Be Your Secret Wife

Be Your Secret Wife

Hari Pertunangan

Sore itu, mendung hitam menggelayut di langit Ibu Kota. Warnanya gelap keabuan dan merata di semua penjuru. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk langit mencurahkan semua air mata yang terkandung di dalam perut awan-awan itu.

Sama halnya dengan mata Celina. Hanya butuh beberapa detik bahkan untuk membanjiri wajahnya dengan air mata. Hatinya sama dengan langit sore itu, penuh dengan gumpalan hitam. Tangisnya menyatu dengan tetesan air hujan yang begitu deras menyerbu bumi.

Celina begitu merutuki nasibnya. Seandainya dia mendengarkan kata kakaknya yang melarang ia berpacaran dengan Dion, ia tak akan mengalami hari yang pahit ini.

Ya, hari ini adalah hari terpahit dalam hidup Celina. Hari dimana ia ditinggalkan oleh kekasihnya di hari pertunangannya. Hari dimana ia baru menyadari betapa busuknya kekasih yang dipacarinya selama sepuluh tahun itu.

Masih terbayang betapa kasar dan mudahnya ia membatalkan pertunangan mereka di detik terakhir.

“Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan kita. Hentikan saja semua hari ini!”

Dengan lantang dan bangga Dion mengatakan bahwa ia telah menemukan orang lain yang bisa menerima dirinya dan semua kekurangannya.

Pria itu mengatakan bahwa Celina tak pernah bisa menerimanya walaupun telah bersamanya selama sepuluh tahun. Tentu saja itu hanya alasan Dion, karena Celina telah menemukan bukti perselingkuhannya bersama wanita itu.

Yang membuat Celina menyesal adalah ketidakpercayaannya pada keyakinan kakaknya sendiri. Berulang kali kakaknya mengingatkan dirinya agar melakukan pemeriksaan ulang pada kehidupan kekasihnya itu. Karena di dunia yang sudah sangat gila ini, banyak pelakor atau perebut pasangan orang yang akan dengan bangga menyatakan kemenangan mereka.

Namun Celina mengabaikan pesan sang kakak hanya karena kalimat “aku akan selalu bersamamu”. Celina terlalu naif sehingga dia dengan mudah dibohongi oleh laki-laki itu.

Kehancuran hidup Celina tak hanya berhenti sampai di situ. Akibat ulah sang mantan calon tunangannya itu, ia harus berurusan dengan seorang rentenir yang memintanya bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat oleh mantan kekasihnya.

Celina harus menanggung hutang sebesar satu milyar pada rentenir itu. Hutang yang uangnya bahkan tak pernah ia gunakan sepeser pun.

Saat masih menjalin hubungan dengan Dion, Celina terlalu mempercayai orang itu bahkan sampai menurutinya untuk membeli rumah. Pria itu berhasil meyakinkannya, bahwa rumah itu akan ditinggali mereka berdua setelah menikah nanti. Namun ternyata rumah yang ia kira dibeli dengan menghabiskan seluruh uang tabungannya itu, ternyata adalah rumah dan tanah yang dibeli dengan menggunakan uang pinjaman dari rentenir itu.

Ternyata uang tabungan yang diberikan pada Dion, dia gunakan untuk memacari gadis lain dan menyelingkuhinya. Dion tidak menggunakannya untuk membeli rumah, melainkan untuk berfoya-foya. Tak merasa cukup, ia pun menambahnya dengan sisa uang satu milyar yang ia pinjam untuk mengganti uang pembelian rumah itu.

Malam itu pun, rentenir tersebut datang, sesaat setelah ia membereskan sisa dekorasi pertunangannya. Ia tetap meminta Celina untuk mengembalikan uang atau memberikan rumah tersebut.

“Berulang kali sudah saya katakan, saya tidak akan menyerahkan rumah ini, Bapak Adit yang terhormat!” seru Celina tegas.

Ia merasa tak pernah berhutang, tapi rentenir itu mengatakan bahwa jaminannya adalah rumah itu. Dion juga mengatakan bahwa Celina yang akan membayar hutangnya atau mereka bisa mengambil rumah itu jika Celina tak membayarnya. Sungguh sangat brengsek si Dion itu, pikir Celina.

“Berapa kali juga saya harus mengatakan ini? Anda harus mengembalikan uang itu atau berikan rumah ini!” teriak pria yang bernama Adit itu.

Baik Celina maupun Adit sama-sama menunjukkan bukti bahwa mereka adalah pemilik dari rumah itu. Pihak Adit memberikan bukti pengalihan tanah dan bangunan yang telah di sahkan secara resmi oleh notaris dan ditanda tangani oleh Dion. Sementara Celina memberikan bukti sebuah sertifikat yang menurutnya adalah asli, namun diragukan oleh pihak Adit.

Sebab selain surat pengalihan tanah, Adit juga memiliki sertifikat yang sama persis dengan sertifikat yang dipegang oleh Celina. Hanya tinggal membuktikan mana sertifikat yang asli dan mana yang palsu.

Dan sayangnya lagi, ada satu bukti lain yang tidak menguntungkan posisi Celina. Ia tidak memiliki bukti pembayaran pembelian rumah itu.

Entah bagaimana, Celina juga tidak mempertanyakan masalah bukti pembayaran pada mantan kekasihnya. Ia benar-benar merasa bodoh saat itu. Bukan hanya dibodohi secara perasaan, tapi juga finansial.

Dan parahnya, Celina diberi pilihan yang sulit. Dia harus memilih antara membayar uang satu milyar atau menyerahkan rumah itu. Jika ia memberikan uang satu milyar pada rentenir itu, ia tak harus menyerahkan rumahnya. Sertifikat pun akan diberikan padanya. Namun jika ia tak sanggup mengembalikan uangnya, ia harus menyerahkan rumah itu.

Tentu saja Celina tidak mempunyai uang sebanyak itu. Sebab seluruh uangnya telah habis untuk membeli rumah itu dan membiayai acara pertunangannya yang gagal.

Sekalipun uangnya belum habis, ia tetap tak akan memiliki uang satu milyar itu.

“Akan saya beri waktu selama tiga hari untuk memikirkannya, Nona Celina..”

“..saya harap Anda akan mengambil keputusan yang bijak” pungkas Adit.

Ia meninggalkan rumah itu bersama dengan anak buahnya yang tampak sangar dan menakutkan layaknya debt collector.

Celina terduduk lemas. Sang kakak yang sedari tadi hanya diam, perlahan menghampirinya dan membantu Celina berdiri.

“Kita harus gimana, Kak? Apa kita serahkan saja rumah ini pada mereka?” tanya Celina lesu.

Ia memandang seluruh sudut rumah yang masuk dalam pandangannya. Satu per satu bagian rumah itu ia tatap dengan nanar. Bayangan dirinya menikah dan menempati rumah itu hancur lebur seperti hatinya.

Sementara sang kakak, Melani, juga tidak bisa membantu apapun selain dukungan. Dia sendiri hanya seorang karyawan kantor biasa, yang gajinya hanya cukup untuk biaya hidup mereka berdua. Jangankan uang satu milyar, sepuluh juta pun akan sulit baginya.

“Aku ikut gimana kamu aja, Cel” jawab Melani.

“Terus kita mau tinggal di mana, Kak?” tanya Celina sambil terisak.

“Ya mau gimana lagi, kita harus cari kos-kosan atau kontrakan kecil.”

Mendengar jawaban kakaknya yang pasrah mengalah, membuat hati Celina mencelos. Haruskah ia juga mengalah seperti kakaknya? Haruskah ia menyerah dengan mimpinya yang ingin menikah dan memiliki rumah sendiri bersama suaminya?

Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pusing. Celina merasa ia harus memulai hidupnya lagi dari nol. Semua kerja kerasnya selama ini habis terbuang sia-sia, hanya karena kebodohannya yang mempercayai laki-laki matre itu.

Celina juga tak pernah menyangka, hidupnya akan hancur berantakan dalam waktu satu hari saja. Ironisnya, pelakunya adalah orang yang ia percayai selama sepuluh tahun lamanya.

“Dion brengseekkk!” teriak Celina keras.

Celina mengutuk Dion sejadi-jadinya. Ia bahkan berniat untuk membalas dendam padanya jika ia bertemu lagi dengan laki-laki itu.

“Lo liat aja, Dion! Kalau kita bertemu lagi, kau akan kubuat sengsara seumur hidupmu!”

Terpopuler

Comments

mas dio

mas dio

kasihan banget 🥲

2023-03-04

1

Yem

Yem

Menarik kak.. Semangat up nya 😊

2023-02-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!