Bab 3. Keberangkatan Hana

Menjelang malam, tepatnya sebelum isya Defta datang berkunjung ke rumah Hana, ia hanya ingin minta maaf atas kejadian sore saat ia dan ayah nya datang. Tapi entah mengapa detak jantung nya tidak dapat diajak kompromi. Bergemuruh tidak menentu, tapi walau begitu ia merasa harus bertemu dengan Hana, sebab kalau tidak maka akan menjadi unek-unek dalam hati nya.

"Assalamualaikum."

terdengar suara perempuan menjawab dari dalam. Deg!, "apakah itu suara Hana?" batinnya. Pintu pun terbuka, tersembul wajah cantik dari balik pintu, mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Mau bertemu siapa, Mas?"

"Mau bertemu dek Hana dan ngobrol sebentar apakah adek bisa?" jawab Defta, terasa dingin tangannya, entah grogi atau gimana.

"Ooo, bisa Mas, silahkan duduk! " dan Defta pun duduk sedang Hana duduk bersebrangan dengannya.

"Ada apa ya, Mas?" seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Anu ... aku mau minta maaf atas kata -kata ayahku kemaren, karena kami , kamu tidak jadi berangkat."

"Anggap saja tidak terjadi apa-apa, aku sudah memaafkan mas dan ayah Mas sebelumnya."

"Jadi, kapan Adek berangkat?"

"mungkin besok pagi, kalau tidak ada halangan."

Hening, keduanya saling membisu, Hana merasa salah tingkah sedang Defta semakin merasa kalau jantung nya kian berdetak kencang, tapi tiada waktu lagi bisa ngomong berdua dengan Hana, atau bahkan ini adalah pertama dan terakhir untuk nya.

"Han, apakah aku boleh bertanya?"

"Bertanya apa Mas, katakan saja!"

"A_apakah Dek Hana sudah punya pacar?"

"Aku hanya berharap, dek Hana mempertimbangkan, aku cuma ...."

"Apa Mas, maksudnya gimana?"

"Aku cuma mau bilang kalau aku sangat mencintaimu dek, tanpa ada paksaan atau tuntutan bahwa kita harus menikah, aku nggak mau kamu salah faham, masalah menikah itu adalah keinginan Bapakku!"

"Mas, aku ...."

"Dek, jangan kamu berubah karena mengetahui aku mencintaimu, cintaku padamu murni, kalau berbalas ya aku akan sangat bersyukur, tapi kalau Dek Hana tidak punya perasaan padaku, ya nggak apa-apa kok."

"Aku akan mencoba untuk mengerti."

"Maaf kan aku Mas!"

"Kalau tidak bisa menerima ku sebagai kekasih, maukah kau menjadikanku saudara atau sahabat mu?"

Hana terharu mendengar penuturan Defta, matanya berkaca-kaca.

"Jangan segan atau sungkan kalau kau butuh bantuan ku, aku akan berusaha ada untukmu."

"Iya, Mas."

"Besok pagi aku pun akan ke kota, aku ada urusan di sana, apakah kita bisa berangkat bersama?, maksudnya biar ku tunggu di stasiun dan mencari kan tiket, agar kau tak terlalu tergesa-gesa dari rumah."

"Tapi Mas ...."

"Sudah kubilang jangan sungkan, atau kau malu berteman dengan ku?" bujuk Defta sudah mulai mengalir kata-kata nya.

"Atau aku harus memaksa?"

"Ya, baiklah!"

"Nah gitu dong!, kan seru, kita bisa sambil tersenyum di mobil nantinya."

"Kok gitu, mas curang!"

"Kau harus dicurangi baru mau, he_he."

"Jam berapa berangkat nya, Mas?"

"Jam delapan kira-kira."

"Oke, baiklah!"

"Sekarang aku pulang dulu, sampai bertemu besok!"

Sepeninggal Defta, Hana menemui kedua orangtuanya di ruang tengah, sedang Reiga Wahyudi adik Hana asyik belajar di kamar nya.

"Nampak nya ada yang akur Bu!" goda pak Herman pada putri kesayangannya." Bu Fatma cuma tersenyum.

"Ayah ada-ada saja, memang siapa yang bertengkar?"

"Apa kamu tidak suka sama nak Defta, Han?" tanya ayah nya lagi. Sementara ibu nya menatap pak Herman sambil menggeleng, seakan memberi isyarat untuk tidak menanyakan hal itu, namun tampaknya pak Herman tidak mau peduli.

"Han, sudah setahun lebih kan gak ada kabar dari Andri, apa gak sebaiknya kamu mencoba melupakan nya?"

Hana hanya menunduk, tidak terima dengan perkataan ayahnya karena ia sama sekali tidak ingin melupakan Andri , orang yang sangat di cintai nya.

"Han, nak Defta anak yang baik, sudah bekerja serta sangat dewasa sikapnya."

"Apakah maksud Ayah aku tak diizinkan untuk kuliah, dan Ayah setuju untuk menikahkan kami?" jawab Hana sambil menatap Ayahnya.

"Bukan nak, bukan begitu maksud Ayah, dia pasti mengerti kalau kau mau kuliah dulu, dia anak yang bijaksana, nggak seperti kedua orang tuanya." Sanggah pak Herman.

"Sudahlah Yah, jangan di terus kan!" tukas Ibunya.

"Oh ya, tapi ngomong-ngomong tadi, kayak nya kamu mau berangkat bareng, ya?" tanya Ibunya.

"Iya ibu, nggak enak mau nolak."

"Awas lo, nanti lama kelamaan jatuh juga!" celetuk adiknya yang baru keluar dari kamar.

"Apaan sih ga, masak jatuh?"

"Jatuh cinta maksud ku, Kak!" Hana mendekati adiknya lalu mencubit nya. Rega meringis kesakitan.

"Ulangi sekali lagi, aku hajar kamu!"

"Jatuh cinta ... sama mas Defta ...."

"Rega!" Hana menjerit memanggil adiknya. Kemudian masuk ke kamar dan menelungkup kan wajah nya di atas bantal. Rega mengikuti kakaknya.

"Kak, maafkan Rega Kak, Rega nggak bermaksud menyakiti hati Kakak." Rega terus menerus mengguncang bahu kakaknya.

"Rega tahu, Kakak selalu menangis bila teringat akan kak Andri, tapi Kak, Rega ingin melihat Kakak jadi Kakak yang dulu, yang periang penuh canda, bukan Kakak yang sekarang, yang mudah tersinggung dan perasa, Kakak sekarang adalah orang yang sensitif." Tutur Rega.

Hana bangkit, memegang tangan Rega.

"Maaf kan kakak, kakak tak menyadari akan hal itu, kakak berjanji akan memperbaiki semuanya, maaf kan kakak atas segalanya." Rega menghapus air mata yang mengalir di pipi kakak nya.

Rega saat ini sudah duduk kelas dua SMA, mereka kakak adik yang saling melengkapi.

"Kak, untuk apa mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, sudah setahun lebih dia tak memberi kabar, apakah tidak mungkin kalau dia sudah lupa akan hubungan kalian?"

"Tapi ga ...."

"kak sayangi lah diri kakak, jangan siksa diri kakak seperti ini!" sambung nya.

"Benar kata Rega Han, mencintai sesuatu akan membuat kita bahagia , untuk apa mencintai, tapi kamu menderita seperti ini." Sahut ibunya yang masuk menyusul Rega.

"Sudahlah, besok kamu akan berangkat, lebih baik kamu tidur sekarang!" Rega dan ibunya kemudian keluar.

Berselang cukup lama Hana tak kunjung bisa tidur, ia sangat gelisah, ia membolak-balik kan badan nya namun gagal juga untuk mengistirahatkan mata nya. Baru ketika hampir subuh, Hana bisa tertidur. Setelah shalat subuh Hana membantu memasak di dapur. Membuat sarapan pagi. Itu adalah kebiasaan nya sejak dulu sebelum berangkat ke sekolah.

Setelah mereka sekeluarga selesai sarapan Hana diantar ayah dan ibunya ke stasiun, sedangkan Rega tidak ikut mengantar karena ia harus sekolah hari ini.

Sesampainya di stasiun Hana melihat Defta dari kejauhan.

"Itu mas Defta, Bu!" tunjuk Hana. Mereka pun menghampiri Defta dan bersiap untuk berangkat karena tiket sudah dipesan oleh Defta.

Hana dan Defta masuk dalam bus angkutan umum dengan duduk bersebelahan dengan Defta.

"Maaf ya dek, nggak bermaksud mengambil kesempatan dalam kesempitan!"

"Maksudnya apa ya, Mas?"

"Nanti, adek gak nyaman duduk disebelah ku." Hana diam.

"Bener, tadi agennya Yang ngasih nomor bangku ini."

"gak apa-apa, Mas!"

mereka berdua saling membisu satu sama lainnya. Hanya kadang Defta yang mencoba mencairkan suasana. Mungkin aku butuh kesabaran ekstra untuk menaklukkan hati gadis ini. Batinnya.

Episodes
1 Bab 1. Teringat masa lalu
2 Bab 2. sama sama galau
3 Bab 3. Keberangkatan Hana
4 Bab 4. Kabar pahit
5 Bab 5 . Demi sebuah cita-cita
6 Bab 6 . Kemarahan pak Wisnu
7 Bab 7. Perhatian Defta
8 Bab 8. Kedatangan pak kades
9 Bab 9. Hanya Hana
10 Bab 10. Penghargaan untuk Hana
11 Bab 11.Pak Herman Sakit
12 Bab 12. Pak Herman divonis kanker.
13 Bab 13. Andri wisuda
14 Bab 14 Bu Fatmi pingsan
15 Bab 15. Menjual tanah
16 Bab 16 keluarga Hana menetap di kota
17 Bab 17. Terlambat Sudah
18 Bab 18. Antara Hana dan Shela
19 Bab 19 Dilema
20 Bab 20. Mendapatkan restu ibu
21 Bab 21 Berbohong Demi Sebuah Restu
22 Bab 22 Kesempatan untuk Shela
23 Bab 23 Pelukan perpisahan
24 Bab 24 Pergi Dengan Defta
25 Bab 25 Pelukan Pertama Dan Terakhir
26 Bab 26 Ku Buka Hati ku Untukmu
27 Bab 27 Mendapatkan Teman Baru
28 Bab 28 Andri akan Melamar Shela.
29 Bab 29 Keresahan Pak Herman.
30 Bab 30 Pak Herman Masuk Rumah Sakit
31 Harapan Author
32 Bab 32 Hana pingsan
33 Bab 33 Pertunangan Andri dan Shela
34 Bab 34 Masalah Baru
35 Bab 35 Pak Herman di Operasi
36 Bab 36 Andri Resah.
37 Bab 37 Perasaan Defta.
38 Bab 38 Tuduhan untuk Hana
39 Bab 39 Diantar Pak Bos
40 Bab 40 Hukuman Untuk Vero
41 Bab 41 Maafkan Aku Shel ....
42 Bab 42 Mati Lampu
43 Bab 43 Untuk Terakhir Kali
44 Bab 44 Pak Herman Meninggal
45 Bab 45 Pemakaman pak Herman
46 Bab 46 Kecemburuan Defta
47 Bab 47 Keputusan Hana
48 Bab 48 Pernikahan Andri dan Shela
49 Bab 49 Maafkan aku Shel
50 Bab 50 Malam Pertama
51 Bab 51 Haruskah
52 Bab 52 Kebahagiaan awal Penderitaan
53 Bab 53 Jalan Terbaik
54 Bab 54 Lukisan
55 Bab 55 Bertemu Defta
56 Bab 56 E-mail untuk Defta
57 Bab 57 Shela Pergi
58 Bab 58 Kembalinya Hana
59 Bab 59 Shela melihat Hana
60 Bab 60 Menderita Gagal ginjal
61 Bab 61 Pertemuan Hana dan Andri
62 Bab 62 Kembali Berpisah
63 Bab 63 Shela Kritis
64 Bab 64 Pendonor Rahasia
65 Bab 65 Defta mencintai Shela
66 Bab 66 Shela menemui Rega
67 Bab 67 Rega mengijinkan Andri menemui Hana
68 Bab 68 Pernikahan
69 Bab 69 Hana Sadar
70 Bab 70 Keluarga bahagia Hana dan Andri
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1. Teringat masa lalu
2
Bab 2. sama sama galau
3
Bab 3. Keberangkatan Hana
4
Bab 4. Kabar pahit
5
Bab 5 . Demi sebuah cita-cita
6
Bab 6 . Kemarahan pak Wisnu
7
Bab 7. Perhatian Defta
8
Bab 8. Kedatangan pak kades
9
Bab 9. Hanya Hana
10
Bab 10. Penghargaan untuk Hana
11
Bab 11.Pak Herman Sakit
12
Bab 12. Pak Herman divonis kanker.
13
Bab 13. Andri wisuda
14
Bab 14 Bu Fatmi pingsan
15
Bab 15. Menjual tanah
16
Bab 16 keluarga Hana menetap di kota
17
Bab 17. Terlambat Sudah
18
Bab 18. Antara Hana dan Shela
19
Bab 19 Dilema
20
Bab 20. Mendapatkan restu ibu
21
Bab 21 Berbohong Demi Sebuah Restu
22
Bab 22 Kesempatan untuk Shela
23
Bab 23 Pelukan perpisahan
24
Bab 24 Pergi Dengan Defta
25
Bab 25 Pelukan Pertama Dan Terakhir
26
Bab 26 Ku Buka Hati ku Untukmu
27
Bab 27 Mendapatkan Teman Baru
28
Bab 28 Andri akan Melamar Shela.
29
Bab 29 Keresahan Pak Herman.
30
Bab 30 Pak Herman Masuk Rumah Sakit
31
Harapan Author
32
Bab 32 Hana pingsan
33
Bab 33 Pertunangan Andri dan Shela
34
Bab 34 Masalah Baru
35
Bab 35 Pak Herman di Operasi
36
Bab 36 Andri Resah.
37
Bab 37 Perasaan Defta.
38
Bab 38 Tuduhan untuk Hana
39
Bab 39 Diantar Pak Bos
40
Bab 40 Hukuman Untuk Vero
41
Bab 41 Maafkan Aku Shel ....
42
Bab 42 Mati Lampu
43
Bab 43 Untuk Terakhir Kali
44
Bab 44 Pak Herman Meninggal
45
Bab 45 Pemakaman pak Herman
46
Bab 46 Kecemburuan Defta
47
Bab 47 Keputusan Hana
48
Bab 48 Pernikahan Andri dan Shela
49
Bab 49 Maafkan aku Shel
50
Bab 50 Malam Pertama
51
Bab 51 Haruskah
52
Bab 52 Kebahagiaan awal Penderitaan
53
Bab 53 Jalan Terbaik
54
Bab 54 Lukisan
55
Bab 55 Bertemu Defta
56
Bab 56 E-mail untuk Defta
57
Bab 57 Shela Pergi
58
Bab 58 Kembalinya Hana
59
Bab 59 Shela melihat Hana
60
Bab 60 Menderita Gagal ginjal
61
Bab 61 Pertemuan Hana dan Andri
62
Bab 62 Kembali Berpisah
63
Bab 63 Shela Kritis
64
Bab 64 Pendonor Rahasia
65
Bab 65 Defta mencintai Shela
66
Bab 66 Shela menemui Rega
67
Bab 67 Rega mengijinkan Andri menemui Hana
68
Bab 68 Pernikahan
69
Bab 69 Hana Sadar
70
Bab 70 Keluarga bahagia Hana dan Andri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!