Bab 04

"hati-hati sayang, kalau kamu pusing langsung telpon papa."

Li mendesah, berulang kali papa dan bunda nya mengatakan itu padahal ini hanya camping dan akan pulang besok siang atau tidak sore.

"Ia pa, aku pasti bakal telpon papa. tapi, kalo pusing! kalo nggak, nggak nelpon."

"iya, hati-hati."

Setelah menyiapkan barang bawaan Alia langsung berangkat kesekolah, disekolah sudah banyak orang berkumpul menunggu orang berkumpul termasuk sudah ada Mona disana.

"gue kira lo gak jadi."

Alia menggeleng, ia menurunkan tasnya yang amat berat tersebut. ia duduk dikursi empat orang duduk sebelum pak Gani menyuruh mereja masuk kedalam bus.

"ingat ya Marvel, kamu disana pemimpin. berati harus menjaga pasukan kamu, kamu mengerti?"

"ngerti pak."

Lalu bus berjalan memasuki hutan tempat Laily akan camping, Laily duduk didekat jendela sedangkan disampingnya ada Mona yang sedang asyik membuat vidio untuk sosial medianya.

Sampai hutan, pak Gani langsung membagi tugas. ada orang untuk membuat tenda ada juga untuk mengambil kayu bakar karena malam akan membuat api unggun.

Laily kebagian tugas mengambil kayu bakar, mencarinya juga harus berpencar. Laily ditamani Clara sang ketua kelas yang cantiknya naujubilah.

"itu ada Li, ambil."

Laily menurut, ia mengambil kearah rumput yang mulai rindang. Karena

disana juga banyak kayu bakar yang sudah kering.

Setelah mengumpulkan kayu bakar, semua peserta yang ikut diperintahkan untuk masuk tenda yang sudah diatur oleh pak Gani, mereka harus istirahat karna malam akan bermain game.

"Pak, ponsel saya jatuh deh kayanya tadi pas ambil kayu bakar. boleh gak ambil dulu, gak lama kok."

"

Cuacanya udah mau ujan, kamu ditemenin Marvel ya."

Laily mengangguk, ditemani pria seperti Marvel mana ada yang nolak.

Kamu temenin Laily cari ponselnya, katanya jatoh."

"Siap pak."

Laily dan Marvel berjalan ketempat tadi Laily mencari kayu bakar, ia harus cepat mendapatkannya karena cuaca sudah mendung.

"Ada kak,"

"Yuk balik, keburu ujan."

Laily dan Marvel sedikit berlari ketempat tenda tapi nihil hujan keburu turun dengan lebatnya, Marvel mengajak Laily untuk singgah digubug yang hampir reot.

"Uh dinginnya."

Marvel menatap Laily yang sedang kedinginan, Marvel melepaskan mantel hitam itu lalu memakaikannya pada Laily yang sedang kedinginan.

"Gak-gak usah kak."

"Udah pake aja."

"Makasih."

Marvel mengangguk, mantel itu tampak cocok dengan tubuh Marvel tapi jika ditubuh Laily mantel itu kelelep dan tubuh Laily termakan.

Huftttt!

Laily mendengus kala melihat Marvel menahan tawanya, tidak apalah lagi pulak mantel Marvel benar-benar hangat.

"Kakak gimana?"

Marvel menatap dirinya sendiri yang hanya menggunakan kaos hitam polos yang tipis, tidak bisa ia pungkiri ia juga dingin. tapi ia harus gentelmen!

"Gak papa."

Laily tersenyum, Laily duduk disaung itu kemudian menggosok-gosokan tangannya agar hangat.

"Kak sini."

Marvel ikit duduk, ia menatap Laily yang sedang menggosok-gosok tangan kecilnya.

"Dingin ya?"

Marvel tidak menjawab, apa tidak bisa dilihat jika Marvel menggigil.

"Ini buat kakak aja,"

"Gak, gak usah!"

Li meringis, ia jadi serba salah.

"Oh sini deh."

Marvel melotot kala melihat tangannya Laily tarik dan menaruhnya dipaha kecil Laily, selama ini Marvel begitu menjaga jarak dengan lawan jenis.

"Gosok-gosok kaya gini."

Marvel menatap wajah imut Laily, Laily yang sibuk menggosok-gosokan tangan Marvel tidak menyadari bahwa Marvel barusan tersenyum.

"Gimana membaik?"

Marvel mengejat, ia baru ingat barusan menatap terlalu lama Laily.

"Kak.."

"I-ya membaik!"

Laily tersenyum, ia kemudian menempelkan tangannya dan tangan Marvel tapi sungguh raksasa tangan Marvel begitu besar!

"Ini tangan segede gaban."

Laily menurup mulutnya kala tidak sengaja menyebutkan tangan Marvel segede gaban, bukannya marah Marvel malah tertawa.

"Maaf, keceplosan."

Laily memyimpan lagi tangan Marvel ketempat semula lalu menatap sekitar yang masih hujan lebat.

"Gimana nih."

"gak gimana-gimana, tunggu ujan reda aja."

Padahal cuma lirih, itu telinga si Marvel sensitif banget.

***

Pov Laily.

Api unggun menghiasi acara camping kali ini, game nya dimulai dengan menari menyanyi juga menjadi komedy. acaranya benar-bemar seru, hingga kepalaku lupa untuk pusing.

Drttttttt! Drttttttt!

Semua orang diam kala mendengar suara berdering berasal dari ponselku, aku menatap nama orang yang menelponku.

"Angkat dulu Li, siapa tau penting."

"I- iya pak."

Om Jo ngapain nelponku, aku baru ingat kemarin itu ia minta no ku saat berpapasan dihalte saat aku pulang sekolah dan mereka sedang berjalan-jalan.

"hallo?"

[saya bisa minta tolong?]

Minta tolong apa nih om duren.

"apa Om?"

[Saka sedang sakit, dia tidak mau minum obat kalau belum ketemu kamu. kamu dimana?bisa kesini tidak? saya jemput.]

Aduh, jawab apa nih?

"Maaf Om, aku lagi ikut eskul camping. sedang tidak dirumah."

[ck!]

Tut!

Sudah? gitu doang? menyebalkan sekali ini om-om!

"Dari siapa tuhhhhh..."

Mona mengintip, aku segera membalikan ponselku agar Mona tidak kepo.

"cieeee punya Om nihhh.."

Aku menyenggol tangannya, apasih Mona itu. aku sebenarnya malu tapi senang juga apalagi jika Om Jo masih se usiaku, aduh bagaikan air bertemu tepung. Yuk bersatu Om!

"sudah kan?"

"lanjut lagi yuk!"

Acara kembali dimulai, aku yang kepikiran soal Saka menjadi tiba-tiba sakit kepala. pusingku kumat lagi, bahaya nih!

"kamu gak papa Li?"

"gak papa pak."

Aku duduk dengan memeluk lutut dengan menggosokan tangan dan sesekali menedekatkan pada api unggun, cuacanya sejuk dan sungguh tidak bersahabat dengan keadaanku.

"Acaranya kita mulai lagi besok, malem udah larut. kita kembali ketenda masing-masing, harus tidur tidak boleh begadang!"

Aku menghela nafas, akhirnya selesai juga. aku sudah lelah sekali, semua siswa berhamburan ketenda aku juga pun ikut turut karena aku merasakan pusing lagi.

Saat sudah sepi perutku tiba-tiba keroncongan, aku lapar. aku makan apa dimalam-malam begini, mana dihutan lepas lagi.

Aku membuka tas, aku baru ingat aku bawa mie instan. semoga saja api unggun diluar masih besar jafi aku bisa memasak mie.

"lagi apa Li?"

Aku menoleh, aku tengah mengocek mie yang baru aku rebus dikatel ang dibawa salah satu murid. aku menatap kak Marvel tengah memegangi satu bungkus mie instan.

"laper,"

Kak Marvel malah terkekeh, ia kemudian jongkok disampingku. aku sedikit bergeser karena takut dekat.

"laper juga?"

Marvel mengangguk, dia membuka bungkus mie tersebut lalu menepuk tangannya karena banyak nyamuk.

"Sering ikut camping?"

Aku menoleh tapi tanganku masih mengocek mie tersebut.

"Baru 2 kali sama ini."

"Ooh, gue kira sering."

Aku menggeleng, aku mengangkat mie itu kemudian Marvel menambahkan lagi air setelah itu memasukan mie punyanya.

"Kenapa gak di makan?"

"Nunggu mie kakak mateng."

Marvel mengangguk, setelah lama mie itu direbus kami makan mie bersama. aku kehausan sekaligus kepedesan, hingga mataku meneteskan air mata.

Emang berapa sih cabenya?"

Aku meneguk air mineral dibotol sembari mengacungkan kelima jariku.

"ngapain banyak-banyak."

Aku mengelap bibirku karena ada tumpahan air setelah itu aku tersenyum.

"kenyang juga,"

Marvel menatapku ia juga sudah hanpir habis, aku mengangkat tubuhku untuk bangun. perut lapar membuat mataku mengantuk, tapi tangan Marvel menahanku.

"kenapa?"

"jangan dulu tidur kalau perut kenyang."

"wah kenapa tuh?"

"nanti perut lo buncit."

Aku menatap perutku, aku memang langsing tapi perutku bisa dikatakan lumayan buncit karena aku terlalu demen makan mie.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!