Kesetiaan Yang Teruji

Kesetiaan Yang Teruji

Bab 1. Teringat masa lalu

Masih teringat dengan sangat segar dipikiran Hana, gadis desa yang cantik dan rupawan, berbibir sensual dan merah alami tanpa polesan lipstik.Ya teringat kembali saat Andri berdiri memegang kedua bahunya, ketika Andri berhasil menjadi siswa yang paling bagus nilai nem nya, diantara siswa yang tamat tahun itu.

Andri adalah kakak kelas Hana, saat ini Hana masih duduk dikelas satu SMA.

"Hana, aku berhasil masuk ke universitas paling bergengsi di Jakarta." Ucap Andri bahagia.

"Syukurlah kak, semoga kau dapat menggapai cita-citamu kelak." jawab Hana tersenyum sambil membuang jauh-jauh perasaan takutnya, takut akan kepergian Andri dari keseharian nya, takut kalau Andri kan menemukan gadis lain.

"Hei kok bengong, aku akan kuliah dengan sungguh-sungguh dan menggapai cita-citaku, kemudian aku akan meminang mu, Hana."

"Oh ya, benarkah?" tanya Hana mencibir.

"kau bicara sok dewasa, umur kita baru seumur jagung, waktu kuliah itu sangat panjang dan lama, jangan-jangan kau akan tergoda cewek lain."

"Apakah kau tak ingin, ha?" Tanya Andri mengguncang bahu Hana sambil mengangkat alis nya naik turun.

"Aku ingin dan aku memimpikan nya, bahkan menikah dengan mu adalah bagian dari cita-cita ku."Jawabnya sendu.

"Aduh adikku ini, gemes deh kalau lagi serius. Tapi aku janji, aku akan menjadi yang paling setia." Lagi-lagi Hana mencibir.

"pret!"

Andri mengejar Hana yang berlari kala itu.

Hana menghela napasnya berat. Sudah lama Andri mengikuti studi nya, dan Hana sekarang sudah tamat dari bangku SMA. Namun apa yang di takutkannya terjadi. Andri tak memberi kabar, dihubungi tidak tersambung, semua itu terjadi sejak keluarga Andri pindah ke Jakarta. Semua hubungan itu benar-benar terputus.

Hasrat nya untuk menggapai asa bersama Andri kian kandas.

Hari ini Hana akan berangkat ke kota, tapi bukan Jakarta. Selain menghindari gosip miring bahwa Hana akan dipinang oleh anak kepala desa, Hana sudah tidak sabar untuk memulai mata kuliah nya yang akan di mulai Minggu ini. Defta Miharja itulah nama dari anak pak Kepala desa yang akan meminang nya. Pemuda tampan kharismatik yang sejak dulu mengagumi nya. Namun sampai disitu Hana tak pernah ada perasaan suka atau cinta

pada pemuda itu.

"Kak Andri, bagaimana kabarmu?, kamu lagi ngapain?, aku rindu!" Kata hati Hana sambil mengusap mukanya yang sendu, pelan namun pasti, air bening itupun mengalir tanpa diundang. Hana kemudian menyeka air matanya, ditahannya tangis itu dengan susah payah, lalu dilanjutkan nya berbenah barang-barang yang akan dibawa nya nanti.

Tanpa sadar Hana menyenggol sebuah bingkai foto, diraihnya dan diusapnya foto itu, air mata kembali tumpah, dan saat ini Hana tak mampu membendungnya.

"Kak Andri, sampai kapan kita akan terpisah dengan ruang dan waktu seperti ini, jangan kan bertemu dan menatap mu, membayangkan wajah mu saja aku sudah tak sanggup karena kerinduan ini, sudah satu tahun kita tak bertemu dan berkomunikasi, apalah dayaku, untuk menyusul mu pun aku tak tahu dimana alamat mu. Lagi pula aku tak punya ongkos untuk ke Jakarta." Ucap Hana dalam hati pasrah.

"Tapi aku berjanji, aku akan selalu menunggumu, walaupun aku harus kehilangan nyawa sekalipun, aku pasrahkan hati ini hanya untukmu." Tekat nya seakan memungkiri bahwa jodoh bukan Allah yang ngatur.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, Hana pun akan berangkat diantar oleh Kedua orang tuanya sementara Rega Wahyudi, adik Hana masih ada sekolah sore.Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar.

"Assalamualaikum." Suara dari luar.

"Wa'alaikum salam, silahkan masuk."Jawab pak Suherman sambil membuka pintu dan mengetahui bahwa pak Kades dan putranya Defta yang datang.

"Mari silahkan duduk Pak , nak Defta." Ucap pak Suherman dengan ramah, mereka pun ikut duduk.

"Ada keperluan apa ya, Pak?"

"Begini Pak, katanya saya dengar Hana akan pergi berangkat sore ini, apa benar?" tanya pak Kades.

"Iya Pak, Hana masuk ke perguruan tinggi di kota, tepatnya di fakultas kedokteran, dia mendapatkan beasiswa di sana." Tutur pak Suherman.

"Sekolah walaupun beasiswa pasti banyak biayanya Pak Herman, dari mana bapak mendapatkan biaya itu sedangkan bapak hanya tukang jahit sepatu." Jawab pak kades seolah-olah menghina akan penghasilan pak Herman.

"Masalah rezeki itu urusan Allah pak, kita tidak tahu apa yang akan menjadi takdir manusia." Jawab Bu Fatmi yang baru keluar dari dapur.

"Bukan begitu maksud kami, Pak." Sela Defta.

"Sebenarnya kami sudah lama bermaksud datang berkunjung kesini, cuma karena waktu belum sempat, ya mau tak mau hari ini kami sempatkan, karena Hana akan pergi," Tukas pak kades.

"Maksudnya apa ya, Pak?" tanya pak Herman.

Nampak Hana keluar dengan nampan berisi empat gelas air teh hangat, kemudian meletakkan teh itu dan mempersilahkan tamunya untuk meminumnya.

"Begini Pak, kami bermaksud melamar anak Bapak!"

Deg, bagai disambar petir disiang bolong Hana mendengar ucapan pak kades. Sekilas Hana menatap wajah Defta yang kala itu Defta pun menatap nya.

"Kalau masalah itu terserah sama Hana Pak, bukan begitu, Bu?" Tanya pak Herman pada istri nya.

"Kebetulan Hana di sini, bagaimana kalau kau menikah saja dengan Defta?" ujar pak Kades langsung.

"Maaf pak, Hana masih ingin kuliah, belum kepikiran sampai ke situ."

"Berarti kamu menolak anak ku?"

"Saya tidak bermaksud seperti itu, Pak!"

"Alah jangan mangkir, gak bakalan kamu sanggup kuliah dengan penghasilan ayahmu yang hanya berapa perak itu." Hana berlinang mendengar ucapan pak Kades, dengan tegas Hana menjawab.

"Apakah ini contoh dari seorang pemimpin, seharusnya bapak selaku kepala desa di sini merasa bangga ada dari penduduk nya melanjutkan pendidikan, sehingga masyarakat Bapak akan mempunyai pemikiran yang lebih modern, justru seorang pemimpin yang menghalangi kemajuan maka masyarakat nya pasti akan tertinggal."

"Hana, belajar boleh, tapi mikir dari mana kamu akan mendapatkan biaya nya?" sanggahnya.

"Saya punya kemauan yang kuat dan itu cukup untuk ku."

"Dengan perut kosong apakah kamu masih sanggup untuk belajar, semua usaha butuh modal,dan kamu apa modal mu?" Hana diam.

"Hana, menikahlah dengan Defta, aku tidak menghentikan mu untuk kuliah, nanti kalau kau sesudah menikah boleh kok mengejar cita-cita mu itu.

Hana berlari menuju kamarnya, menangis sesenggukan di sana. Ibunya pun mengikuti gadisnya itu. Membelai rambut nya lembut.

"Hana sayang, jangan di dengar kata-kata pak Kades ya, memang saat ini kita gak punya apa-apa, nanti kalau terdesak pasti ada usaha lain, jangan berputus asa dari Rahmat Allah, itu dosa nak...."

Hana memeluk ibunya. "Tapi kata pak Kades ada benarnya Bu, aku nggak mau menyusahkan Ayah dan Ibu."

Sementara di ruang tamu pak Kades berpamitan untuk pulang. Sementara rumah kediaman keluarga Suherman tampak sepi. Nampaknya Hana tidak jadi pergi sore itu

Terpopuler

Comments

PORREN46R

PORREN46R

fix cewe cantik

2023-06-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Teringat masa lalu
2 Bab 2. sama sama galau
3 Bab 3. Keberangkatan Hana
4 Bab 4. Kabar pahit
5 Bab 5 . Demi sebuah cita-cita
6 Bab 6 . Kemarahan pak Wisnu
7 Bab 7. Perhatian Defta
8 Bab 8. Kedatangan pak kades
9 Bab 9. Hanya Hana
10 Bab 10. Penghargaan untuk Hana
11 Bab 11.Pak Herman Sakit
12 Bab 12. Pak Herman divonis kanker.
13 Bab 13. Andri wisuda
14 Bab 14 Bu Fatmi pingsan
15 Bab 15. Menjual tanah
16 Bab 16 keluarga Hana menetap di kota
17 Bab 17. Terlambat Sudah
18 Bab 18. Antara Hana dan Shela
19 Bab 19 Dilema
20 Bab 20. Mendapatkan restu ibu
21 Bab 21 Berbohong Demi Sebuah Restu
22 Bab 22 Kesempatan untuk Shela
23 Bab 23 Pelukan perpisahan
24 Bab 24 Pergi Dengan Defta
25 Bab 25 Pelukan Pertama Dan Terakhir
26 Bab 26 Ku Buka Hati ku Untukmu
27 Bab 27 Mendapatkan Teman Baru
28 Bab 28 Andri akan Melamar Shela.
29 Bab 29 Keresahan Pak Herman.
30 Bab 30 Pak Herman Masuk Rumah Sakit
31 Harapan Author
32 Bab 32 Hana pingsan
33 Bab 33 Pertunangan Andri dan Shela
34 Bab 34 Masalah Baru
35 Bab 35 Pak Herman di Operasi
36 Bab 36 Andri Resah.
37 Bab 37 Perasaan Defta.
38 Bab 38 Tuduhan untuk Hana
39 Bab 39 Diantar Pak Bos
40 Bab 40 Hukuman Untuk Vero
41 Bab 41 Maafkan Aku Shel ....
42 Bab 42 Mati Lampu
43 Bab 43 Untuk Terakhir Kali
44 Bab 44 Pak Herman Meninggal
45 Bab 45 Pemakaman pak Herman
46 Bab 46 Kecemburuan Defta
47 Bab 47 Keputusan Hana
48 Bab 48 Pernikahan Andri dan Shela
49 Bab 49 Maafkan aku Shel
50 Bab 50 Malam Pertama
51 Bab 51 Haruskah
52 Bab 52 Kebahagiaan awal Penderitaan
53 Bab 53 Jalan Terbaik
54 Bab 54 Lukisan
55 Bab 55 Bertemu Defta
56 Bab 56 E-mail untuk Defta
57 Bab 57 Shela Pergi
58 Bab 58 Kembalinya Hana
59 Bab 59 Shela melihat Hana
60 Bab 60 Menderita Gagal ginjal
61 Bab 61 Pertemuan Hana dan Andri
62 Bab 62 Kembali Berpisah
63 Bab 63 Shela Kritis
64 Bab 64 Pendonor Rahasia
65 Bab 65 Defta mencintai Shela
66 Bab 66 Shela menemui Rega
67 Bab 67 Rega mengijinkan Andri menemui Hana
68 Bab 68 Pernikahan
69 Bab 69 Hana Sadar
70 Bab 70 Keluarga bahagia Hana dan Andri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1. Teringat masa lalu
2
Bab 2. sama sama galau
3
Bab 3. Keberangkatan Hana
4
Bab 4. Kabar pahit
5
Bab 5 . Demi sebuah cita-cita
6
Bab 6 . Kemarahan pak Wisnu
7
Bab 7. Perhatian Defta
8
Bab 8. Kedatangan pak kades
9
Bab 9. Hanya Hana
10
Bab 10. Penghargaan untuk Hana
11
Bab 11.Pak Herman Sakit
12
Bab 12. Pak Herman divonis kanker.
13
Bab 13. Andri wisuda
14
Bab 14 Bu Fatmi pingsan
15
Bab 15. Menjual tanah
16
Bab 16 keluarga Hana menetap di kota
17
Bab 17. Terlambat Sudah
18
Bab 18. Antara Hana dan Shela
19
Bab 19 Dilema
20
Bab 20. Mendapatkan restu ibu
21
Bab 21 Berbohong Demi Sebuah Restu
22
Bab 22 Kesempatan untuk Shela
23
Bab 23 Pelukan perpisahan
24
Bab 24 Pergi Dengan Defta
25
Bab 25 Pelukan Pertama Dan Terakhir
26
Bab 26 Ku Buka Hati ku Untukmu
27
Bab 27 Mendapatkan Teman Baru
28
Bab 28 Andri akan Melamar Shela.
29
Bab 29 Keresahan Pak Herman.
30
Bab 30 Pak Herman Masuk Rumah Sakit
31
Harapan Author
32
Bab 32 Hana pingsan
33
Bab 33 Pertunangan Andri dan Shela
34
Bab 34 Masalah Baru
35
Bab 35 Pak Herman di Operasi
36
Bab 36 Andri Resah.
37
Bab 37 Perasaan Defta.
38
Bab 38 Tuduhan untuk Hana
39
Bab 39 Diantar Pak Bos
40
Bab 40 Hukuman Untuk Vero
41
Bab 41 Maafkan Aku Shel ....
42
Bab 42 Mati Lampu
43
Bab 43 Untuk Terakhir Kali
44
Bab 44 Pak Herman Meninggal
45
Bab 45 Pemakaman pak Herman
46
Bab 46 Kecemburuan Defta
47
Bab 47 Keputusan Hana
48
Bab 48 Pernikahan Andri dan Shela
49
Bab 49 Maafkan aku Shel
50
Bab 50 Malam Pertama
51
Bab 51 Haruskah
52
Bab 52 Kebahagiaan awal Penderitaan
53
Bab 53 Jalan Terbaik
54
Bab 54 Lukisan
55
Bab 55 Bertemu Defta
56
Bab 56 E-mail untuk Defta
57
Bab 57 Shela Pergi
58
Bab 58 Kembalinya Hana
59
Bab 59 Shela melihat Hana
60
Bab 60 Menderita Gagal ginjal
61
Bab 61 Pertemuan Hana dan Andri
62
Bab 62 Kembali Berpisah
63
Bab 63 Shela Kritis
64
Bab 64 Pendonor Rahasia
65
Bab 65 Defta mencintai Shela
66
Bab 66 Shela menemui Rega
67
Bab 67 Rega mengijinkan Andri menemui Hana
68
Bab 68 Pernikahan
69
Bab 69 Hana Sadar
70
Bab 70 Keluarga bahagia Hana dan Andri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!