu dan tidak menurutiku yang sedari kecil merawatnya.

"Saka tidak sekolah?"

"Sekolah, diantar bibi."

Aku menatap mereka yang sedang duduk dikursi belakang, Saka tampa antusias jika berada di dekat Laily. apakah Saka merindukan sosok seorang ibu itu sebabnya dia lengket sekali sama Laily?

"Saka kenapa harus kabur dari rumah, itu gak baik tau. nanti diculik, dan diapa-apain. Saka mau?"

"Nggak, aku kangen sama kak Li. kakak kenapa tidak main kerumah Saka?"

"Papa jahat ya sama kakak?"

Aku terkekeh, aku memang ketus sekali sama Li. itu sebabnya Saka berceloteh aku jahat sama Li, padahal aku kontak pisikpun tidak pernah.

"Iya, jahat sekali."

Laily terkekeh, aku meleleh sekali melihat Laily dan Saka tertawa dan membicarakanku. itu tidak masalah, kebahagiaan Saka adalah kehabagianku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!