31536000 Detik Mengejar Cintamu
... "Cinta itu seperti bunga yang bisa mekar saat tersiram air hujan, namun cinta juga bisa layu jika cinta itu dilandasi oleh suatu penghianatan."...
Seorang gadis cantik berambut panjang yang tergerai indah tengah menuliskan sesuatu di atas kertas putih. Di setiap goresan tinta pena yang ia gunakan seperti sebuah tarian yang berirama, bibir mungilnya tersungging dan menghasilkan senyuman yang merekah penuh kebahagiaan. Saat aktivitasnya terjeda, satu tangannya menopang dagu sementara tangan yang lainnya memainkan pena dengan mengetuk-ngetuknya di daun meja disertai dengan sepasang mata yang menatap kearah jendela kaca yang terdapat rinai hujan yang baru saja turun membasahi bumi.
Sekali lagi ia tersenyum, matanya berkilat senang setiap kali bayang-bayang terindahnya muncul bagaikan cuplikan film romantis yang sedang diputar di dalam kepalanya.
Gadis itu bernama Melody Anastasya, sore tadi ia baru saja ditembak oleh seorang pria yang sangat mahir bermain basket. Pria itu bernama Eric, dia adalah salah satu tetangga yang sangat baik hati dan juga tampan dan sekaligus pria idaman Melody. Semenjak ia dan keluarganya pertama kali pindah ke Perumahan Ubud Indah ini sejak enam bulan yang lalu, keluarga Eric lah orang pertama menyambut baik kehadirannya sebagai tetangga baru di lingkungan perumahan itu.
Kedekatan Eric dan Melody semakin terjalin baik dengan diawali momen ketika Melody diam-diam menonton Eric yang sedang bermain basket di halaman rumahnya, kemahiran Eric dalam memainkan bola basket membuat Melody kagum, postur tubuhnya yang tinggi tegap, berwajah tampan, hidung bangir dan senyuman yang begitu memikat, sudah dapat ditebak bahwa Eric pasti adalah seorang idola kaum hawa.
Saat itu, Melody mengintip Eric di sela-sela tumbuhan hias sampai akhirnya persembunyiannya diketahui oleh Eric karena tanpa sengaja bola basket miliknya menimpuk kepala Melody dengan keras.
"Aw!" Melody meringis kesakitan sambil mengusap-ngusap kepalanya yang tertimpa bola orange itu.
"Siapa di sana?" Eric berteriak penasaran setelah mendengar suara dibalik tumbuhan hias, sementara Melody pun langsung membungkam mulutnya agar ia tak mengeluarkan suara.
Tanpa sadar setelah Melody menundukan kepalanya sambil berjongkok untuk bersembunyi, terlihatlah sepasang sepatu sport muncul di depan mataya, sepasang mata Melody membulat kaget dan pandangannya langsung bergerak naik diikuti kepalanya yang terangkat. Sosok pria tampan itu menatap Melody dengan kening alis yang menyatu di tengah saat pandangan mereka bertemu.
"Hai," sapanya seraya tersenyum heran karena keberadaan Melody yang bersembunyi di balik tumbuhan hias miliknya.
Melody terlihat gugup saat itu juga, jantungnya terasa berhenti berdetak karena ketampanan Eric yang benar-benar membuatnya terpukau. Tenggorokan Melody tercekat seakan ia akan mengucapkan sesuatu namun urung dan ia memilih untuk senyuman kikuk, jujur ia bingung harus mengatakan apa. Jika ia berterus terang pasti sangat begitu memalukan dan akhirnya Melody pun memutuskan untuk bangkit dari posisinya sambil bergerak salah tingkah dengan memelintir jari-jemarinya seraya menggigit bibir bawahnya gugup.
"Oh, hai. Eric." Melody mengeluarkan suaranya dengan canggung, sambil menahan degup di dadanya yang berpacu dengan begitu dahsyat.
"Kamu sedang apa berada di belakang tumbuhan hias milikku? Kamu sedang mengintip seseorang?" tanya Eric beralasan seraya mengulum senyum. Ia berupaya untuk tidak menertawakan tingkah Melody yang terlihat begitu sangat menggemaskan menurutnya.
"Ah, A-aku ... umm … Aku hanya sedang mencari angin segar, hari ini aku merasa suntuk dan akhirnya aku memutuskan untuk jalan-jalan keluar." cengir Melody gugup ketika ia mencoba berbohong.
"Ah, benarkah?" Eric bertanya ragu dengan kedua matanya yang menyipit curiga menatap Melody.
"Iya, tentu saja," Melody mengangguk seraya tersenyum kikuk.
"Lalu bagaimana kepalamu, tidak apa-apa 'kan?" tanya Eric sedikit khawatir.
Melody langsung terkejut mendengar pertanyaan Eric hingga membuatnya semakin bertambah kikuk dalam menjawab.
"Haha ... memangnya kenapa kepalaku, Eric? Kepalaku baik-baik saja," kilah Melody langsung, dengan bernada santai sambil tertawa tak jelas.
"Tadi aku tidak sengaja melempar bola kearah tumbuhan hias ini dan aku mendengar ada seseorang yang meringis lalu aku melihatmu di sini. Sepertinya bolaku mengenai kepalamu," ujar Eric yang membuat Melody langsung menelan ludahnya perlahan.
"Haha, bola? Bola yang mana, ya?" lagi-lagi Melody berkilah sambil tertawa, sementara Eric semakin tak kuasa menahan tawa sampai akhirnya tawanya pun langsung pecah seketika.
"Itu bolanya." tunjuk Eric dengan dagunya yang mengarah pada bola basket yang tergeletak di belakang Melody. Seketika saja pipi Melody langsung memanas hingga menjalar dan terasa seperti membakar wajahnya.
"Ah, hehe." akhirnya hanya cengiran malu yang meluncur dari bibir Melody saat ini, karena dengan mudahnya Eric berhasil membongkar kebohongannya.
Eric menatap Melody seraya geleng-geleng kepala disela tawanya yang tersisa, sementara Melody hanya bisa menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal itu.
"Main basket bareng, yuk?" ajaknya yang membuat Melody terperangah kecil.
"Ah, aku sama sekali tidak bisa bermain basket. Jadi lebih baik aku menonton saja," tolak Melody lembut.
"Jangan katakan tidak bisa sebelum mencoba. Nanti aku bantu kamu, kamu tenang saja." setelah berucap demikian seketika saja Eric pun langsung menarik pergelangan tangan Melody setelah ia mengambil bola basket itu yang semula tergeletak di belakang Melody.
"Eh," kejut Melody seraya berusaha mengimbangi langkah Eric yang terus menarik tangannya.
Setelah sampai di lapangan halaman rumah Eric, tiba-tiba saja ia pun langsung melemparkan bola basket itu pada Melody dan dengan sigap Melody pun langsung menangkapnya.
"Eh,"
"One on One," tantang Eric dengan alis terangkat seraya tersenyum miring dengan mata berkilat jahil.
"Serius aku sama sekali tidak bisa bermain basket." geleng Melody ragu dengan tantangan yang diberikan Eric padanya.
"Tidak masalah, ini bukan pertandingan resmi. Anggap saja aku sedang membantumu untuk belajar bermain basket denganku. Daripada sembunyi-sembunyi di tumbuhan hias, lebih baik kamu praktek langsung denganku," ujar Eric seraya mengembangkan senyuman yang membuat ketampanannya semakin bertambah berkali-kali lipat.
Melody tampak berpikir sejenak seraya memandangi bola basket di tangannya, hingga detik berikutnya senyumannya pun langsung terkembang lebar.
"Oke." sahut Melody akhirnya.
Eric mengedikkan dagu ke arah bola yang berada di dalam genggaman Melody sebagai tanda kode agar Melody segera memulai permainan.
Dengan gesit Melody pun mencoba mendribble bola basket menuju ring, sementara Eric membiarkannya begitu saja hingga pada akhirnya Melody pun langsung melakukan shooting, sesaat bola itu melayang Eric terlihat meloncat pelan hingga tanpa bersusah payah bola itu pun kini beralih berada tepat di genggaman tangannya.
Melody menghela nafas panjang melihatnya, sementara Eric tidak langsung men-shooting bola itu, akan tetapi ia malah memainkan bola itu hingga berputar di atas jari telunjuknya dengan penuh percaya diri, satu alisnya terangkat menantang yang disertai senyuman miring tersungging. Sungguh Melody langsung dibuat terpaku saat ia melihat sosok Eric yang begitu cool-nya memainkan bola basket itu.
Tangan Eric memberikan kode agar Melody mendekat ke arahnya, maka dengan semangat Melody pun berinisiatif ingin merebut bola itu dari tangan Eric.
Melody mendekat dengan berlari kecil dan Eric pun langsung melakukan shoot dengan cepat, maka dengan sempurnanya bola itu pun langsung masuk ke dalam ring dengan begitu mulus. Sementata Melody hanya bisa melongo dan Eric malah tertawa dengan matanya yang ikut menyipit sekan matanya pun seperti sedang ikut tertawa, sementara tangannya menyugar rambut yang terdapat peluh hingga membuat pesonanya semakin memancar dengan sedemikian kerennya.
Melody tersenyum kagum lalu ia pun memberikan sebuah apresiasi dengan bertepuk tangan seraya bersorak heboh dan memuji Eric.
Prok … Prok … Prok
"Horeee .. Kamu keren!" seru Melody dengan binar mata berkilat kagum saat ia menatap Eric.
"Tadi hanya contoh, sekarang aku akan mengajarimu." kata Eric, lalu ia pun membawa bola basket yang menggelinding itu, kemudian berjalan ke arah Melody dan ia pun langsung berdiri tepat di belakang tubuh Melody.
Melody menelan ludah pelan ketika ia merasakan tangan Eric melingkar dari belakang seraya menyerahkan bola basket itu untuk digenggam olehnya. Dari jarak sedekat ini, Melody bisa merasakan deru nafas Eric yang menyentuh hangat ke telinganya hingga menimbulkan sensasi aneh yang menjalar keseluruh tubuhnya. Namun Melody mencoba untuk fokus agar ia tak terpengaruh dengan situasi yang membuatnya canggung setengah mati dan ia pun mencoba untuk tetap tenang.
"Aku akan mengajarimu untuk melakukan teknik shooting. Pertama, memfokuskan pandangan mata ke target ring basket, usahakan badan dalam keadaan rileks, lalu rentangkan kaki, punggung, dan bahu. Lakukan tembakan dengan melontarkan tangan ke atas, lalu melenturkan jari-jari ke depan," bisik Eric memberi arahan.
Alih-alih fokus, Melody malah tak bisa berpikir sekarang karena posisi Eric yang sungguh sangat begitu mempengaruhinya.
"A-aku tidak bisa." Melody menggigit bibir bawahnya ragu.
"Kamu belum mencobanya, sekarang cobalah." kata Eric mencoba meyakinkan keraguan Melody saat ini.
Melody mengangguk kecil dan mencoba memantapkan diri untuk melakukan apa yang diperintahkan Eric, dan ia pun mencoba untuk merileks-kan badan sesuai arahan. Hingga akhirnya Melody pun melakukan free throw, sampai akhirnya bola itu pun dengan mulusnya masuk kedalam ring dengan sempurna. Refleks Melody pun langsung bersorak heboh dan loncat-loncat karena terlalu senang, lalu ia pun langsung berhambur memeluk Eric dengan penuh rasa bangga.
"Aku bisa! Yeye ... yee … horeee ..." jerit Melody dengan girang yang posisinya masih memeluk Eric.
"Selamat, ya." puji Eric yang membuat Melody langsung tersadar dari apa yang ia lakukan pada Eric, dan dengan cepat ia pun langsung melepaskan pelukan itu seraya tersenyum malu ke arah Eric.
"Maaf," cicit Melody menatap Eric dengan binar mata malu setengah mati.
"It's okay, tidak masalah." Eric mengedikan bahu singkat seraya tersenyum lebar, sementara debaran jantung Melody malah semakin menggila hanya karena melihat reaksi Eric yang membuatnya malah semakin meleleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Setya Seftii
aku hadir teh 😁
2023-02-23
0
ZaeV92
semagat Kakak
2023-02-23
0