Kesetiaan Yang Teruji
Masih teringat dengan sangat segar dipikiran Hana, gadis desa yang cantik dan rupawan, berbibir sensual dan merah alami tanpa polesan lipstik.Ya teringat kembali saat Andri berdiri memegang kedua bahunya, ketika Andri berhasil menjadi siswa yang paling bagus nilai nem nya, diantara siswa yang tamat tahun itu.
Andri adalah kakak kelas Hana, saat ini Hana masih duduk dikelas satu SMA.
"Hana, aku berhasil masuk ke universitas paling bergengsi di Jakarta." Ucap Andri bahagia.
"Syukurlah kak, semoga kau dapat menggapai cita-citamu kelak." jawab Hana tersenyum sambil membuang jauh-jauh perasaan takutnya, takut akan kepergian Andri dari keseharian nya, takut kalau Andri kan menemukan gadis lain.
"Hei kok bengong, aku akan kuliah dengan sungguh-sungguh dan menggapai cita-citaku, kemudian aku akan meminang mu, Hana."
"Oh ya, benarkah?" tanya Hana mencibir.
"kau bicara sok dewasa, umur kita baru seumur jagung, waktu kuliah itu sangat panjang dan lama, jangan-jangan kau akan tergoda cewek lain."
"Apakah kau tak ingin, ha?" Tanya Andri mengguncang bahu Hana sambil mengangkat alis nya naik turun.
"Aku ingin dan aku memimpikan nya, bahkan menikah dengan mu adalah bagian dari cita-cita ku."Jawabnya sendu.
"Aduh adikku ini, gemes deh kalau lagi serius. Tapi aku janji, aku akan menjadi yang paling setia." Lagi-lagi Hana mencibir.
"pret!"
Andri mengejar Hana yang berlari kala itu.
Hana menghela napasnya berat. Sudah lama Andri mengikuti studi nya, dan Hana sekarang sudah tamat dari bangku SMA. Namun apa yang di takutkannya terjadi. Andri tak memberi kabar, dihubungi tidak tersambung, semua itu terjadi sejak keluarga Andri pindah ke Jakarta. Semua hubungan itu benar-benar terputus.
Hasrat nya untuk menggapai asa bersama Andri kian kandas.
Hari ini Hana akan berangkat ke kota, tapi bukan Jakarta. Selain menghindari gosip miring bahwa Hana akan dipinang oleh anak kepala desa, Hana sudah tidak sabar untuk memulai mata kuliah nya yang akan di mulai Minggu ini. Defta Miharja itulah nama dari anak pak Kepala desa yang akan meminang nya. Pemuda tampan kharismatik yang sejak dulu mengagumi nya. Namun sampai disitu Hana tak pernah ada perasaan suka atau cinta
pada pemuda itu.
"Kak Andri, bagaimana kabarmu?, kamu lagi ngapain?, aku rindu!" Kata hati Hana sambil mengusap mukanya yang sendu, pelan namun pasti, air bening itupun mengalir tanpa diundang. Hana kemudian menyeka air matanya, ditahannya tangis itu dengan susah payah, lalu dilanjutkan nya berbenah barang-barang yang akan dibawa nya nanti.
Tanpa sadar Hana menyenggol sebuah bingkai foto, diraihnya dan diusapnya foto itu, air mata kembali tumpah, dan saat ini Hana tak mampu membendungnya.
"Kak Andri, sampai kapan kita akan terpisah dengan ruang dan waktu seperti ini, jangan kan bertemu dan menatap mu, membayangkan wajah mu saja aku sudah tak sanggup karena kerinduan ini, sudah satu tahun kita tak bertemu dan berkomunikasi, apalah dayaku, untuk menyusul mu pun aku tak tahu dimana alamat mu. Lagi pula aku tak punya ongkos untuk ke Jakarta." Ucap Hana dalam hati pasrah.
"Tapi aku berjanji, aku akan selalu menunggumu, walaupun aku harus kehilangan nyawa sekalipun, aku pasrahkan hati ini hanya untukmu." Tekat nya seakan memungkiri bahwa jodoh bukan Allah yang ngatur.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, Hana pun akan berangkat diantar oleh Kedua orang tuanya sementara Rega Wahyudi, adik Hana masih ada sekolah sore.Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dari luar.
"Assalamualaikum." Suara dari luar.
"Wa'alaikum salam, silahkan masuk."Jawab pak Suherman sambil membuka pintu dan mengetahui bahwa pak Kades dan putranya Defta yang datang.
"Mari silahkan duduk Pak , nak Defta." Ucap pak Suherman dengan ramah, mereka pun ikut duduk.
"Ada keperluan apa ya, Pak?"
"Begini Pak, katanya saya dengar Hana akan pergi berangkat sore ini, apa benar?" tanya pak Kades.
"Iya Pak, Hana masuk ke perguruan tinggi di kota, tepatnya di fakultas kedokteran, dia mendapatkan beasiswa di sana." Tutur pak Suherman.
"Sekolah walaupun beasiswa pasti banyak biayanya Pak Herman, dari mana bapak mendapatkan biaya itu sedangkan bapak hanya tukang jahit sepatu." Jawab pak kades seolah-olah menghina akan penghasilan pak Herman.
"Masalah rezeki itu urusan Allah pak, kita tidak tahu apa yang akan menjadi takdir manusia." Jawab Bu Fatmi yang baru keluar dari dapur.
"Bukan begitu maksud kami, Pak." Sela Defta.
"Sebenarnya kami sudah lama bermaksud datang berkunjung kesini, cuma karena waktu belum sempat, ya mau tak mau hari ini kami sempatkan, karena Hana akan pergi," Tukas pak kades.
"Maksudnya apa ya, Pak?" tanya pak Herman.
Nampak Hana keluar dengan nampan berisi empat gelas air teh hangat, kemudian meletakkan teh itu dan mempersilahkan tamunya untuk meminumnya.
"Begini Pak, kami bermaksud melamar anak Bapak!"
Deg, bagai disambar petir disiang bolong Hana mendengar ucapan pak kades. Sekilas Hana menatap wajah Defta yang kala itu Defta pun menatap nya.
"Kalau masalah itu terserah sama Hana Pak, bukan begitu, Bu?" Tanya pak Herman pada istri nya.
"Kebetulan Hana di sini, bagaimana kalau kau menikah saja dengan Defta?" ujar pak Kades langsung.
"Maaf pak, Hana masih ingin kuliah, belum kepikiran sampai ke situ."
"Berarti kamu menolak anak ku?"
"Saya tidak bermaksud seperti itu, Pak!"
"Alah jangan mangkir, gak bakalan kamu sanggup kuliah dengan penghasilan ayahmu yang hanya berapa perak itu." Hana berlinang mendengar ucapan pak Kades, dengan tegas Hana menjawab.
"Apakah ini contoh dari seorang pemimpin, seharusnya bapak selaku kepala desa di sini merasa bangga ada dari penduduk nya melanjutkan pendidikan, sehingga masyarakat Bapak akan mempunyai pemikiran yang lebih modern, justru seorang pemimpin yang menghalangi kemajuan maka masyarakat nya pasti akan tertinggal."
"Hana, belajar boleh, tapi mikir dari mana kamu akan mendapatkan biaya nya?" sanggahnya.
"Saya punya kemauan yang kuat dan itu cukup untuk ku."
"Dengan perut kosong apakah kamu masih sanggup untuk belajar, semua usaha butuh modal,dan kamu apa modal mu?" Hana diam.
"Hana, menikahlah dengan Defta, aku tidak menghentikan mu untuk kuliah, nanti kalau kau sesudah menikah boleh kok mengejar cita-cita mu itu.
Hana berlari menuju kamarnya, menangis sesenggukan di sana. Ibunya pun mengikuti gadisnya itu. Membelai rambut nya lembut.
"Hana sayang, jangan di dengar kata-kata pak Kades ya, memang saat ini kita gak punya apa-apa, nanti kalau terdesak pasti ada usaha lain, jangan berputus asa dari Rahmat Allah, itu dosa nak...."
Hana memeluk ibunya. "Tapi kata pak Kades ada benarnya Bu, aku nggak mau menyusahkan Ayah dan Ibu."
Sementara di ruang tamu pak Kades berpamitan untuk pulang. Sementara rumah kediaman keluarga Suherman tampak sepi. Nampaknya Hana tidak jadi pergi sore itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
PORREN46R
fix cewe cantik
2023-06-28
1