Semua orang nampak terkejut mendengar ucapan Jack, tak terkecuali Anna. “Ayah sudah gila? Kenapa tidak? Bukankah itu bagus? Emma bahkan sudah menyetujuinya! Lagipula, dia tidak akan sanggup mengelola harta kekayaan kita yang tak terhingga.”
Emma masih menunduk dan menahan gelak tawanya. Jack mendekat ke arah keluarganya dengan pelan tapi pasti.
“Tidak bisa! Karena di dalam surat wasiat itu tertulis, siapapun yang berani mengambil harta kekayaan kakek yang sudah dipegang Emma, maka seluruh harta kekayaannya akan disumbangkan! Kita tidak akan mendapatkan apapun jika kita merebutnya sekarang! Jadi, alangkah baiknya kita tetap mengikuti surat wasiat yang sudah kakek buat dan mau tidak mau kita harus menyambut Emma kembali ke rumah ini!"
Semua orang tidak percaya dengan perkataan Jack, mereka hilang akal dan tidak bisa berkomentar apapun. Mau tidak mau mereka harus menerimanya untuk saat ini? Konyol. Walau mereka terlihat enggan, tapi tidak ada pilihan lain daripada harta kekayaan mereka disumbangkan dan mereka tidak dapat satu perak pun.
Gadis itu hanya menatapnya datar dengan tawa ringan, Emma menyeringai sembari mendelik ke arah pria di hadapannya. "Bagus! Mulai sekarang, alangkah baiknya kalian tidak macam-macam. Sekarang seluruh harta kekayaan keluarga Hartono adalah milikku, jadi berhati-hatilah dalam bersikap!" Kecam Emma pada semua orang yang ada di sana kecuali pengacara Bumi.
“Apa kamu sudah tidak waras? Kamu pikir dengan mewarisi harta kekayaan kakek kamu akan naik derajat dari si pembawa sial menjadi gadis bermartabat? Mimpi saja!” jawab Anna dengan nada lebih melengking.
“Terserah kamu saja,” respon Emma terlihat santai namun intonasinya tetap tegas.
Setelahnya ia pun di antarkan ke ruangan di bawah tanah. Jack bilang itu adalah kamar sementara Emma. Emma pun duduk di ranjang yang keras dan menatap seluruh ruangan sembari menghela napas panjang. Di situasi mengerikan seperti ini ia masih sempat memikirkan dekorasi yang cocok untuk ruangannya yang baru.
Tidak lama setelahnya Anna dan ketiga pelayanan setianya yang bak anjing peliharaan membawakan setumpuk pakaian bekas miliknya. Adik Emma itu masuk ke dalam dengan tatapan jijik yang tidak terhindari.
“Saudariku tersayang, aku memiliki segudang pakaian bekas yang masih layak digunakan untuk gadis sepertimu.” Anna dengan tatapan sinis meminta salah seorang pelayan untuk melemparkan baju bekas ke lantai sembarangan.
"Baju-baju ini keluaran merk ternama di seluruh dunia dan sangat terbatas jumlahnya. Sudah tidak kupakai, jadi aku akan menyumbangkannya padamu! Setidaknya kamu tidak berpenampilan seperti pengemis lagi.”
Emma langsung menatap dirinya yang sedang memakai pakaian edisi terbatas yang hanya ada lima pasang di seluruh dunia. Bahkan itu di rancang oleh perancang terkenal. Emma pun tidak mendapatkan barang itu dengan mudah.
Emma tertawa kecil. “Gadis kecil yang angkuh, aku tetaplah Putri Tertua Keluarga Hartono. Kuharap kamu bisa mengikuti les tata krama dengan benar! Jika tidak kamu mungkin akan menjadi perawan tua seumur hidupmu!”
“Cih, kamu begitu berbangga diri. Jangan kira, Tuan Adam akan menerima perjodohan gila ini. Dia tidak pantas mendapatkan seonggok sampah sepertimu, wasiat konyol kakek hanya membuat semua orang menderita.” Keluh Anna dengan mata yang berapi.
Emma tidak merespon, ia menggunakan tangannya memberi isyarat mengusir pada Anna dan anak buahnya dengan wajah dingin dan datar. Tidak lama setelahnya, ponsel Emma pun bergetar.
“Ada seseorang yang sedang menggali identitasmu, Apa harus aku hentikan?”
Pesan itu dikirim oleh Madi, anak berusia 18 tahun, seorang programmer ahli bahkan hacker dengan kemampuan lumayan.
“Biarkan mereka melakukan apapun!” balas Emma tanpa rasa gentar.
“Baik bos!” balas Madi.
Keesokan harinya, Emma diperlakukan lebih buruk oleh Ambar. Dia bahkan harus berdebat dengan keluarganya dulu sebelum pergi ke Hartono Corporation Group. Namun, dia tidak gentar dia bisa berkilah dan pergi dari sana dengan aman. Lagipula, apa yang harus Emma takutkan? Karena kini semua harta keluarga itu adalah miliknya.
"Namaku Emma Hartono, terimakasih atas sambutan kalian. Aku sangat senang bisa bergabung di perusahaan ini dan sangat bersyukur atas kesempatan besar yang telah mendiang Tuan Bambang berikan." sapa Emma pada semua orang.
Sesaat matanya menatap tepat kebarisan di depannya, Emma melihat pria yang dia kenali dengan samar-samar. Itu terlihat seperti, Tuan Muda Adam dari Keluarga Ghazzal.
Sebelum akhirnya acara penyambutan selesai, Emma pun segera pergi menuju ruangannya. Tidak ada satu anggota keluarganya yang mengikuti acara penyambutan Emma. Namun, dia tidak terlalu peduli. Hal itu bukanlah masalah besar bagi Emma. Sebaliknya, masalah besarnya kali ini adalah kemunculan Tuan Muda Ghazzal secara tiba-tiba.
Tanpa rasa malu, pria bertubuh tinggi dengan otot yang kekar memasuki ruangan sembari memasukan tangan ke saku celananya. Pemandangan menggelikan itu membuat Emma sedikit terhibur.
“Kamu nampak berbeda dari yang terakhir ku lihat, Nona Besar Emma!”
Emma menatap Adam dengan sinis. "Oh benarkah? Tapi kurasa, kamu tidak nampak berbeda sedikit pun Tuan Muda Adam! Masih tetap tidak menarik bagiku!"
”Kamu begitu angkuh, yang harus kamu ketahui tidak ada wanita di dunia ini yang tidak jatuh cinta padaku. Aku bahkan bisa memastikannya!” ucap Adam sembari mendekat ke arah Emma.
"Benarkah? Kurasa aku akan menjadi satu-satunya wanita yang tidak tertarik padamu Tuan!" Emma menyeringai dengan ejekannya.
Emma duduk di kursinya dan bersandar, dia menatap keluar dinding kaca ruangannya. Sedangkan Adam masih asyik menatap calon istrinya dengan semangat. Semakin Emma menunjukan ketidaktertarikannya, semakin dia ingin mendapatkan lebih dari wanita itu. Adam mendekat ke arah Meja Emma dengan seringai nakal. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan yang menumpu di meja. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan Emma.
“Kamu sudah makan? Bukankah kita seharusnya saling mengenal dulu sebelum lanjut ke jenjang pernikahan?”
Emma mendengus pelan. “Kenapa kamu menerima setuju? Aku hampir muntah karena tahu harus menikah demi mendapat warisan tidak seberapa ini, kuharap kamu sepadan dengan pertukaran besar ini Tuan.”
Adam tertawa keras memenuhi ruangan. "Kamu menarik. Baru kali ini aku melihat gadis desa yang begitu berani menghina ku dengan lantang. Sebenarnya, Ayahku memberi persyaratan yang sama seperti kakekmu! Semua ini tidak lebih hanya untuk harta, jadi kuharap kamu juga sepadan dengan pertukaran yang agak merugikan bagiku!”
Itu sebenarnya hanya kebohongan Adam saja, dia menerima tawaran itu karena begitu penasaran dan tertarik pada Emma setelah pemakaman Tuan Bambang dilakukan. Gadis yang tidak terpukau dengan ketampanannya itu membuat adrenalin di tubuhnya terbakar.
Emma tertawa kecil. “Karena ini hanya pernikahan bisnis, mari buat perjanjian sebelum menikah!”
“Perjanjian?” Adam mengerutkan alisnya.
Emma mengangguk. “Ya, saya punya syarat-syarat khusus untukmu!”
“Baiklah, kamu boleh mengatakannya sekarang! Tapi jika kamu memintaku untuk tidak menyentuhmu tentu saja aku tidak bisa berjanji.” Adam terkekeh.
Emma meraih pena dan kertas kosong, dia mulai menuliskan syarat-syarat yang dia inginkan.
“Tapi, ada satu hal yang belum bisa aku sampaikan sekarang sampai kita menikah nanti. Sebenarnya aku akan meminta bantuanmu dulu. Berjanjilah bahwa kamu akan membantuku?”
“Aku tidak melakukan pertukaran yang sia-sia, jika kamu bisa memenuhi fantasi ku aku akan memberikan segalanya bagimu!” Adam menaikan sudut alisnya. Hal itu membuat Emma membulatkan bola matanya tajam ke arah Adam.
“Kamu terdengar seperti psikopat!” seru Emma kemudian mendengus kasar. "Baiklah, kembali ke perjanjian.”
Adam tertawa kecil kemudian dia duduk dan mendekatkan diri pada Emma. “Kamu selalu membuatku terkejut, kamu penuh dengan kejutan Emma. Haruskah aku berjanji untuk hal sesepele ini?”
“Aku akan menulis beberapa syarat yang ku ingin kamu penuhi dan nanti kamu bisa menulis apa yang kamu inginkan dariku!”
"Kenapa aku harus menuruti perintah mu? Aku bukan pria yang suka diperintah atau ditindas. Aku biasa bermain dengan caraku sendiri!” gertak Adam dengan wajah serius sembari menyilangkan kaki.
“Kamu akan mendapat kekuasaan lebih setelah menikahi ku, bahkan reputasi keluargamu yang mengalami kebangkrutan itu bisa diperbaiki karena ku. Bukankah begitu, Tuan Adam?”
Adam tertawa kecil. “Kamu lebih cerdik dari dugaanku. Bahkan sampai ditahap mengorek rahasia perusahaan, bagaimana kamu bisa melakukannya, Nona?”
“Ya atau tidak?” tanya Emma memperjelas.
“Aku tidak punya pilihan lain ’kan?” Adam menyeringai tipis kagum akan kecerdasan Emma.
Setelah menulis beberapa hal yang Emma inginkan, Emma menyerahkan kertas itu pada Adam. Pria itu membacanya dengan teliti, kemudian mengerutkan dahi saat membaca poin pertama.
“Tidak ada praktek reproduksi? Kamu serius? Bagaimana bisa seorang suami tidak mendapatkan hal itu?” protes Adam saat baru membaca satu kalimat pertama.
“Tuan Adam, tenang saja. Aku akan membebaskanmu melakukan hal itu dengan siapapun. Bukankah sudah hal yang wajar jika seorang Tuan Muda sepertimu punya satu atau dua simpanan?” Emma bahkan tidak bergeming ketika mengatakan hal itu pada Adam, membuat harga diri Adam sedikit terinjak.
“Kamu menghinaku? Kamu pikir aku akan melakukan itu dengan sembarangan orang?” Adam terkekeh tak percaya.
Emma mengatupkan mulutnya, dia berpikir sejenak. “Yah, kelihatannya memang seperti itu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 19 Episodes
Comments