NovelToon NovelToon

Be Your Secret Wife

Hari Pertunangan

Sore itu, mendung hitam menggelayut di langit Ibu Kota. Warnanya gelap keabuan dan merata di semua penjuru. Hanya butuh waktu sepuluh menit untuk langit mencurahkan semua air mata yang terkandung di dalam perut awan-awan itu.

Sama halnya dengan mata Celina. Hanya butuh beberapa detik bahkan untuk membanjiri wajahnya dengan air mata. Hatinya sama dengan langit sore itu, penuh dengan gumpalan hitam. Tangisnya menyatu dengan tetesan air hujan yang begitu deras menyerbu bumi.

Celina begitu merutuki nasibnya. Seandainya dia mendengarkan kata kakaknya yang melarang ia berpacaran dengan Dion, ia tak akan mengalami hari yang pahit ini.

Ya, hari ini adalah hari terpahit dalam hidup Celina. Hari dimana ia ditinggalkan oleh kekasihnya di hari pertunangannya. Hari dimana ia baru menyadari betapa busuknya kekasih yang dipacarinya selama sepuluh tahun itu.

Masih terbayang betapa kasar dan mudahnya ia membatalkan pertunangan mereka di detik terakhir.

“Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan kita. Hentikan saja semua hari ini!”

Dengan lantang dan bangga Dion mengatakan bahwa ia telah menemukan orang lain yang bisa menerima dirinya dan semua kekurangannya.

Pria itu mengatakan bahwa Celina tak pernah bisa menerimanya walaupun telah bersamanya selama sepuluh tahun. Tentu saja itu hanya alasan Dion, karena Celina telah menemukan bukti perselingkuhannya bersama wanita itu.

Yang membuat Celina menyesal adalah ketidakpercayaannya pada keyakinan kakaknya sendiri. Berulang kali kakaknya mengingatkan dirinya agar melakukan pemeriksaan ulang pada kehidupan kekasihnya itu. Karena di dunia yang sudah sangat gila ini, banyak pelakor atau perebut pasangan orang yang akan dengan bangga menyatakan kemenangan mereka.

Namun Celina mengabaikan pesan sang kakak hanya karena kalimat “aku akan selalu bersamamu”. Celina terlalu naif sehingga dia dengan mudah dibohongi oleh laki-laki itu.

Kehancuran hidup Celina tak hanya berhenti sampai di situ. Akibat ulah sang mantan calon tunangannya itu, ia harus berurusan dengan seorang rentenir yang memintanya bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat oleh mantan kekasihnya.

Celina harus menanggung hutang sebesar satu milyar pada rentenir itu. Hutang yang uangnya bahkan tak pernah ia gunakan sepeser pun.

Saat masih menjalin hubungan dengan Dion, Celina terlalu mempercayai orang itu bahkan sampai menurutinya untuk membeli rumah. Pria itu berhasil meyakinkannya, bahwa rumah itu akan ditinggali mereka berdua setelah menikah nanti. Namun ternyata rumah yang ia kira dibeli dengan menghabiskan seluruh uang tabungannya itu, ternyata adalah rumah dan tanah yang dibeli dengan menggunakan uang pinjaman dari rentenir itu.

Ternyata uang tabungan yang diberikan pada Dion, dia gunakan untuk memacari gadis lain dan menyelingkuhinya. Dion tidak menggunakannya untuk membeli rumah, melainkan untuk berfoya-foya. Tak merasa cukup, ia pun menambahnya dengan sisa uang satu milyar yang ia pinjam untuk mengganti uang pembelian rumah itu.

Malam itu pun, rentenir tersebut datang, sesaat setelah ia membereskan sisa dekorasi pertunangannya. Ia tetap meminta Celina untuk mengembalikan uang atau memberikan rumah tersebut.

“Berulang kali sudah saya katakan, saya tidak akan menyerahkan rumah ini, Bapak Adit yang terhormat!” seru Celina tegas.

Ia merasa tak pernah berhutang, tapi rentenir itu mengatakan bahwa jaminannya adalah rumah itu. Dion juga mengatakan bahwa Celina yang akan membayar hutangnya atau mereka bisa mengambil rumah itu jika Celina tak membayarnya. Sungguh sangat brengsek si Dion itu, pikir Celina.

“Berapa kali juga saya harus mengatakan ini? Anda harus mengembalikan uang itu atau berikan rumah ini!” teriak pria yang bernama Adit itu.

Baik Celina maupun Adit sama-sama menunjukkan bukti bahwa mereka adalah pemilik dari rumah itu. Pihak Adit memberikan bukti pengalihan tanah dan bangunan yang telah di sahkan secara resmi oleh notaris dan ditanda tangani oleh Dion. Sementara Celina memberikan bukti sebuah sertifikat yang menurutnya adalah asli, namun diragukan oleh pihak Adit.

Sebab selain surat pengalihan tanah, Adit juga memiliki sertifikat yang sama persis dengan sertifikat yang dipegang oleh Celina. Hanya tinggal membuktikan mana sertifikat yang asli dan mana yang palsu.

Dan sayangnya lagi, ada satu bukti lain yang tidak menguntungkan posisi Celina. Ia tidak memiliki bukti pembayaran pembelian rumah itu.

Entah bagaimana, Celina juga tidak mempertanyakan masalah bukti pembayaran pada mantan kekasihnya. Ia benar-benar merasa bodoh saat itu. Bukan hanya dibodohi secara perasaan, tapi juga finansial.

Dan parahnya, Celina diberi pilihan yang sulit. Dia harus memilih antara membayar uang satu milyar atau menyerahkan rumah itu. Jika ia memberikan uang satu milyar pada rentenir itu, ia tak harus menyerahkan rumahnya. Sertifikat pun akan diberikan padanya. Namun jika ia tak sanggup mengembalikan uangnya, ia harus menyerahkan rumah itu.

Tentu saja Celina tidak mempunyai uang sebanyak itu. Sebab seluruh uangnya telah habis untuk membeli rumah itu dan membiayai acara pertunangannya yang gagal.

Sekalipun uangnya belum habis, ia tetap tak akan memiliki uang satu milyar itu.

“Akan saya beri waktu selama tiga hari untuk memikirkannya, Nona Celina..”

“..saya harap Anda akan mengambil keputusan yang bijak” pungkas Adit.

Ia meninggalkan rumah itu bersama dengan anak buahnya yang tampak sangar dan menakutkan layaknya debt collector.

Celina terduduk lemas. Sang kakak yang sedari tadi hanya diam, perlahan menghampirinya dan membantu Celina berdiri.

“Kita harus gimana, Kak? Apa kita serahkan saja rumah ini pada mereka?” tanya Celina lesu.

Ia memandang seluruh sudut rumah yang masuk dalam pandangannya. Satu per satu bagian rumah itu ia tatap dengan nanar. Bayangan dirinya menikah dan menempati rumah itu hancur lebur seperti hatinya.

Sementara sang kakak, Melani, juga tidak bisa membantu apapun selain dukungan. Dia sendiri hanya seorang karyawan kantor biasa, yang gajinya hanya cukup untuk biaya hidup mereka berdua. Jangankan uang satu milyar, sepuluh juta pun akan sulit baginya.

“Aku ikut gimana kamu aja, Cel” jawab Melani.

“Terus kita mau tinggal di mana, Kak?” tanya Celina sambil terisak.

“Ya mau gimana lagi, kita harus cari kos-kosan atau kontrakan kecil.”

Mendengar jawaban kakaknya yang pasrah mengalah, membuat hati Celina mencelos. Haruskah ia juga mengalah seperti kakaknya? Haruskah ia menyerah dengan mimpinya yang ingin menikah dan memiliki rumah sendiri bersama suaminya?

Memikirkannya saja sudah membuat kepalanya pusing. Celina merasa ia harus memulai hidupnya lagi dari nol. Semua kerja kerasnya selama ini habis terbuang sia-sia, hanya karena kebodohannya yang mempercayai laki-laki matre itu.

Celina juga tak pernah menyangka, hidupnya akan hancur berantakan dalam waktu satu hari saja. Ironisnya, pelakunya adalah orang yang ia percayai selama sepuluh tahun lamanya.

“Dion brengseekkk!” teriak Celina keras.

Celina mengutuk Dion sejadi-jadinya. Ia bahkan berniat untuk membalas dendam padanya jika ia bertemu lagi dengan laki-laki itu.

“Lo liat aja, Dion! Kalau kita bertemu lagi, kau akan kubuat sengsara seumur hidupmu!”

D-Day

Pagi itu langit masih tak bersahabat dengan mentari, rintik hujan membuat semua orang risih dan enggan memulai kegiatan mereka. Sama seperti orang lain yang membenci hari seperti itu, Celina pun juga membencinya. Ia tidak ingin hari itu datang di hidupnya. Bukan karena hujan di pagi hari yang membuat semua orang kelabakan, melainkan hari itu adalah hari ketiga dimana Celina harus memberikan keputusannya.

Keputusan apakah dia harus mempertahankan rumahnya atau justru pergi dari rumah itu.

Tapi ia tak peduli lagi. Emosinya membuat Celina menjadi bebal dan tak mau menangis lagi. Ia memantapkan diri dan hati untuk menyerahkan rumahnya. Daripada ia mempertahankannya dan harus stres mencari uang satu milyar, ia lebih merelakan rumah itu.

“Kamu yakin, Cel?” tanya Melani.

Celina mengangguk. Air matanya sudah mengering setelah selama tiga hari ia memantapkan hatinya.

Tiba saatnya Adit dan rombongan anak buahnya datang untuk meminta rumah itu. Celina dan Melani mengatakan bahwa mereka akan mengosongkan rumah itu tiga hari lagi dan Adit pun menyetujuinya. Untung bagi Celina keputusannya tak membuat gaduh serta mempermalukan dirinya di depan para tetangga yang dari tadi melihatnya.

Setelah mereka menuliskan surat perjanjian dan menandatanganinya, Adit pun meninggalkan rumah itu. Dan ketika kakak beradik itu masih saling menguatkan, terdengar suara mobil memasuki halaman rumahnya.

Melani melongok ke luar lewat jendela untuk memastikan siapa yang datang. Tiba-tiba ia memanggil Celina dengan nada panik, karena Melani melihat Dion keluar dalam mobil itu.

“Cel! Dion!” seru Melani lirih.

Celina spontan beranjak dari tempat duduknya untuk keluar. Dan benar saja, ia melihat Dion sudah berada di depan pintu rumahnya, bersama seorang gadis.

“Mau apa lagi lo kesini?” hardik Melani ketus.

“Aku mau minta sesuatu dari Celina” jawab Dion santai.

“Aku mau kamu kosongkan rumah ini sekarang juga!” lanjutnya lagi sambil menghadap ke Celina.

Celina dan Melani tak habis pikir dengan pria itu. Dia tak datang di hari pertunangannya. Ia menipu dirinya dengan hutang-hutangnya, dan sekarang dia meminta rumah itu dikosongkan hari itu juga. Bahkan ia tidak ada hak sama sekali.

“Apa hak lo nyuruh-nyuruh kita?” teriak Melani emosi.

Dion tersenyum dengan lebar saat Melani menyebutkan hal itu.

“Karena aku adalah pemilik rumah ini” jawab Dion santai.

“Apa maksudmu?” tanya Celina.

Ternyata Dion masih melanjutkan penipuannya pada Celina. Dia bekerja sama dengan Adit yang ternyata adalah sekongkolannya. Mereka sengaja membuat cerita bahwa Dion berhutang padanya agar Celina bisa menyerahkan rumah itu.

Celina membuka mulutnya tak percaya. Bagaimana dia bisa begitu naif sampai dibodohi ketiga kalinya tanpa sadar sama sekali.

“Udah paham kan? Sekarang aku minta tinggalkan rumah ini!” teriak Dion kasar.

“Nggak usah teriak!” balas Melani keras.

Celina menahan kakaknya yang ingin menampar Dion. Perlahan dia mendekati Dion dan menamparnya dengan sangat keras.

“Akan kukosongkan hari ini, jadi pergi dari sini sekarang juga!” ucap Celina dingin.

Dion baru berjalan tiga langkah ketika Celina kembali mengatakan sesuatu yang memukulnya mentalitasnya.

“Apa pacar barumu tahu kalau kau pernah mencoba selingkuh dengan tante-tante?” kata Celina.

Sontak hal itu langsung membuat gadis yang bersama Dion mulai menatap pacarnya dengan tatapan tajam. Sementara Dion hanya mengumpat dan bergegas meninggalkan rumah itu.

Celina menghela napasnya panjang. Ia terduduk karena mendadak kakinya tak memiliki daya untuk menopang tubuhnya yang mungil.

“Kamu baik-baik saja, Cel?” tanya Melani.

“Iya, Kak. Ayo kita packing!” kata Celina lesu.

Di tengah-tengah memasukkan baju-bajunya dalam kardus, Celina mendapat sebuah telepon dari kantornya. Ia diminta masuk mulai besok karena akan ada tugas penting untuknya.

Setelah mengiyakan perintah itu, Celina langsung menutup teleponnya. Helaan napas panjang pun keluar dari mulut dan hidungnya.

Ia bahkan belum bisa bernapas lega selama mengambil cuti, tapi entah kenapa pekerjaan ini justru membuatnya sangat ingin melakukannya. Ia butuh sesuatu hal yang menyibukkan dirinya agar bisa segera melupakan semua hal buruk yang menimpanya.

“Kenapa, Cel?” tanya Melani.

“Aku besok disuruh masuk kerja. Kakak nginep aja di rumah tante Puspa, aku akan nginep di asrama kantor” kata Celina.

Melani hanya mengiyakan permintaan Celina. Mereka belum bisa mencari rumah kontrakan atau kos-kosan dalam waktu secepat itu. Mereka berdua sepakat bahwa ini adalah keputusan yang tepat untuk mereka.

***

Setelah meninggalkan rumah di pukul tujuh malam, Celina berpisah dengan Melani karena tujuan mereka berbeda. Celina sudah mendaftarkan dirinya untuk menginap sementara di asrama karyawan yang merupakan fasilitas dari kantornya.

Namun ternyata malam itu dia belum bisa langsung masuk ke asrama tersebut karena petugas yang membawa kuncinya sedang mengambil libur dan baru datang esok hari.

Celina mencoba mempertahankan stok kesabaran terakhir yang ia miliki. Ternyata hari sialnya belum berakhir sejak acara pertunangan itu.

Celina berpikir cepat untuk mencari tempat untuk tidur malam itu. Tubuhnya sudah mulai letih membawa koper dan tas besar yang berisi barang-barangnya. Itupun masih belum semuany ia bawa karena sebagian masih ia titipkan di rumah tetangganya.

Ketika dia hendak menyeberang jalan dan menuju ke sebuah minimarket, ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang dan hampir menabrak dirinya. Celina memang hanya terserempet badan mobil itu, tapi tubuhnya terjatuh cukup keras hingga semua barangnya berantakan di jalan.

Ia mencoba bangkit tetapi kakinya terkilir. Celina berteriak meminta tolong hingga akhirnya orang-orang di sekitar tempat itu langsung menghampirinya dan mencegat mobil itu agar berhenti dan tidak melarikan diri.

“Hei, turun!” seru warga yang menolong Celina.

Dari dalam mobil mewah itu keluar seorang laki-laki dari pintu kemudi. Orang itu menghampiri Celina dan berusaha membantunya. Tetapi mata Celina tertuju pada seseorang yang ada di kursi penumpang. Ia bisa melihat ada seorang pria yang duduk di belakang karena lampu dalam mobil menyala.

“Maafkan saya, Mbak! Apa Mbak tidak apa-apa?” tanya laki-laki itu sambil membantu merapikan barang-barang Celina.

“Iya, Mas. Saya tidak apa-apa” jawab Celina.

Tentu saja dia dia berbohong karena hari itu seolah semua kesialan di muka bumi dilimpahkan padanya. Mulai dari diusir dari rumahnya sendiri, sampai hampir tertabrak mobil. Ia juga belum tahu harus tidur di mana malam itu.

Tiba-tiba ia mempunyai ide untuk meminta tolong pada pria itu. Ia meminta kompensasi pada pengemudi mobil itu agar dia bisa menginap di hotel meski hanya satu malam. Dan iya yakin orang itu akan mengabulkan permintaannya karena semua warga yang ada di sana menatapnya dengan tajam.

Beruntungnya, meski pria itu memandangnya dengan tatapan aneh, ia mencoba bertanya pada seseorang yang ada di bangku penumpang. Celina membatin bahwa orang itu pasti atasan pengemudi itu. Sebab pengemudi itu terlihat seperti seorang sekretaris, bukan supir.

Setelah mendapatkan jawaban dari orang di kursi belakang itu, si pengemudi kembali menghampiri Celina dan mengatakan bahwa ia akan membawa Celina ke hotel tempat mereka menginap.

Celina cukup terkejut dengan jawaban itu. Ia hanya meminta uang kompensasi, tapi malah ditawari kamar hotel. Awalnya ia takut dan ragu, tapi pengemudi itu meyakinkannya bahwa ia bukan orang jahat.

Karena sudah terlalu lelah, kesakitan, dan semakin malam, akhirnya Celina menerima tawaran itu. Entah apa yang akan terjadi, setidaknya malam itu dia bisa merebahkan tubuhnya dan mengistirahatkan pikirannya.

Ditambah mulai besok ia sudah harus bekerja kembali. Ia harus segera fokus dan kembali menata hidupnya yang berantakan karena Dion.

Ia pun bergerak menuju mobil dengan dibantu oleh laki-laki itu. Celina pikir ia akan duduk di belakang, ternyata ia diminta duduk di kursi samping pengemudi. Celina berpikir orang seperti apa yang duduk di jok belakang itu sampai si pengemudi mengubah posisi kaca spion depan agar Celina tak bisa mengintip ke belakang.

Tapi Celina tak menggubris hal itu. Ia hanya ingin segera tidur karena hari itu adalah hari yang sangat berat baginya.

Bos Baru

Sepanjang jalan menuju hotel, Celina sama sekali tidak menoleh ke belakang. Mengintip pun ia tak berani. Tanpa melihat wajah orang di belakangnya, Celina bisa merasakan aura dingin dan mengintimidasi dari orang itu. Bahkan ia sempat berpikiran konyol bahwa yang di belakangnya adalah jasad orang yang sudah meninggal saking dinginnya.

Ketika sampai di hotel pun, ia tetap tak bisa melihat wajah orang tersebut. Karena begitu mobil berhenti, sang sekretaris langsung turun dan membukakan pintu untuknya. Pria itu juga dengan cepat berjalan ke dalam hotel sementara sang sekretaris mulai membantu Celina untuk turun dan membawa barang-barangnya.

“Mbak, saya antar sampai kamar” ucap laki-laki itu.

Celina hanya mengangguk sopan. Jalannya mulai pincang dan tertatih. Untungnya laki-laki itu memanggil orang lain yang nampak seperti bodyguard perempuan untuk membantunya memapah Celina.

Begitu sampai di kamarnya,Ce erebahkan tubuhnya di atas kasur hotel yang empuk. Meski tubuhnya makin terasa remuk, tapi ia masih menyempatkan diri mengagumi kamar hotel yang ia tempati malam itu.

Kamar yang cukup mewah hanya untuk dirinya yang bukan siapa-siapa. Terlebih dia hanya korban kecelakaan kecil, tapi kamar yang mereka berikan seperti kamar untuk tamu kenegaraan. Tiba-tiba ia merasa tidak enak karena sempat berpikiran buruk kepada orang yang menabraknya.

Entah jam berapa Celina mulai tertidur malam itu, tetapi ia sudah mulai terbangun walau langit masih gelap. Celina mengintip jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul empat subuh.

Ia mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Badannya masih terasa sakit dan letih. Untungnya semalam ia mendapat perawatan kecil dari pihak hotel yang diminta oleh si sekretaris, sehingga rasa sakit di kakinya mulai berkurang pagi ini.

Celina segera menyiapkan diri untuk berangkat bekerja seperti biasanya. Ia mengepak bekal dan memesan taksi online. Sebelum meninggalkan kamar hotel, dia mencoba mencari tahu posisi sekretaris itu, tapi ia tak menemukannya dimana pun. Akhirnya dia hanya meninggalkan sebuah surat yang ia titipkan di resepsionis. Ia harus berangkat pagi karena harus memasukkan barang-barangnya ke kamar asrama.

***

Celina adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan pengembang game terkenal di Indonesia. Perusahaan itu memiliki ribuan karyawan yang menggantungkan nasibnya sama seperti Celina.

Dan hari ini gadis yang memiliki nama lengkap Celina Indria Affandi itu, harus segera tiba di kantornya pada pukul delapan pagi karena bos barunya akan tiba dari Seoul, Korea. Celina harus mendampinginya untuk company tour di kantor barunya di Jakarta.

Tiiin

Suara klakson membuat Celina bergegas menuju ke luar rumah. Seseorang berbaju kasual menyapanya dari balik kemudi mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumah Celina.

"Kantor?" tanya pengemudi mobil tersebut singkat.

"Pas banget kamu datang, anterin, ya! Aku buru-buru banget udah telat" balas Celina sembari melempar senyum kecil yang manis dan sok imut.

Tanpa protes dan pikir panjang, orang di balik kemudi itu mengangguk disusul Celina yang masuk dan duduk di jok belakang.

"Ah, please, ini masih pagi, jangan bikin aku bad mood deh" kata si pengemudi sambil memasang wajah kecut karena dianggap supir.

Celina melempar tawa dan segera pindah ke jok depan. Dia tidak mau membuat Aksa semakin marah karena itu menakutkan.

Aksa adalah sahabat dekat Celina semenjak SMA. Bisa dibilang ia satu-satunya teman sekolah yang masih berhubungan baik hingga masuk dunia kerja.

Meski mereka dekat satu sama lain, namun tak jarang keduanya bertengkar layaknya pertemanan pada umumnya. Ketika masih sekolah, Aksa juga terkenal sangat protektif terhadap sahabatnya itu. Dimana ada Celina disitu ada Aksa. Bahkan pernah muncul rumor yang menyebut mereka berdua pacaran.

Saking dekatnya, Celina dengan Aksa, dia selalu memintanya mengantar dan menjemputnya saat bekerja, seperti hari itu.

"Kamu mau kemana sepagi ini?” tanya Celina.

"Aku mau ketemu klien untuk foto prewed, tapi mau isi bensin dulu soalnya agak jauh" jawab Aksa sambil memamerkan gaya menyetir satu tangan ala drama Korea. Saat ini Aksa memang menjadi fotografer freelance, menekuni hobinya sejak SMA.

"Kemana?" tanya Celina lagi, dia terus melirik jam bulat di tangannya yang jarum panjangnya mengarah ke angka tujuh.

"Bandung" jawab Aksa singkat.

"Whatt? Jauh banget. Terus tahu dari mana aku di sini?”

“Melani” jawabnya lagi.

Aksa memasuki area parkir di sebuah gedung berlantai dua puluh. Dia memberi isyarat pada Celina untuk segera keluar dari mobil.

"Nggak nganter sampai dalem?” tanya Celina sambil memasang wajah sok manja, lagi-lagi.

Aksa memandangnya dengan tatapan malas dan mengejek, lalu memberi Celina kode untuk segera masuk ke kantor dengan tangannya.

Celina hanya mengerucutkan bibirnya lalu menghilang di balik pintu kantornya sementara Aksa kembali menyetir mobil dengan gaya khasnya.

***

Pintu lift masih tertutup, dan angka diatasnya masih melaju menuju lantai tujuh belas, lantai dimana kantornya berada.

Ting

Pintu lift terbuka dan Celina bergegas keluar menuju ruangannya. Ia langsung menata berkas yang ia perlukan dan memeriksa catatan jadwal yang telah ia buat untuk bosnya nanti.

Jam kantor sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Semua karyawan sudah bersiap menyambut kedatangan bos baru yang sudah dibicarakan selama seminggu ini. Dan hal itu membuat semua karyawan sangat antusias, terutama karyawan perempuan, semuanya sudah membayangkan betapa tampannya bos baru mereka. Sebab tersebar rumor bahwa bos baru mereka adalah orang campuran Indonesia Korea yang memiliki visual dan otak yang luar biasa.

Dari rumor yang beredar, di masa mudanya, ia terkenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata, sehingga semua game yang ia mainkan selalu mencapai level akhir. Bahkan di tingkat sekolah menengah, dia sudah memenangkan penghargaan pembuat game terbaik di taraf internasional.

Celina termasuk salah satu dari karyawan perempuan yang antusias. Bahkan dia sengaja membeli parfum mahal demi terlihat sempurna di depan bosnya nanti. Apalagi dia bertugas menemaninya berkeliling kantor. Tidak lucu kalau dia sampai terlihat "tidak terurus".

Bahkan Celina tidak lagi memikirkan masalah pertunangannya atau rumahnya. Ia sangat ingin memberikan kesan pertama yang baik pada bosnya. Dalam pikiran Celina saat itu, dia hanya ingin kembali bangkit dan memperbaiki hidupnya.

Hingga saatnya tiba, semua karyawan berdiri dengan gugup di depan pintu utama gedung. Sebesar itu perusahaan pengembang game tempat Celina bekerja, sampai seluruh gedung berlantai dua puluh itu digunakan semua. Dia harus turun lagi ke lantai satu demi menyambut kedatangan bos barunya itu.

Tiba saatnya ada rombongan mobil mewah berhenti tepat di depan pintu utama gedung. Celina semakin gugup, jantungnya seakan ingin keluar ikut melihat bos baru yang ditunggu-tunggu.

Dan seorang pria berbaju rapi pun keluar dari pintu belakang sebuah mobil mewah dengan merk luar negeri, memakai jas berwarna burgundy dengan kancing yang tertutup dan kemeja warna hitam yang menambah kesan manis dan santai. Dia berjalan menuju arah barisan para karyawan yang berdiri saling berhadapan.

Seketika seluruh karyawan perempuan menahan senyum dan histeria mereka karena sesuai dugaan, bos yang datang itu sangat tampan. Dia mempunyai wajah khas aktor dan idol Korea, tapi tidak terlalu khas Asia Barat karena ada campuran darah Indonesia.

"Welcome to Indonesia Mr. Andares Park" sambut seorang karyawan perempuan yang maju selangkah seraya menyodorkan tangannya ke depan pria tersebut dan mengajaknya bersalaman.

"Thankyou, are you Miss Fiona?" tanya pria yang memiliki kelopak mata ganda itu.

Perempuan yang bernama Fiona itu sedikit terkejut karena bosnya mengetahui namanya. Ia menahan senyumnya sembari menjawab pertanyaannya.

"Yes, Mr. Andares.”

Lalu Fiona memanggil Celina dengan tatapannya dan dia langsung maju mendekat ke arah atasan dan bosnya. Fiona adalah salah satu mentor dan seniornya di kantor. Dia sangat mengagumi seniornya yang satu ini karena aura dan kepemimpinannya di kantor. Salah satu hal yang membuat Celina menyukainya adalah fakta bahwa ia lebih suka dipanggil dengan sebutan "kak" daripada "ibu". Sudah pasti alasannya sama dengan kebanyakan wanita lain.

"Ini Celina, staf kami yang akan membantu Anda untuk berkeliling melihat kantor hari ini. Dia akan membantu Anda selama beberapa hari" jelas Fiona singkat.

Celina menghela nafasnya yang sedari tadi sedikit tidak beraturan. Karena dia pikir harus sepenuhnya memakai bahasa Korea, sedangkan dia hanya paham dan bisa bicara sedikit saja. Ia menjadi lega setelah mendengar Fiona memakai bahasa Indonesia. Itu berarti bosnya bisa menggunakan bahasa Indonesia.

Namun pria yang bernama Andares Park itu sama sekali tak menggubris kehadirannya. Bahkan ia mengabaikan tangan Celina yang mengulur di udara dan ingin mengajaknya bersalaman.

"Baiklah, Celina! Bisakah kita mulai turnya sekarang?" tanya Andares dingin.

Celina mengangguk mengiyakan dan langsung mengarahkan bosnya ke arah lift eksekutif.

Saat menunggu lift, mata Celina tertuju pada postur Andares Park itu. Ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi Celina segera menyangkalnya karena itu tidak mungkin.

Akan tetapi begitu mereka bertiga masuk, ada seseorang yang berlari mengejar pintu lift yang hampir menutup. Celina tampak sangat terkejut, karena orang itu adalah orang yang menabrak Celina kemarin malam.

***

Di dalam lift yang melaju ke lantai lima belas, hanya ada Celina, Fiona, dan Andares Park yang bersama sekretaris pribadinya. Celina hanya diam karena bingung harus bagaimana. Ia tidak menyangka bahwa orang yang menabraknya adalah bosnya sendiri.

Sementara itu, Fiona terus menyodoknya dengan siku, memberi isyarat agar Celina memulai percakapan agar tidak canggung.

Dan ketika Celina masih bingung merangkai kalimat, pintu lift terbuka dan Fiona meluncur keluar karena ruangannya memang berada di lantai itu.

Pintu lift kembali menutup, kali ini melesat menuju lantai dua puluh, lantai di mana kantor Andares berada. Suasana kembali hening karena hanya ada tiga orang sekarang.

Tiba-tiba Andares berbalik dan bertanya padanya.

“Apa kakimu sudah sembuh?” tanya Andares.

Sontak Celina terkejut dengan pergerakan Andares yang begitu mendadak. Ia hanya menjawab sekedarnya agar orang itu kembali berbalik menghadap ke depan.

Beberapa saat setelahnya, keheningan mulai muncul lagi di dalam lift. Hingga akhirnya suara ponsel Andares memecahkan keheningan itu.

“Halo!”

Andares tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu, bahkan sampai menutup teleponnya. Dia hanya diam hingga pintu lift terbuka di lantai dua puluh.

Andares berjalan ke kantornya diikuti Celina yang mengekor di belakangnya. Tetapi secara tiba-tiba Andares menghentikan langkahnya tanpa aba-aba. Celina yang berjalan cepat pun terpaksa menubruknya karena telat mengerem.

“Ma..maaf, Pak” ucap Celina.

Andares berbalik dan menatap Celina yang mulai gugup.

“Nona Celina, apa kau mau menjadi istriku?”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!