NovelToon NovelToon

Terjebak Perjodohan Dengan Sang Pewaris

Bab 1 - Wasiat

Rintik hujan membasahi permukaan tanah, semua orang turut meramaikan acara berkabung keluarga terhormat Hartono. Di sana, terlihat keluarga inti sedang menangisi kepergian mendiang Bambang Hartono. Sejujurnya, acara pemakaman ini juga menjadi ajang para keluarga konglomerat berkumpul. Semua orang menunjukan kehebatan diri mereka masing-masing, seolah ajang pertunjukan kekuasaan dan harta kekayaan.

Emma, seorang gadis buangan yang selalu dianggap pembawa sial masuk ke aula, dia menatap foto yang terpajang di tengah dengan rangkaian bunga di sekeliling foto. Gadis tadi memberikan penghormatan terakhirnya pada mendiang Bambang Hartono. Setelahnya dia mundur dan berdiri di pojok ruangan.

Melihat dirinya datang, keluarga inti Hartono benar-benar terkejut apalagi dengan tampilan asal seperti itu, mereka merasa malu pada tamu yang hadir di acara pemakaman Tuan Besar Keluarga Hartono. Putri kesayangan keluarga Hartono memrotes terhadap ibunya.

“Bu, apakah pantas dia datang dengan tampilan lusuh seperti itu? Apa yang akan orang lain katakan?” geram Anna yang melihat kakaknya berpenampilan seadanya.

“Ibu juga tidak mengerti, mengapa kakekmu harus bersusah payah mengundang dia kembali ke rumah. Tapi jangan khawatir, abaikan gadis pembawa sial itu!" seru Ambar.

“Bagaimana bisa aku abaikan? Lihat saja, dari wajahnya dia nampak tidak menunjukan rasa sedih sedikit pun! Terlebih dengan pakaiannya yang menggelikan. Ya Tuhan, dia sepertinya sengaja untuk terlihat kumuh agar orang lain mengira kalau Keluarga Hartono kita telah menyiksanya!” Anna menatap gadis itu dengan tajam. Dia mendengus kasar.

Wanita itu benar-benar merusak harinya, tidak lama Jack Hartono yang kini menggantikan posisi Tuan Besar Keluarga Hartono pun datang. Jack Hartono melangkah naik ke atas panggung untuk menyambut para tamu yang hadir. Ambar menyadari, bahwa yang dikatakan Anna putri bungsunya benar. Namun untuk saat ini itu tidak bisa menjadi masalah besar sebab mereka harus fokus pada pidato yang akan disampaikan oleh Jack.

"Anna sayang, alihkan saja dulu pandanganmu kepada hal yang lain! Ayah sudah datang dan dia akan segera memberi sambutan. Jadi, fokuskan ke hal itu dulu!" pinta Ambar dengan lembut.

Anna mengangguk pelan.

Emma berdiri di pojokan dengan raut wajah tidak tertarik, wanita itu tidak peduli walaupun dia sedang dijadikan bahan pembicaraan orang banyak dia tetap dingin dan acuh tak acuh.

"Siapa gadis menawan itu? "

"Dia putri pertama Keluarga Hartono, Tuan Bambang memanggilnya kembali sebelum meninggal." ucap salah seorang kolega keluarga Hartono.

"Pantas saja, jadi itu tujuannya. Rumornya akan ada pembacaan surat wasiat secara umum. Mungkin itu alasan gadis desa itu dipanggil kembali!" seru yang lain.

Jack mulai berpidato, diawali dengan sambutan untuk para tamu kemudian hal hebat yang dilakukan Tuan Bambang semasa hidupnya. Terakhir, mengungkapkan keinginannya bagi masa depan perusahaan Keluarga Hartono. Setelah pidatonya selesai, Jack bergantian dengan pengacara perusahaan yang bernama Tuan Bumi.

Pria itu naik ke panggung dengan membawa sebuah amplop cokelat tersegel.

"Saya rasa ini saatnya pembacaan surat wasiat," ujar salah seorang tamu.

Emma yang berdiri di pojokan masih terlihat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Dia mendengar segala hal yang dibicarakan orang-orang. Walau tetap diam, tapi telinganya sangat sensitif sehingga dia dapat mendengar semua ucapan semua orang dengan jelas.

"Terima kasih semua atas waktunya, saya adalah pengacara Tuan Bambang. Malam ini secara langsung akan mengumumkan surat wasiat yang telah ditinggalkan oleh mendiang." Pengacara Bumi kemudian membuka amplop cokelat yang dia bawa dengan perlahan.

Dia menghela napas panjang lalu membacakan isi suratnya dengan jelas dan lantang. "Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Bambang Hartono, dengan ini menyatakan bahwa seluruh harta kekayaan saya yang terdiri dari Perusahaan Hartono Corporation Group, uang sejumlah 1 milliar dollar di Bank Swiss, serta seluruh aset yang tercatat atas nama saya akan diserahkan pada ahli waris saya, cucu pertama saya, Emma Hartono."

Pernyataan itu membuat semua orang membelalak, seolah hal itu adalah hal yang mustahil di dengar. Terlebih bagi keluarga inti Hartono, bagai petir menyambar di siang hari mereka semua terkejut setengah mati.

Namun, kenyataannya memang seperti itu. Jack selaku putra langsung Tuan Bambang merasa keberatan dan mulai memrotes. Bagaimana mungkin ayahnya memberikan semua harta kekayaan itu pada Emma si anak buangan sekaligus pembawa sial?

Padahal awalnya dia sudah sangat percaya diri bahwa seluruh kekayaan itu akan jatuh padanya, memangnya akan jatuh ke tangan siapa lagi? Dia adalah anak satu-satunya. Bahkan dengan hanya melihat sekelebat dia sudah tahu kelak akan mewarisi harta keluarganya, tapi keadaan sekarang sungguh berbanding terbalik dengan yang dia inginkan.

"Interupsi! Bagaimana saya bisa yakin kalau surat wasiat itu asli? Seperti yang kita ketahui bahwa Emma telah diasingkan oleh mendiang ayah saya sendiri. Bukankah itu mustahil? Jika seluruh harta kekayaannya diberikan atas nama Emma?" Jack berdiri di tengah para tamu, dia menoleh ke arah pengacara Bumi sambil terkekeh.

Sedangkan Emma masih terdiam dan tidak peduli sama sekali. "Apa yang kamu inginkan Tuan Bambang?" gumam Emma pada dirinya sendiri.

Sedangkan, keluarga Hartono yang lain nampak ngeri, mereka merasa sakit hati karena semua harta jatuh ke tangan Emma. Dengan disaksikan semua orang, Jack meminta keaslian surat wasiat tersebut. Pengacara Bumi langsung memberikan sebuah video sebagai bukti yang ditinggalkan oleh Tuan Bambang.

Setelah melihat itu semua, tidak ada yang berani memrotes. Pengacara Bumi langsung memanggil Emma untuk mendekat kepadanya. Dengan berjalan malas Emma menghampiri pria itu. Kini, Emma menjadi pusat perhatian. Wajahnya masih terlihat acuh tak acuh, namun saat melewati keluarganya dia agak sedikit mendelik.

Dia berdiri di samping ibunya, Ambar dan juga kedua saudaranya Anna serta Ben. Emma menunggu pernyataan pengacara Bumi selanjutnya, wanita itu menghela napas panjang.

“Tidak mungkin!” gumam Anna yang kecewa atas wasiat Sang Kakek sembari menoleh ke arah Emma dengan kesal.

“Anna tenanglah! kita dengarkan dulu sisanya, setelah itu kita baru bisa bertindak!” kata ibunya menenangkan.

Pengacara Bumi turun dari panggung dan langsung menemui Keluarga Hartono disaksikan oleh semua orang yang ada di sana. "Nona Emma, jika tidak keberatan silahkan tanda tangan di sini!" pria itu memberikan pena yang dia bawa.

Emma melihat sebuah catatan khusus di bawah surat wasiat yang ditinggalkan Tuan Bambang. Dia pun menunjuk tepat pada bagian catatan itu. “Apa maksudnya?”

“Ini... Baiklah akan saya jelaskan. Tuan Bambang sudah berdiskusi dengan keluarga Ghazzal untuk menikahkan kedua ahli waris mereka.” jelas Pengacara Bumi.

Tuan Muda Ghazzal adalah salah satu dari tiga keluarga teratas di Ibukota yang paling kaya juga dihormati semua orang. Jika keduanya dinikahkan berarti kekuatan besar sedang menunggu di depan mata mereka. Emma pun terdengar mendengus pelan. "Saya tidak tertarik.”

Emma menaruh kembali pena yang dia pegang.

“Nona Emma, mohon dengarkan ini dulu sebelum mengambil keputusan!” Pengacara Bumi memberikan sebuah rekaman yang dibuat oleh Tuan Bambang.

Pengacara Bumi memberikan earphone nya kepada Emma. Sembari menghela napas kasar Emma meraih earphone itu dan memasangnya di telinga. Entah apa yang terdengar dari benda itu, namun Emma kini merubah keputusannya. Dia kemudian meraih pena Pengacara Bumi kembali dan menandatangani surat wasiat tersebut tanpa kata.

“Nona Emma, hari pernikahan kalian adalah hari di mana surat wasiat ini berlaku,” Lanjut Pengacara Bumi.

Emma menatap datar pengacara Bumi, kemudian dia dan pengacara perusahaan mereka melenggang pergi dari tempat itu. Sedangkan, dari keramaian Tuan Muda Ghazzal memerhatikan Emma dengan cekatan. Ia menyunggingkan senyuman tipis di wajahnya.

Keluarga Hartono yang lain nampak ingin protes, tapi apa yang dituliskan telah mutlak, bahwa siapapun yang keberatan dengan surat wasiat itu bisa keluar dan menghapus diri dari Keluarga Hartono. Artinya, mereka tidak dapat menikmati semua kekayaan keluarganya lagi.

Ben lah yang paling merasa terhina, karena dia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga. Dia merasa yang paling berhak mendapat warisan Keluarga Hartono. Tapi kenapa malah Emma yang mendapatkan seluruh warisan keluarga mereka?

Emma tetap tidak peduli pada mereka, tatapan Emma terkesan dingin dan datar, hanya sesekali wanita itu mendelik ke arah orang-orang keji yang membuangnya selama 20 tahun lamanya.

Setelah berada di ruang keluarga...

Ambar melangkah maju ke depan Emma sembari melingkarkan tangan di dada. "Lebih baik kamu menyerahkan semua harta itu pada ayahmu! Tanda tangani surat perjanjian baru kemudian segera seeahkan seluruh harta kekayaan keluarga ini! Kamu tahu dia lebih berhak daripada kamu!"

Emma tertunduk, kemudian ia tertawa kecil seraya mengejek. "Bagus!" katanya yang terdengar seperti bisikan.

Tapi satu kata itu mampu membuat semua orang membelalak. Mereka pun terlihat senang. “Kamu memang putriku yang baik, jadi cepatlah buat perjanjian baru dengan Pengacara Bumi agar seluruh harta Keluarga Hartono bisa dikelola oleh yang semestinya!”

Secara tiba-tiba Jack masuk ke ruang keluarga.  “Tidak bisa, jangan!”

Bab 2 - Perjanjian Pranikah

Semua orang nampak terkejut mendengar ucapan Jack, tak terkecuali Anna. “Ayah sudah gila? Kenapa tidak? Bukankah itu bagus? Emma bahkan sudah menyetujuinya! Lagipula, dia tidak akan sanggup mengelola harta kekayaan kita yang tak terhingga.”

Emma masih menunduk dan menahan gelak tawanya. Jack mendekat ke arah keluarganya dengan pelan tapi pasti.

“Tidak bisa! Karena di dalam surat wasiat itu tertulis, siapapun yang berani mengambil harta kekayaan kakek yang sudah dipegang Emma, maka seluruh harta kekayaannya akan disumbangkan! Kita tidak akan mendapatkan apapun jika kita merebutnya sekarang! Jadi, alangkah baiknya kita tetap mengikuti surat wasiat yang sudah kakek buat dan mau tidak mau kita harus menyambut Emma kembali ke rumah ini!"

Semua orang tidak percaya dengan perkataan Jack, mereka hilang akal dan tidak bisa berkomentar apapun. Mau tidak mau mereka harus menerimanya untuk saat ini? Konyol. Walau mereka terlihat enggan, tapi tidak ada pilihan lain daripada harta kekayaan mereka disumbangkan dan mereka tidak dapat satu perak pun.

Gadis itu hanya menatapnya datar dengan tawa ringan, Emma menyeringai sembari mendelik ke arah pria di hadapannya. "Bagus! Mulai sekarang, alangkah baiknya kalian tidak macam-macam. Sekarang seluruh harta kekayaan keluarga Hartono adalah milikku, jadi berhati-hatilah dalam bersikap!" Kecam Emma pada semua orang yang ada di sana kecuali pengacara Bumi.

“Apa kamu sudah tidak waras? Kamu pikir dengan mewarisi harta kekayaan kakek kamu akan naik derajat dari si pembawa sial menjadi gadis bermartabat? Mimpi saja!” jawab Anna dengan nada lebih melengking.

“Terserah kamu saja,” respon Emma terlihat santai namun intonasinya tetap tegas.

Setelahnya ia pun di antarkan ke ruangan di bawah tanah. Jack bilang itu adalah kamar sementara Emma. Emma pun duduk di ranjang yang keras dan menatap seluruh ruangan sembari menghela napas panjang. Di situasi mengerikan seperti ini ia masih sempat memikirkan dekorasi yang cocok untuk ruangannya yang baru.

Tidak lama setelahnya Anna dan ketiga pelayanan setianya yang bak anjing peliharaan membawakan setumpuk pakaian bekas miliknya. Adik Emma itu masuk ke dalam dengan tatapan jijik yang tidak terhindari.

“Saudariku tersayang, aku memiliki segudang pakaian bekas yang masih layak digunakan untuk gadis sepertimu.” Anna dengan tatapan sinis meminta salah seorang pelayan untuk melemparkan baju bekas ke lantai sembarangan.

"Baju-baju ini keluaran merk ternama di seluruh dunia dan sangat terbatas jumlahnya. Sudah tidak kupakai, jadi aku akan menyumbangkannya padamu! Setidaknya kamu tidak berpenampilan seperti pengemis lagi.”

Emma langsung menatap dirinya yang sedang memakai pakaian edisi terbatas yang hanya ada lima pasang di seluruh dunia. Bahkan itu di rancang oleh  perancang terkenal. Emma pun tidak mendapatkan barang itu dengan mudah.

Emma tertawa kecil. “Gadis kecil yang angkuh, aku tetaplah Putri Tertua Keluarga Hartono. Kuharap kamu bisa mengikuti les tata krama dengan benar! Jika tidak kamu mungkin akan menjadi perawan tua seumur hidupmu!”

“Cih, kamu begitu berbangga diri. Jangan kira, Tuan Adam akan menerima perjodohan gila ini. Dia tidak pantas mendapatkan seonggok sampah sepertimu, wasiat konyol kakek hanya membuat semua orang menderita.” Keluh Anna dengan mata yang berapi.

Emma tidak merespon, ia menggunakan tangannya memberi isyarat mengusir pada Anna dan anak buahnya dengan wajah dingin dan datar. Tidak lama setelahnya, ponsel Emma pun bergetar.

“Ada seseorang yang sedang menggali identitasmu, Apa harus aku hentikan?”

Pesan itu dikirim oleh Madi, anak berusia 18 tahun, seorang programmer ahli bahkan hacker dengan kemampuan lumayan.

“Biarkan mereka melakukan apapun!” balas Emma tanpa rasa gentar.

“Baik bos!” balas Madi.

Keesokan harinya, Emma diperlakukan lebih buruk oleh Ambar. Dia bahkan harus berdebat dengan keluarganya dulu sebelum pergi ke Hartono Corporation Group. Namun, dia tidak gentar dia bisa berkilah dan pergi dari sana dengan aman. Lagipula, apa yang harus Emma takutkan? Karena kini semua harta keluarga itu adalah miliknya.

"Namaku Emma Hartono, terimakasih atas sambutan kalian. Aku sangat senang bisa bergabung di perusahaan ini dan sangat bersyukur atas kesempatan besar yang telah mendiang Tuan Bambang berikan." sapa Emma pada semua orang.

Sesaat matanya menatap tepat kebarisan di depannya, Emma melihat pria yang dia kenali dengan samar-samar. Itu terlihat seperti, Tuan Muda Adam dari Keluarga Ghazzal.

Sebelum akhirnya acara penyambutan selesai, Emma pun segera pergi menuju ruangannya. Tidak ada satu anggota keluarganya yang mengikuti acara penyambutan Emma. Namun, dia tidak terlalu peduli. Hal itu bukanlah masalah besar bagi Emma. Sebaliknya, masalah besarnya kali ini adalah kemunculan Tuan Muda Ghazzal secara tiba-tiba.

Tanpa rasa malu, pria bertubuh tinggi dengan otot yang kekar memasuki ruangan sembari memasukan tangan ke saku celananya. Pemandangan menggelikan itu membuat Emma sedikit terhibur.

“Kamu nampak berbeda dari yang terakhir ku lihat, Nona Besar Emma!”

Emma menatap Adam dengan sinis. "Oh benarkah? Tapi kurasa, kamu tidak nampak berbeda sedikit pun Tuan Muda Adam! Masih tetap tidak menarik bagiku!"

”Kamu begitu angkuh, yang harus kamu ketahui tidak ada wanita di dunia ini yang tidak jatuh cinta padaku. Aku bahkan bisa memastikannya!” ucap Adam sembari mendekat ke arah Emma.

"Benarkah? Kurasa aku akan menjadi satu-satunya wanita yang tidak tertarik padamu Tuan!" Emma menyeringai dengan ejekannya.

Emma duduk di kursinya dan bersandar, dia menatap keluar dinding kaca ruangannya. Sedangkan Adam masih asyik menatap calon istrinya dengan semangat. Semakin Emma menunjukan ketidaktertarikannya, semakin dia ingin mendapatkan lebih dari wanita itu. Adam mendekat ke arah Meja Emma dengan seringai nakal. Dia menahan tubuhnya dengan kedua tangan yang menumpu di meja. Pria itu mencondongkan tubuhnya ke depan Emma.

“Kamu sudah makan? Bukankah kita seharusnya saling mengenal dulu sebelum lanjut ke jenjang pernikahan?”

Emma mendengus pelan. “Kenapa kamu menerima setuju? Aku hampir muntah karena tahu harus menikah demi mendapat warisan tidak seberapa ini, kuharap kamu sepadan dengan pertukaran besar ini Tuan.”

Adam tertawa keras memenuhi ruangan. "Kamu menarik. Baru kali ini aku melihat gadis desa yang begitu berani menghina ku dengan lantang. Sebenarnya, Ayahku memberi persyaratan yang sama seperti kakekmu! Semua ini tidak lebih hanya untuk harta, jadi kuharap kamu juga sepadan dengan pertukaran yang agak merugikan bagiku!”

Itu sebenarnya hanya kebohongan Adam saja, dia menerima tawaran itu karena begitu penasaran dan tertarik pada Emma setelah pemakaman Tuan Bambang dilakukan. Gadis yang tidak terpukau dengan ketampanannya itu membuat adrenalin di tubuhnya terbakar.

Emma tertawa kecil. “Karena ini hanya pernikahan bisnis, mari buat perjanjian sebelum menikah!”

“Perjanjian?” Adam mengerutkan alisnya.

Emma mengangguk. “Ya, saya punya syarat-syarat khusus untukmu!”

“Baiklah, kamu boleh mengatakannya sekarang! Tapi jika kamu memintaku untuk tidak menyentuhmu tentu saja aku tidak bisa berjanji.” Adam terkekeh.

Emma meraih pena dan kertas kosong, dia mulai menuliskan syarat-syarat yang dia inginkan.

“Tapi, ada satu hal yang belum bisa aku sampaikan sekarang sampai kita menikah nanti. Sebenarnya aku akan meminta bantuanmu dulu. Berjanjilah bahwa kamu akan membantuku?”

“Aku tidak melakukan pertukaran yang sia-sia, jika kamu bisa memenuhi fantasi ku aku akan memberikan segalanya bagimu!” Adam menaikan sudut alisnya. Hal itu membuat Emma membulatkan bola matanya tajam ke arah Adam.

“Kamu terdengar seperti psikopat!” seru Emma kemudian mendengus kasar. "Baiklah, kembali ke perjanjian.”

Adam tertawa kecil kemudian dia duduk dan mendekatkan diri pada Emma. “Kamu selalu membuatku terkejut, kamu penuh dengan kejutan Emma. Haruskah aku berjanji untuk hal sesepele ini?”

“Aku akan menulis beberapa syarat yang ku ingin kamu penuhi dan nanti kamu bisa menulis apa yang kamu inginkan dariku!”

"Kenapa aku harus menuruti perintah mu? Aku bukan pria yang suka diperintah atau ditindas. Aku biasa bermain dengan caraku sendiri!” gertak Adam dengan wajah serius sembari menyilangkan kaki.

“Kamu akan mendapat kekuasaan lebih setelah menikahi ku, bahkan reputasi keluargamu yang mengalami kebangkrutan itu bisa diperbaiki karena ku. Bukankah begitu, Tuan Adam?”

Adam tertawa kecil. “Kamu lebih cerdik dari dugaanku. Bahkan sampai ditahap mengorek rahasia perusahaan, bagaimana kamu bisa melakukannya, Nona?”

“Ya atau tidak?” tanya Emma memperjelas.

“Aku tidak punya pilihan lain ’kan?” Adam menyeringai tipis kagum akan kecerdasan Emma.

Setelah menulis beberapa hal yang Emma inginkan, Emma menyerahkan kertas itu pada Adam. Pria itu membacanya dengan teliti, kemudian mengerutkan dahi saat membaca poin pertama.

“Tidak ada praktek reproduksi? Kamu serius? Bagaimana bisa seorang suami tidak mendapatkan hal itu?” protes Adam saat baru membaca satu kalimat pertama.

“Tuan Adam, tenang saja. Aku akan membebaskanmu melakukan hal itu dengan siapapun. Bukankah sudah hal yang wajar jika seorang Tuan Muda sepertimu punya satu atau dua simpanan?” Emma bahkan tidak bergeming ketika mengatakan hal itu pada Adam, membuat harga diri Adam sedikit terinjak.

“Kamu menghinaku? Kamu pikir aku akan melakukan itu dengan sembarangan orang?” Adam terkekeh tak percaya.

Emma mengatupkan mulutnya, dia berpikir sejenak. “Yah, kelihatannya memang seperti itu.”

Bab 3 - Pernikahan dua keluarga terhormat

Kini Adam menatap Emma dengan datar dan dingin. “Hanya karena aku merespon mu bukan berarti kamu bisa macam-macam padaku dan menghinaku dengan kasar. Ingat? Di sini saya masih lebih dominan!” Adam mendekatkan diri, wajahnya hampir menyentuh wajah Emma, dia menunjukan sisi gelapnya pada Emma. Memperingati gadis itu agar tidak lagi melewati batasan.

Emma tersenyum tanpa gentar. “Aku orang yang bebas. Jadi setelah menikah, aku tidak akan banyak mengatur mu, Tuan Muda Ghazzal!”

“Jangan menyesalinya!” gertak Adam.

“Tuan Adam, aku tidak pernah menyesali apapun. Silahkan tandatangani atau aku akan membatalkan pernikahan kita. Saat aku membatalkannya, aku tidak akan kehilangan apapun, tapi kamu akan kehilangan sebagian kekuatan yang ku tawarkan sebelumnya.” gertak Emma lebih keras.

Adam mendengus pelan. “Baiklah. Aku akan menulis syarat untukmu di sampingnya.”

Adam kemudian menuliskan. “Aku berjanji tidak akan memaksa istriku melakukannya, kecuali saat aku mabuk.”

Mulut Emma terbuka sedikit, dia tidak menyangka pria yang ditakuti orang-orang mempunyai selera humor yang buruk. Dia benar-benar menuliskan hal itu. “Kedua...” Adam membacanya dengan lantang. “Bantu saya dalam melakukan apapun? Kenapa kamu memberi ku banyak syarat seperti ini?" protes Adam. “Aku bahkan belum memikirkan satu syarat apapun!” keluh Adam sembari mendelik kesal.

“Kalau begitu, tuliskan syarat mu!” pinta Emma.

“Baiklah, kamu tahu sebenarnya kamu tidak terlalu ku butuhkan Nona Emma. Tapi aku akan sangat senang jika kamu mau berpakaian seksi setiap hari di depan ku untuk menghiburku walau sedikit. Aku akan menuliskan itu sebagai syarat!” Kata Adam sembari tersenyum.

Emma membelalak saat Adam menuliskan. “Tidur memakai pakaian seksi setiap hari.”

"Kekanak-kanakan!” gumam Emma.

“Saat perjanjian ini kita setujui kamu tidak bisa menolak!” Adam menyeringai.

“Tidak masalah!” jawab Emma dengan santai.

“Satu lagi, Mencoba untuk tidak kaku satu sama lain.” Jelas Adam.

Emma mengerutkan alisnya, dia tidak mengerti maksud Adam. “Maksudku, kita harus lugas di depan kamera layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai.”

“Ck, kita bahkan belum sedekat itu!” gumam Emma.

Setelah perjanjian itu dibuat, senyum merekah terukir di wajah Emma. Sedangkan Adam hanya menatapnya datar, dia beberapa kali mendengus kesal. Dia merasa dipermainkan. “Bukankah kalian ada kunjungan ke kediamanku?”

“Ya, ayah memintaku menjemput mu di kantor dan pergi bersama kesana. Mereka sudah lebih dulu berangkat.” kata Adam.

“Untuk apa? Aku memiliki supir pribadi!”

“Ingatlah perjanjian kita! Sekalipun kamu tidak menyukaiku dan begitupun aku, kamu harus tetap bersikap manis dan menghormati ku layaknya seorang suami. Terlebih jika saat ada orang lain, termasuk kedua orang tuaku. Apa kamu mengerti?" Adam menyilangkan tangannya di dada kemudian bersandar di kursi samping Emma.

“Baik, jadi kamu memintaku bertingkah seolah kita pasangan harmonis yang saling jatuh cinta setengah mati. Seperti itu ’kan?”

Adam mengangguk. “Terserah kamu ingin menyebutnya apa, sekarang mari pulang bersama!”

Emma menghela napas sebelum akhirnya mengikuti Adam dari belakang. “Baiklah, Tuan Muda Ghazzal!”

“Panggil saja Adam, dan saya akan memanggilmu Em.” usul Adam.

“Em?” sahut Emma sembari menahan tawanya dan berjalan mendahului Adam.

Adam yang biasanya serius dan acuh tak acuh kini merasa menjadi orang yang berbeda di depan Emma. Mereka keluar ruangan bersama, semua orang yang berlalu lalang rupanya sedang membicarakan keduanya. Jack Hartono mengawasi mereka dari jauh, dia melepas kaca matanya sembari mendengus pelan. Untuk saat ini, belum ada yang bisa dia lakukan untuk mengambil alih harta ayahnya. Apalagi, Emma akan menikah dengan keluarga Ghazzal. Itu akan semakin sulit baginya.

“Media akan menyorot kita, jadi bersikaplah manis!” ucap Adam pada Emma.

“Persetan dengan mereka, itu tidak ada di perjanjian!” kata Emma sembari melenggang pergi mendahului Adam.

“Jelas Ada!” Kata Adam sembari membukakan pintu mobil untuk Emma.

Emma kembali ke rumah bersama Adam di sampingnya. Jika dilihat dari jarak dekat seperti ini, guratan halus wajah Adam terlihat sangat jelas. Namun, itu tidak melunturkan ketampanan wajahnya. Rasanya, beberapa menit sebelumnya dia merasa sangat ingin memukul kepala pria ini dengan buku tebalnya Stephen King. Tapi jika dipikir lagi, akan sangat tidak menguntungkan bagi Emma.

Dengan Adam di sampingnya, seratus persen dia yakin anggota keluarganya tidak akan berani menyentuhnya sedikitpun. Sebenarnya, dia juga tidak ingin berlindung di bawah ketiak Adam namun, untuk saat ini dia akan memainkan perannya. Selama Adam bisa digunakan, dia akan memanfaatkannya.

“Nona Em, jangan terlalu memperhatikanku seperti itu!” kata Adam sambil tertawa kecil.

“Dasar narsistik!” gumam Emma.

Emma mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Namun Adam masih terlihat ingin menggoda Emma. “Mungkin lain kali kita harus pergi makan malam, agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.”

“Aku tidak tahu, aku tidak terbiasa dengan kegiatan seperti itu.” jawab Emma dengan datar.

“Maka dari itu, kamu harus mencobanya! Bersamaku, aku akan mengajarimu hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya!” Adam terkesan bersemangat beda dengan Emma yang hanya tersenyum tipis.

Emma tidak menjawab apapun lagi, dia hanya melihat pemandangan luar di sampingnya. Beberapa kali dia menghela napas pelan. Setelah dirinya ditelantarkan, bahkan dia sekarang masih harus menyelidiki kasus itu? Emma merasa di manfaatkan oleh kakeknya. Sesampainya di rumah Keluarga Hartono, mereka di sambut hangat oleh dua keluarga itu.

Kecuali, Jack. Dia masih ada di kantor.  Adam menyapa keluarganya dan juga keluarga calon istrinya. Anna menatap Adam dengan penuh kegirangan, dia bahkan menjabat tangan pria itu agak lama.

“Hai, Nona Anna. Senang bertemu denganmu.” sapa Adam.

“Hai, aku juga. Sangat senang bertemu denganmu Tuan Adam.” Anna tersenyum cerah bagai matahari musim panas yang menghangatkan.

Emma mendelik ke arah adiknya, seraya menahan kegelian atas sikap gatal yang dimiliki oleh gadis itu. Kemudian Emma beralih tersenyum ke arah keluarga Ghazzal. Emma menjabat tangan mereka satu persatu. Ada Jacob ayah Adam, Bella Ibunya Adam, dan satu adik perempuan Adam, Jennie. “Senang bertemu kalian.”

“Wah, Emma sangat cantik. Nyona Ambar, Dia yang paling cantik. Luar biasa, aku akan punya menantu bagai seorang dewi seperti ini.” ujar Jacob Al Ghazzal.

Adam melirik Emma, namun wanita itu hanya tersenyum tipis pada kalimat berlebihan yang di lontarkan Tuan Jacob. “Jangan berlebihan Tuan Jacob, Ayah anak-anak sebentar lagi akan datang. Mari dinikmati dulu teh nya!” seru Ambar yang merasa terhina.

“Tentu, terimakasih!” jawab Bella.

Adam dan Emma kini saling bertukar tatap, Emma terlihat mendengus pelan kemudian duduk dan bergabung dengan yang lainnya. Sedangkan Anna masih sempat mencuri pandang ke arah Adam. Adam sendiri sedari tadi hanya terfokus pada Emma atau keluarganya. Tidak lama, Jack Hartono datang dan bergabung. Obrolan mereka mengarah ke persiapan pernikahan. Mengenai tanggalnya, tempat dan lain-lain. Setelah semuanya sepakat, pernikahan itu akan dilangsungkan secepat mungkin.

Singkatnya, satu minggu kemudian acara pernikahan dilaksanakan. Emma berjalan di Altar di antarkan oleh Jack, sang ayah. Di depan sana Adam sedang menyeringai bangga menatap calon istrinya, untuk yang pertama kalinya dia merasa emosional, selain marah dan bertindak kejam.

Emma sudah diantarkan pada Adam. “Tersenyumlah! Ingat perjanjian kita!” bisik Adam di telinga Emma.

“Bagaimana saya bisa tersenyum? Menikahi pria sepertimu adalah bencana.” gumam Emma dalam canda.

“Kita rekan bisnis, anggap saja begitu. Tapi aku tidak bisa menyangkal lebih lama lagi. Kamu begitu cantik dan seksi hari ini, aku tidak sabar untuk... ” ucapan Adam terhenti, ia memutuskan untuk berhenti menggoda Emma selagi acara berlangsung.

Emma mendelik ke arah Adam dan pria itu hanya bisa tertawa kecil. Mereka kemudian mengikat hubungan bisnis itu dengan ucapan janji suci di depan semua orang. Momen yang paling Adam nantikan adalah mencium bibir tebal nan mungil gadis di hadapannya.

“Adam, jangan coba-coba!” peringatan Emma tentu saja diabaikan.

“Jika kamu mau aku membantumu, kamu harus membayarnya!” Adam menarik pinggang Emma kemudian mengecup bibirnya pada gadis itu. Itu lebih seperti sergapan predator ketimbang ciuman lembut pasangan suami istri.

Membuat perjanjian dengan Adam adalah hal bodoh, tapi tanpa itu Emma akan kesulitan melawan keluarganya dan juga musuh-musuh kakeknya. Setidaknya, pria di hadapannya punya kekuatan besar untuk melindunginya nanti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!