Terjebak Perjodohan Dengan Sang Pewaris

Terjebak Perjodohan Dengan Sang Pewaris

Bab 1 - Wasiat

Rintik hujan membasahi permukaan tanah, semua orang turut meramaikan acara berkabung keluarga terhormat Hartono. Di sana, terlihat keluarga inti sedang menangisi kepergian mendiang Bambang Hartono. Sejujurnya, acara pemakaman ini juga menjadi ajang para keluarga konglomerat berkumpul. Semua orang menunjukan kehebatan diri mereka masing-masing, seolah ajang pertunjukan kekuasaan dan harta kekayaan.

Emma, seorang gadis buangan yang selalu dianggap pembawa sial masuk ke aula, dia menatap foto yang terpajang di tengah dengan rangkaian bunga di sekeliling foto. Gadis tadi memberikan penghormatan terakhirnya pada mendiang Bambang Hartono. Setelahnya dia mundur dan berdiri di pojok ruangan.

Melihat dirinya datang, keluarga inti Hartono benar-benar terkejut apalagi dengan tampilan asal seperti itu, mereka merasa malu pada tamu yang hadir di acara pemakaman Tuan Besar Keluarga Hartono. Putri kesayangan keluarga Hartono memrotes terhadap ibunya.

“Bu, apakah pantas dia datang dengan tampilan lusuh seperti itu? Apa yang akan orang lain katakan?” geram Anna yang melihat kakaknya berpenampilan seadanya.

“Ibu juga tidak mengerti, mengapa kakekmu harus bersusah payah mengundang dia kembali ke rumah. Tapi jangan khawatir, abaikan gadis pembawa sial itu!" seru Ambar.

“Bagaimana bisa aku abaikan? Lihat saja, dari wajahnya dia nampak tidak menunjukan rasa sedih sedikit pun! Terlebih dengan pakaiannya yang menggelikan. Ya Tuhan, dia sepertinya sengaja untuk terlihat kumuh agar orang lain mengira kalau Keluarga Hartono kita telah menyiksanya!” Anna menatap gadis itu dengan tajam. Dia mendengus kasar.

Wanita itu benar-benar merusak harinya, tidak lama Jack Hartono yang kini menggantikan posisi Tuan Besar Keluarga Hartono pun datang. Jack Hartono melangkah naik ke atas panggung untuk menyambut para tamu yang hadir. Ambar menyadari, bahwa yang dikatakan Anna putri bungsunya benar. Namun untuk saat ini itu tidak bisa menjadi masalah besar sebab mereka harus fokus pada pidato yang akan disampaikan oleh Jack.

"Anna sayang, alihkan saja dulu pandanganmu kepada hal yang lain! Ayah sudah datang dan dia akan segera memberi sambutan. Jadi, fokuskan ke hal itu dulu!" pinta Ambar dengan lembut.

Anna mengangguk pelan.

Emma berdiri di pojokan dengan raut wajah tidak tertarik, wanita itu tidak peduli walaupun dia sedang dijadikan bahan pembicaraan orang banyak dia tetap dingin dan acuh tak acuh.

"Siapa gadis menawan itu? "

"Dia putri pertama Keluarga Hartono, Tuan Bambang memanggilnya kembali sebelum meninggal." ucap salah seorang kolega keluarga Hartono.

"Pantas saja, jadi itu tujuannya. Rumornya akan ada pembacaan surat wasiat secara umum. Mungkin itu alasan gadis desa itu dipanggil kembali!" seru yang lain.

Jack mulai berpidato, diawali dengan sambutan untuk para tamu kemudian hal hebat yang dilakukan Tuan Bambang semasa hidupnya. Terakhir, mengungkapkan keinginannya bagi masa depan perusahaan Keluarga Hartono. Setelah pidatonya selesai, Jack bergantian dengan pengacara perusahaan yang bernama Tuan Bumi.

Pria itu naik ke panggung dengan membawa sebuah amplop cokelat tersegel.

"Saya rasa ini saatnya pembacaan surat wasiat," ujar salah seorang tamu.

Emma yang berdiri di pojokan masih terlihat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Dia mendengar segala hal yang dibicarakan orang-orang. Walau tetap diam, tapi telinganya sangat sensitif sehingga dia dapat mendengar semua ucapan semua orang dengan jelas.

"Terima kasih semua atas waktunya, saya adalah pengacara Tuan Bambang. Malam ini secara langsung akan mengumumkan surat wasiat yang telah ditinggalkan oleh mendiang." Pengacara Bumi kemudian membuka amplop cokelat yang dia bawa dengan perlahan.

Dia menghela napas panjang lalu membacakan isi suratnya dengan jelas dan lantang. "Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Bambang Hartono, dengan ini menyatakan bahwa seluruh harta kekayaan saya yang terdiri dari Perusahaan Hartono Corporation Group, uang sejumlah 1 milliar dollar di Bank Swiss, serta seluruh aset yang tercatat atas nama saya akan diserahkan pada ahli waris saya, cucu pertama saya, Emma Hartono."

Pernyataan itu membuat semua orang membelalak, seolah hal itu adalah hal yang mustahil di dengar. Terlebih bagi keluarga inti Hartono, bagai petir menyambar di siang hari mereka semua terkejut setengah mati.

Namun, kenyataannya memang seperti itu. Jack selaku putra langsung Tuan Bambang merasa keberatan dan mulai memrotes. Bagaimana mungkin ayahnya memberikan semua harta kekayaan itu pada Emma si anak buangan sekaligus pembawa sial?

Padahal awalnya dia sudah sangat percaya diri bahwa seluruh kekayaan itu akan jatuh padanya, memangnya akan jatuh ke tangan siapa lagi? Dia adalah anak satu-satunya. Bahkan dengan hanya melihat sekelebat dia sudah tahu kelak akan mewarisi harta keluarganya, tapi keadaan sekarang sungguh berbanding terbalik dengan yang dia inginkan.

"Interupsi! Bagaimana saya bisa yakin kalau surat wasiat itu asli? Seperti yang kita ketahui bahwa Emma telah diasingkan oleh mendiang ayah saya sendiri. Bukankah itu mustahil? Jika seluruh harta kekayaannya diberikan atas nama Emma?" Jack berdiri di tengah para tamu, dia menoleh ke arah pengacara Bumi sambil terkekeh.

Sedangkan Emma masih terdiam dan tidak peduli sama sekali. "Apa yang kamu inginkan Tuan Bambang?" gumam Emma pada dirinya sendiri.

Sedangkan, keluarga Hartono yang lain nampak ngeri, mereka merasa sakit hati karena semua harta jatuh ke tangan Emma. Dengan disaksikan semua orang, Jack meminta keaslian surat wasiat tersebut. Pengacara Bumi langsung memberikan sebuah video sebagai bukti yang ditinggalkan oleh Tuan Bambang.

Setelah melihat itu semua, tidak ada yang berani memrotes. Pengacara Bumi langsung memanggil Emma untuk mendekat kepadanya. Dengan berjalan malas Emma menghampiri pria itu. Kini, Emma menjadi pusat perhatian. Wajahnya masih terlihat acuh tak acuh, namun saat melewati keluarganya dia agak sedikit mendelik.

Dia berdiri di samping ibunya, Ambar dan juga kedua saudaranya Anna serta Ben. Emma menunggu pernyataan pengacara Bumi selanjutnya, wanita itu menghela napas panjang.

“Tidak mungkin!” gumam Anna yang kecewa atas wasiat Sang Kakek sembari menoleh ke arah Emma dengan kesal.

“Anna tenanglah! kita dengarkan dulu sisanya, setelah itu kita baru bisa bertindak!” kata ibunya menenangkan.

Pengacara Bumi turun dari panggung dan langsung menemui Keluarga Hartono disaksikan oleh semua orang yang ada di sana. "Nona Emma, jika tidak keberatan silahkan tanda tangan di sini!" pria itu memberikan pena yang dia bawa.

Emma melihat sebuah catatan khusus di bawah surat wasiat yang ditinggalkan Tuan Bambang. Dia pun menunjuk tepat pada bagian catatan itu. “Apa maksudnya?”

“Ini... Baiklah akan saya jelaskan. Tuan Bambang sudah berdiskusi dengan keluarga Ghazzal untuk menikahkan kedua ahli waris mereka.” jelas Pengacara Bumi.

Tuan Muda Ghazzal adalah salah satu dari tiga keluarga teratas di Ibukota yang paling kaya juga dihormati semua orang. Jika keduanya dinikahkan berarti kekuatan besar sedang menunggu di depan mata mereka. Emma pun terdengar mendengus pelan. "Saya tidak tertarik.”

Emma menaruh kembali pena yang dia pegang.

“Nona Emma, mohon dengarkan ini dulu sebelum mengambil keputusan!” Pengacara Bumi memberikan sebuah rekaman yang dibuat oleh Tuan Bambang.

Pengacara Bumi memberikan earphone nya kepada Emma. Sembari menghela napas kasar Emma meraih earphone itu dan memasangnya di telinga. Entah apa yang terdengar dari benda itu, namun Emma kini merubah keputusannya. Dia kemudian meraih pena Pengacara Bumi kembali dan menandatangani surat wasiat tersebut tanpa kata.

“Nona Emma, hari pernikahan kalian adalah hari di mana surat wasiat ini berlaku,” Lanjut Pengacara Bumi.

Emma menatap datar pengacara Bumi, kemudian dia dan pengacara perusahaan mereka melenggang pergi dari tempat itu. Sedangkan, dari keramaian Tuan Muda Ghazzal memerhatikan Emma dengan cekatan. Ia menyunggingkan senyuman tipis di wajahnya.

Keluarga Hartono yang lain nampak ingin protes, tapi apa yang dituliskan telah mutlak, bahwa siapapun yang keberatan dengan surat wasiat itu bisa keluar dan menghapus diri dari Keluarga Hartono. Artinya, mereka tidak dapat menikmati semua kekayaan keluarganya lagi.

Ben lah yang paling merasa terhina, karena dia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga. Dia merasa yang paling berhak mendapat warisan Keluarga Hartono. Tapi kenapa malah Emma yang mendapatkan seluruh warisan keluarga mereka?

Emma tetap tidak peduli pada mereka, tatapan Emma terkesan dingin dan datar, hanya sesekali wanita itu mendelik ke arah orang-orang keji yang membuangnya selama 20 tahun lamanya.

Setelah berada di ruang keluarga...

Ambar melangkah maju ke depan Emma sembari melingkarkan tangan di dada. "Lebih baik kamu menyerahkan semua harta itu pada ayahmu! Tanda tangani surat perjanjian baru kemudian segera seeahkan seluruh harta kekayaan keluarga ini! Kamu tahu dia lebih berhak daripada kamu!"

Emma tertunduk, kemudian ia tertawa kecil seraya mengejek. "Bagus!" katanya yang terdengar seperti bisikan.

Tapi satu kata itu mampu membuat semua orang membelalak. Mereka pun terlihat senang. “Kamu memang putriku yang baik, jadi cepatlah buat perjanjian baru dengan Pengacara Bumi agar seluruh harta Keluarga Hartono bisa dikelola oleh yang semestinya!”

Secara tiba-tiba Jack masuk ke ruang keluarga.  “Tidak bisa, jangan!”

Terpopuler

Comments

Nong Zaze

Nong Zaze

Wihhh seru banget siii

2023-06-19

1

artsiska

artsiska

halo kak... semangat berkaryanya ya... mampir juga dikaryaku

2023-02-28

1

Otakunime

Otakunime

Mampir dong kak di novel Cyberpunk ke dunia Isekai

2023-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!