Hari ini, Andri mendapat tugas dari guru pembimbing untuk mencatat harga sembako yang berlaku hari ini di pasar. Untuk memudahkan kan kerjanya Andri memutuskan kan ke pasar tradisional. Andri sengaja berangkat pagi-pagi sekali. Dalam perjalanan Andri tak mendapat kendala apapun.
Sesampai nya di pasar, Andri mencatat semua harga yang diminta oleh guru pembimbing nya. Sekitar dua jam berlalu semua tugas nya telah selesai. Saat hendak beranjak tak sengaja menabrak seorang lelaki separuh baya, sebaya ayahnya.
"Maaf pak, aku tak sengaja!" menatap lelaki itu. Andri terkesiap.
"Pak Harun!" lelaki itu terkesiap mendengar namanya di sebut, dan kembali menatap Andri.
"Kamu!, Andri anak Pak ...."
"Anak pak Wisnu!"
"Bagaimana kabarmu dan bapak mu?"
"Kami baik pak, bagaimana dengan Bapak sendiri?"
"Aku baik!"
"Bapak ada keperluan apa ya datang ke Jakarta?"
"mengantar pesanan orang, kan di desa lagi panen sekarang."
"Bagaimana kabar Hana ya, Pak?" tanya Andri refleks.
"Ooo, Hana?"
"Ya pak, Hana anak pak Herman!"
"Dia sekarang kuliah di kota."
"Benarkah?"
"Ngambil jurusan apa ya, Pak?"
"Kalau tidak salah, jurusan kedokteran!"
"Bapak punya nomor ponselnya?"
"Ya tidak to nak, nanti kalau aku simpan nomor dia, anak Bapak salah paham."
"Salah paham bagaimana, Pak?"
"Mereka berdua kan, mau nikah."
Deg!, jantung Andri seakan berhenti berdetak, Hana mau nikah, batinnya.
"Kapan nikah nya, Pak?"
"Masih di rembuk nak, oh ya, Bapak lagi buru-buru nih, Bapak pamit dulu!"
"Nggak singgah dulu Pak, apa Bapak akan sering kesini?"
"belum tentu, tergantung pesanan, ayo mari!" Andri pun mengangguk dan pak Harun pun pergi.
Terasa lemah lunglai seluruh persendian Andri saat ini, rasanya nggak percaya menerima kenyataan ini, setahun, ya hanya setahun Hana telah berhasil menghapus memori tentang dirinya, benarkah semua ini?, ah, masak orang tua bohong, tapi kalau iya masak semudah itu Hana melupakan dirinya. Andri masuk disebuah warung dan duduk dengan lemas, terdiam seribu bahasa. Mukanya panas seakan air mata nya akan menetes. Badannya menggigil menahan perasaan yang gundah gulana. Seseorang yang ada di warung itu memperhatikan dengan seksama dan mendekati nya.
"Adek ngapain, apa kau sakit?" Andri hanya menggeleng pasrah.
"Apakah adek ada masalah?" tanya laki-laki yang ternyata adalah pemilik warung tersebut. Lagi-lagi Andri hanya menggeleng.
Dalam kepasrahan itu dari kejauhan tampak seorang gadis sedang celingukan mencari sesuatu, dan pemilik warung tersebut memanggilnya.
"Apakah adik mencari seseorang?"
"Iya pak, apa bapak lihat teman saya?"
"Kemari lah!" ucapnya sambil membawa gadis itu masuk ke dalam warung. Gadis itu tak lain adalah Shela.
"Astaga!, kamu ngapain, An?"
"Apa dia teman, Adik?" Shela mengangguk.
"Syukur lah kalau begitu?"
"Kamu ngapain, An?" Andri hanya menatap lesu.
"Mari kita pulang" ucap Shela sambil menuntun Andri.
Diperjalanan pulang Andri hanya diam, tak ada satu pertanyaan Shela yang mendapat jawaban. Shela benar-benar heran, kali ini Andri benar-benar dingin dan serem. Nggak pernah Shela melihat Andri seperti ini.
Ayo lah ngomong, kamu kenapa.
Rasanya Shela ingin cepat-cepat sampai ke rumah Andri, tak sanggup rasanya melihat Andri seperti ini. Seperempat jam rasanya lama banget.
Shela membuka pintu mobil, dan menyuruh Andri keluar. Andri pun keluar dan langsung masuk kedalam tanpa menghiraukan Shela sedikit pun. Ia masuk ke kamarnya, menguncinya dari dalam. Itu semua semakin membuat Shela terheran-heran.
Ibu Wisnu menatap Shela tak mengerti.
"Apa kalian bertengkar?"
"Tidak ibu, tadi saat saya menemukan Andri dia sudah seperti itu."
"Tak pernah dia seperti itu, ada apa sebenarnya?" ucap Bu Wisnu seakan bicara pada dirinya sendiri. Ia pun bangkit menuju kamar anak nya. Diketuk nya pintu kamar itu.
"An , boleh ibu masuk, nak?" tak ada sahutan.
"An ...." Panggi nya lagi.
"Andri lagi mau sendiri Bu, biarkan aku sendiri!"
"Ya, baik lah."
Bu Wisnu kembali duduk didekat Shela.
"Kalau begitu saya permisi dulu Bu, nanti kalau ada waktu saya kemari lagi."
"Ya nak, terima kasih sudah membawa Andri pulang."
"Iya Bu, sama-sama."
Sepeninggal Shela, Bu Wisnu berusaha membujuk Andri agar mau membuka pintu. lama namun akhirnya Andri membuka pintu itu juga.
"Andri sayang, kamu kenapa nak?" tanya Bu Wisnu langsung memeluk putra sulungnya. Namun Andri tetap tak bergeming.
"Jawab ibu Andri, jawab ...." Isak nya.
"Hana ... Bu ...."
"kata kan kenapa dengan Hana, apa kau bertemu dengan nya?" Andri menggeleng lemah.
"Lalu Hana ngapain sampai kamu seperti ini?"
"Hana akan menikah, Bu ...."
"Dari mana kamu mendapatkan berita itu?"
"Aku bertemu dengan pak Kades tadi, dia bilang Hana akan menikah dengan mas Defta, anaknya."
"Hana akan menikah dengan anak pak kades Harun?"
"Iya, Bu."
"Kamu percaya?, itu semua belum tentu benar, An ...."
"Tapi untuk apa beliau bohong, Bu?"
Sementara itu dibalik pintu kamar Shela mendengar semua pembicaraan mereka, karena dia kembali untuk mengambil sesuatu yang ter tinggal. Hatinya bagaikan di tusuk sembilu.Ternyata Andri sampai lemas lunglai tak berdaya hanya karena seorang wanita. Wanita manakah yang bernama Hana itu, spesial seperti apakah dia, sampai bisa merenggut semua hati milik Andri. Shela mengusap muka nya yang mulai panas, kemudian pergi begitu saja.
Tadi saat melihat Andri tak berdaya, hati nya sangat cemas, begitu sangat kwartir, takut terjadi apa-apa, pada pria yang sangat di cintai nya itu. Namun saat ini ke khawatiran itu berubah rasa yang sangat sakit. Selama ini Shela tak pernah tahu kalau Andri mempunyai seorang kekasih, yang ia tahu hanyalah bahwa Andri adalah seorang pendiam yang sangat dingin, dan ia mencoba untuk mencairkan kedinginan itu, tapi ternyata dingin nya pria itu bukan karena tak peduli dengan lawan jenisnya, melainkan memiliki hati yang tidak mudah berpaling. Shela masih penasaran dengan semua kisah Andri namun ia sudah tidak sanggup menahan rasa sakit dan membayangkan kalau Andri sudah mempunyai kekasih.
Disisi lain, Andri dan ibunya terus berbincang.
"Seharusnya sebagai seorang lelaki kau jangan seperti ini An, lelaki itu harus kuat, karena lelaki mempunyai tanggung jawab yang besar nanti, baik didalam rumah tangga maupun urusan lainnya. Jika kamu seperti ini bagaimana kamu akan menata hidup mu."
"Makanya kalau mencintai itu jangan berlebihan, kalau seperti ini siapa yang rugi?"
"Aku tidak rugi mencintai nya Bu, bahkan aku sangat tulus dengan cinta ku."
"Andri, yang namanya tulus itu, kamu akan menerima apapun dari orang yang kita cintai, walau sakit sekalipun asal orang yang kita cintai itu bahagia."
"Nah, kalau memang kau tulus, biarkanlah Hana dengan hidup nya, relakan dia demi kebahagiaan nya, kalau memang dia adalah jodoh yang tercipta untukmu pasti kalian akan bertemu, pasrahkan saja semua pada yang Kuasa."
Andri tetap diam, seakan dia tidak berdaya menghadapi bahwa gadis yang begitu di cintai nya akan menjadi milik orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
tia
yg semangat Thor!
2023-02-26
1