..."Cinta itu seperti kamu, sama-sama sulit di tebak."...
Seminggu kemudian …
Penampilannya kini sudah terlihat rapi setelah Melody melihat dirinya di depan cermin besar di depannya dan kini ia pun sudah tampak jauh lebih fresh daripada hari-hari yang lalu, dan setelah itu pun ia memutuskan untuk keluar dari kamar. Dan setelah ia membuka pintu kamarnya, sepasang matanya seketika saja langsung bertemu dengan sepasang mata seseorang yang terlihat sangat begitu kelam yang saat ini tengah berdiri tepat di depannya.
Sosok pria itu mengenakan jas hitam dan celana kain yang berwarna senada, dengan rambut klimis serta gayanya yang necis ala eksekutif muda. Sepasang mata Melody mengerjap dan mendadak ia merasa sangat begitu canggung saat berhadapan dengannya, lalu ia pun menelan salivanya perlahan.
Dia adalah Aldi–calon suami dari Adelia sekaligus mantan calon kakak ipar yang sebentar lagi akan menjadi suami Melody, terdengar sangat rumit tapi itulah kenyataannya.
"Apa kamu sibuk?" suara beratnya terdengar untuk pertama kali.
"A-aku, um ... tidak, maksudku aku tidak sibuk," jawab Melody gelagapan.
"Saya ingin bicara denganmu," ucapnya dingin.
Kening alis Melody seketika mengernyit setelah mendengarnya. "Bicara apa?"
"Ikut saja," pintanya yang pergi terlebih dahulu, sementara Melody memutuskan untuk mengekorinya.
Sebenarnya Melody tidak terlalu akrab dengan calon kakak iparnya itu--ralat calon suaminya itu. Mungkin itu semua karena selisih umur Melody yang cukup jauh dengan Aldi, Aldi seumuran dengan kakaknya Adelia. Waktu mereka pacaran saat kuliah, Melody masih SMP. Dan setelah mereka lulus kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan tetap dan mereka memutuskan untuk menjalin hubungan ke jenjang serius pada tahun ini, Melody baru sudah lulus SMA.
Dan semasa SMA, Melody juga sedikit acuh pada Aldi karena Aldi yang cenderung memiliki sifat introvert dan tidak seperti mantan-mantan kakaknya yang kebanyakan memiliki sifat extrovert, hingga ia jauh lebih dekat dengan mantan kakaknya yang dulu dibandingkan dengan sosok Aldi.
Setelah mereka berdua sampai di luar, Aldi duduk dengan tenang di salah satu kursi tepatnya di area taman tepat di belakang rumah Melody. Bahkan Melody pun tidak tahu apa yang akan Aldi katakan padanya. Mengingat ia tidak terlalu akrab dengannya dan semuanya terlihat tampak begitu canggung, bahkan setelah Aldi usai meminang kakaknya, Melody dan Aldi bagaikan kerabat jauh yang hanya bicara seperlunya—seperti saat ini.
Melody hanya bisa berdiri tepat di hadapan Aldi yang sedang duduk. Melody berdehem lalu memulai untuk bertanya. "Ehm … Ada apa, Mas?"
"Duduk, Melody." pinta Aldi seraya mengedikkan dagu ke arah kursi single tepat di sampingnya yang hanya terhalang oleh meja bundar di tengah, sehingga jarak mereka berdua tidak terlalu dekat.
"Jadi bagaimana, Mas?" tanya Melody yang tak ingin basa-basi dan rasanya ia ingin segera mengakhiri pembicaraan ini.
Sungguh Melody benar-benar sangat begitu canggung karena mereka hanya duduk berdua dan ini adalah kali pertama mereka berbincang empat mata seperti saat ini, dan Melody yakin bahwa Aldi pasti ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting.
"Memangnya kamu setuju?" Aldi bertanya seraya melirik ke arah Melody untuk sepersekian detik, lalu ia pun kembali melempar pandangan ke depan.
Dahi Melody mengernyit, ia tidak bodoh dan ia tahu apa maksud dari ucapan Aldi barusan.
"A-aku."
"Saya tahu kamu keberatan," sambungnya cepat.
Melody mengangguk pelan. "Memang,"
"Berarti kita memiliki jawaban yang sama." ucapnya dingin.
"Maksudnya?" Melody langsung melirik kearah Aldi, begitu pula dengan Aldi yang langsung menatap serius ke arah Melody.
"Saya sangat begitu mencintai Adelia dan itu artinya tidak mungkin kalau saya harus menikah dengan kamu," tutur Aldi dengan jujur, akan tetapi penuturannya sangat begitu menyakitkan bagi Melody.
Melody terkejut dan entah mengapa ia merasa bahwa Aldi seperti sedang menuduhnya seolah-olah semua ini adalah keinginannya, bahkan saat Aldi berucap semuanya terdengar sangat begitu buruk.
"Dan aku juga tidak ingin menikah dengan calon kakak iparku sendiri, apa nanti kata orang kalau aku menikah denganmu, Mas?" balas Melody ketus.
"Dan saya juga tahu itu, dan satu-satunya jalan keluar untuk permasalahan ini adalah … kamu harus menolak pernikahan ini sebelum semuanya terlambat." Aldi berkata seraya menatap Melody untuk beberapa detik.
Dan setelah mendengar ucapan Aldi, Melody hanya bisa terperangah lalu ia pun tersenyum kecut setelah ia mendengar ucapan Aldi yang menurutnya sangat begitu menyebalkan.
"Memangnya, Mas pikir aku tidak pernah menolak pernikahan ini? Aku sudah beberapa kali menolak tapi kedua orang tua kita tetap bersikeras bahwa pernikahan ini memang harus tetap terjadi. Bahkan Ibuku terus memaksaku untuk menikah dengan Mas Aldi, dengan dalih bahwa semua ini memang permintaan terakhir dari Kak Adelia. Ya, aku tahu ini memang permintaan Kak Adelia, dan bahkan beribu-ribu kali aku memikirkannya bahwa aku juga tak ingin menikah denganmu, Mas!" sengit Melody dengan sinis.
Mendengar hal itu Aldi tersenyum miris. "Ya, itulah sebabnya kamu bisa menolak semua ini di depan keluarga besar kita."
"Mas pikir semua ini seperti mudah kedengarannya? Tidak Mas, ini semua terlalu rumit!" sungut Melody tak suka dengan cara berpikir Aldi yang seperti menganggap semua ini dengan enteng.
"Kamu bicarakan lagi dengan orang tuamu, dan saya juga akan membicarakan perihal penolakan pernikahan ini dengan kedua orang tua saya." ucapnya tenang.
"Ya, itu bagus. Semakin keduanya menolak aku yakin pernikahan ini takkan pernah terjadi." sindir Melody seraya manggut-manggut lalu berdecih. "Bahkan, aku juga tak sudi menikah denganmu." Melody menambahkan dalam batin.
Aldi mengangguk angkuh. "Saya rasa begitu," ucapnya lalu bangkit berdiri. "Saya harap pernikahan ini gagal," lanjutnya yang membuat Melody memutar bola mata.
"Semoga." balas Melody meng-aamiini dengan nada penuh penekanan, lalu ia pun menatap kepergian Aldi yang kini mulai menjauh dengan menatapnya penuh dengan rasa kesal.
Setelah itu, Melody kembali masuk ke dalam rumah dan ia melihat dua keluarga sedang duduk di ruang tamu. Dua keluarga itu meliputi keluarganya dan juga keluarga dari Aldi. Sementara sepasang mata Melody melihat sosok Aldi yang hanya diam dengan ponsel di tangannya, entah apa yang ia lakukan dengan mengotak-ngatik ponsel karena yang jelas sepertinya ia sedang tak ingin menikmati obrolan yang sedang terjadi di tengah-tengahnya.
"Melody, kemari, Nak." Ibunya melambaikan tangan ke arah Melody seraya tersenyum setelah melihat putrinya berdiri di ujung sana. Kemudian Melody mengangguk seraya berjalan ke ruang keluarga lalu ia pun duduk disamping ibunya.
"Dari mana kamu, Sayang?" tanya Ayah Melody yang duduk di sofa seberang.
"Dari luar sebentar," Melody menjawab sekenanya.
"Ah, pantas saja tadi Ibumu mencarimu ke kamar tapi kamu tidak ada disana." ucap Ayahnya, sementara Melody hanya tersenyum tak niat.
"Baiklah, berhubung Melody dan Aldi sudah berada di tengah-tengah kita bagaimana kalau kita membahas pernikahan." tiba-tiba usul dari Ibu Aldi terdengar, hingga membuat tenggorokan Melody tercekat lalu ia pun langsung terbatuk-batuk. Padahal ia sama sekali sedang tidak memakan sesuatu, melihat hal tersebut tentu saja membuat Ibu Melody langsung panik.
"Uhuk .. Uhuk .."
"Ya ampun, Melody kamu kenapa?" tanya ibunya seraya menepuk-nepuk punggung Melody pelan.
Melody tak menjawab dan ia hanya bisa menggeleng seraya tampak sedang berpikir bagaimana caranya agar ia bisa menolak rencana pernikahan itu.
"Bagaimana, Aldi? Apa kamu sudah siap dengan rencana pernikahan ini, kalau Ibu sendiri berharap kamu sudah siap, karena saat kamu ingin menikahi Adelia pun kamu pasti sudah memiliki persiapan yang matang. Hanya saja sekarang yang menggantikan Adelia adalah Melody." Ibu Aldi berbicara seraya menatap putranya itu, sementara Aldi terlihat sangat begitu frustasi dan berusaha keras memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa menolak pernikahan itu dengan tepat, supaya ia tidak menyinggung kedua belah pihak manapun.
"Terus terang aku menolak pernikahan ini!" seketika saja Melody menolak dengan sangat lantang seraya berdiri, hingga membuat semuanya mendongak dan menatap Melody dengan tatapan mereka yang terlihat sangat begitu terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments