Bab 3 - Pernikahan dua keluarga terhormat

Kini Adam menatap Emma dengan datar dan dingin. “Hanya karena aku merespon mu bukan berarti kamu bisa macam-macam padaku dan menghinaku dengan kasar. Ingat? Di sini saya masih lebih dominan!” Adam mendekatkan diri, wajahnya hampir menyentuh wajah Emma, dia menunjukan sisi gelapnya pada Emma. Memperingati gadis itu agar tidak lagi melewati batasan.

Emma tersenyum tanpa gentar. “Aku orang yang bebas. Jadi setelah menikah, aku tidak akan banyak mengatur mu, Tuan Muda Ghazzal!”

“Jangan menyesalinya!” gertak Adam.

“Tuan Adam, aku tidak pernah menyesali apapun. Silahkan tandatangani atau aku akan membatalkan pernikahan kita. Saat aku membatalkannya, aku tidak akan kehilangan apapun, tapi kamu akan kehilangan sebagian kekuatan yang ku tawarkan sebelumnya.” gertak Emma lebih keras.

Adam mendengus pelan. “Baiklah. Aku akan menulis syarat untukmu di sampingnya.”

Adam kemudian menuliskan. “Aku berjanji tidak akan memaksa istriku melakukannya, kecuali saat aku mabuk.”

Mulut Emma terbuka sedikit, dia tidak menyangka pria yang ditakuti orang-orang mempunyai selera humor yang buruk. Dia benar-benar menuliskan hal itu. “Kedua...” Adam membacanya dengan lantang. “Bantu saya dalam melakukan apapun? Kenapa kamu memberi ku banyak syarat seperti ini?" protes Adam. “Aku bahkan belum memikirkan satu syarat apapun!” keluh Adam sembari mendelik kesal.

“Kalau begitu, tuliskan syarat mu!” pinta Emma.

“Baiklah, kamu tahu sebenarnya kamu tidak terlalu ku butuhkan Nona Emma. Tapi aku akan sangat senang jika kamu mau berpakaian seksi setiap hari di depan ku untuk menghiburku walau sedikit. Aku akan menuliskan itu sebagai syarat!” Kata Adam sembari tersenyum.

Emma membelalak saat Adam menuliskan. “Tidur memakai pakaian seksi setiap hari.”

"Kekanak-kanakan!” gumam Emma.

“Saat perjanjian ini kita setujui kamu tidak bisa menolak!” Adam menyeringai.

“Tidak masalah!” jawab Emma dengan santai.

“Satu lagi, Mencoba untuk tidak kaku satu sama lain.” Jelas Adam.

Emma mengerutkan alisnya, dia tidak mengerti maksud Adam. “Maksudku, kita harus lugas di depan kamera layaknya sepasang suami istri yang saling mencintai.”

“Ck, kita bahkan belum sedekat itu!” gumam Emma.

Setelah perjanjian itu dibuat, senyum merekah terukir di wajah Emma. Sedangkan Adam hanya menatapnya datar, dia beberapa kali mendengus kesal. Dia merasa dipermainkan. “Bukankah kalian ada kunjungan ke kediamanku?”

“Ya, ayah memintaku menjemput mu di kantor dan pergi bersama kesana. Mereka sudah lebih dulu berangkat.” kata Adam.

“Untuk apa? Aku memiliki supir pribadi!”

“Ingatlah perjanjian kita! Sekalipun kamu tidak menyukaiku dan begitupun aku, kamu harus tetap bersikap manis dan menghormati ku layaknya seorang suami. Terlebih jika saat ada orang lain, termasuk kedua orang tuaku. Apa kamu mengerti?" Adam menyilangkan tangannya di dada kemudian bersandar di kursi samping Emma.

“Baik, jadi kamu memintaku bertingkah seolah kita pasangan harmonis yang saling jatuh cinta setengah mati. Seperti itu ’kan?”

Adam mengangguk. “Terserah kamu ingin menyebutnya apa, sekarang mari pulang bersama!”

Emma menghela napas sebelum akhirnya mengikuti Adam dari belakang. “Baiklah, Tuan Muda Ghazzal!”

“Panggil saja Adam, dan saya akan memanggilmu Em.” usul Adam.

“Em?” sahut Emma sembari menahan tawanya dan berjalan mendahului Adam.

Adam yang biasanya serius dan acuh tak acuh kini merasa menjadi orang yang berbeda di depan Emma. Mereka keluar ruangan bersama, semua orang yang berlalu lalang rupanya sedang membicarakan keduanya. Jack Hartono mengawasi mereka dari jauh, dia melepas kaca matanya sembari mendengus pelan. Untuk saat ini, belum ada yang bisa dia lakukan untuk mengambil alih harta ayahnya. Apalagi, Emma akan menikah dengan keluarga Ghazzal. Itu akan semakin sulit baginya.

“Media akan menyorot kita, jadi bersikaplah manis!” ucap Adam pada Emma.

“Persetan dengan mereka, itu tidak ada di perjanjian!” kata Emma sembari melenggang pergi mendahului Adam.

“Jelas Ada!” Kata Adam sembari membukakan pintu mobil untuk Emma.

Emma kembali ke rumah bersama Adam di sampingnya. Jika dilihat dari jarak dekat seperti ini, guratan halus wajah Adam terlihat sangat jelas. Namun, itu tidak melunturkan ketampanan wajahnya. Rasanya, beberapa menit sebelumnya dia merasa sangat ingin memukul kepala pria ini dengan buku tebalnya Stephen King. Tapi jika dipikir lagi, akan sangat tidak menguntungkan bagi Emma.

Dengan Adam di sampingnya, seratus persen dia yakin anggota keluarganya tidak akan berani menyentuhnya sedikitpun. Sebenarnya, dia juga tidak ingin berlindung di bawah ketiak Adam namun, untuk saat ini dia akan memainkan perannya. Selama Adam bisa digunakan, dia akan memanfaatkannya.

“Nona Em, jangan terlalu memperhatikanku seperti itu!” kata Adam sambil tertawa kecil.

“Dasar narsistik!” gumam Emma.

Emma mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Namun Adam masih terlihat ingin menggoda Emma. “Mungkin lain kali kita harus pergi makan malam, agar kita bisa saling mengenal satu sama lain.”

“Aku tidak tahu, aku tidak terbiasa dengan kegiatan seperti itu.” jawab Emma dengan datar.

“Maka dari itu, kamu harus mencobanya! Bersamaku, aku akan mengajarimu hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya!” Adam terkesan bersemangat beda dengan Emma yang hanya tersenyum tipis.

Emma tidak menjawab apapun lagi, dia hanya melihat pemandangan luar di sampingnya. Beberapa kali dia menghela napas pelan. Setelah dirinya ditelantarkan, bahkan dia sekarang masih harus menyelidiki kasus itu? Emma merasa di manfaatkan oleh kakeknya. Sesampainya di rumah Keluarga Hartono, mereka di sambut hangat oleh dua keluarga itu.

Kecuali, Jack. Dia masih ada di kantor.  Adam menyapa keluarganya dan juga keluarga calon istrinya. Anna menatap Adam dengan penuh kegirangan, dia bahkan menjabat tangan pria itu agak lama.

“Hai, Nona Anna. Senang bertemu denganmu.” sapa Adam.

“Hai, aku juga. Sangat senang bertemu denganmu Tuan Adam.” Anna tersenyum cerah bagai matahari musim panas yang menghangatkan.

Emma mendelik ke arah adiknya, seraya menahan kegelian atas sikap gatal yang dimiliki oleh gadis itu. Kemudian Emma beralih tersenyum ke arah keluarga Ghazzal. Emma menjabat tangan mereka satu persatu. Ada Jacob ayah Adam, Bella Ibunya Adam, dan satu adik perempuan Adam, Jennie. “Senang bertemu kalian.”

“Wah, Emma sangat cantik. Nyona Ambar, Dia yang paling cantik. Luar biasa, aku akan punya menantu bagai seorang dewi seperti ini.” ujar Jacob Al Ghazzal.

Adam melirik Emma, namun wanita itu hanya tersenyum tipis pada kalimat berlebihan yang di lontarkan Tuan Jacob. “Jangan berlebihan Tuan Jacob, Ayah anak-anak sebentar lagi akan datang. Mari dinikmati dulu teh nya!” seru Ambar yang merasa terhina.

“Tentu, terimakasih!” jawab Bella.

Adam dan Emma kini saling bertukar tatap, Emma terlihat mendengus pelan kemudian duduk dan bergabung dengan yang lainnya. Sedangkan Anna masih sempat mencuri pandang ke arah Adam. Adam sendiri sedari tadi hanya terfokus pada Emma atau keluarganya. Tidak lama, Jack Hartono datang dan bergabung. Obrolan mereka mengarah ke persiapan pernikahan. Mengenai tanggalnya, tempat dan lain-lain. Setelah semuanya sepakat, pernikahan itu akan dilangsungkan secepat mungkin.

Singkatnya, satu minggu kemudian acara pernikahan dilaksanakan. Emma berjalan di Altar di antarkan oleh Jack, sang ayah. Di depan sana Adam sedang menyeringai bangga menatap calon istrinya, untuk yang pertama kalinya dia merasa emosional, selain marah dan bertindak kejam.

Emma sudah diantarkan pada Adam. “Tersenyumlah! Ingat perjanjian kita!” bisik Adam di telinga Emma.

“Bagaimana saya bisa tersenyum? Menikahi pria sepertimu adalah bencana.” gumam Emma dalam canda.

“Kita rekan bisnis, anggap saja begitu. Tapi aku tidak bisa menyangkal lebih lama lagi. Kamu begitu cantik dan seksi hari ini, aku tidak sabar untuk... ” ucapan Adam terhenti, ia memutuskan untuk berhenti menggoda Emma selagi acara berlangsung.

Emma mendelik ke arah Adam dan pria itu hanya bisa tertawa kecil. Mereka kemudian mengikat hubungan bisnis itu dengan ucapan janji suci di depan semua orang. Momen yang paling Adam nantikan adalah mencium bibir tebal nan mungil gadis di hadapannya.

“Adam, jangan coba-coba!” peringatan Emma tentu saja diabaikan.

“Jika kamu mau aku membantumu, kamu harus membayarnya!” Adam menarik pinggang Emma kemudian mengecup bibirnya pada gadis itu. Itu lebih seperti sergapan predator ketimbang ciuman lembut pasangan suami istri.

Membuat perjanjian dengan Adam adalah hal bodoh, tapi tanpa itu Emma akan kesulitan melawan keluarganya dan juga musuh-musuh kakeknya. Setidaknya, pria di hadapannya punya kekuatan besar untuk melindunginya nanti.

Terpopuler

Comments

Mimpi Senja

Mimpi Senja

Semangat kak, salam dari karyaku juga💕

2023-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!