Alasan

Celina masih tertegun mendengar ucapan bosnya yang mulai tidak masuk akal. Tanpa disadari pun mulutnya dengan berani mempertanyakan sikap dari bos barunya itu.

“Bapak sedang bercanda? Maaf pak, saya tidak dalam suasana ingin bercanda” jawab Celina ketus.

Ia sedikit tidak menyukai nada bicaranya, tetapi ia lebih tidak suka dengan perilaku Andares yang selalu memberinya pertanyaan soal menjadi istrinya.

Tiba-tiba Andares mendekati Celina hingga gadis itu bergerak mundur.

“Apa saya terlihat sedang bercanda?” ucap Andares dingin.

Celina gugup hingga menelan salivanya. Ia berada dalam jarak yang terlalu berbahaya jika dilihat oleh orang lain. Untungnya Andares mundur dan kembali menegakkan tubuhnya.

“Aku mendengar ceritamu tadi. Bukankah kau ingin membalas dendam pada mantan kekasihmu?” tanya Andares.

Celina terlihat malu karena ternyata bosnya mendengar kisah hidupnya yang pahit.

“Saya punya penawaran menarik buat kamu” kata Andares lagi.

Andares menawari Celina untuk ‘menikah’ dengannya. Tanpa mendengar lebih lanjut, tentu saja Celina langsung menolaknya mentah-mentah. Tapi Andares menyuruhnya diam dan mendengarkan dulu apa yang menjadi tawarannya.

“Jika kau mau menikah denganku, aku akan memberimu rumah dan uang sepuluh milyar”

Mendengar tawaran Andares yang super duper gila, Celina justru tak memberikan reaksi apapun. Ia hanya berdiri mematung dengan ekspresi wajahnya yang datar.

“Saya akan pura-pura tidak mendengarnya, Pak” jawab Celina sambil berbalik dan berjalan menuju ke arah pintu.

“Saya sedang sakit!” teriak Andares.

Celina menghentikan langkahnya dan kembali memutar tubuhnya ke arah Andares.

“Apa maksud, Bapak?” tanya Celina.

Andares memintanya duduk dan mendengarkan apa yang akan ia ceritakan.

Andares mengatakan dirinya tengah dalam kondisi sakit. Ia mengklaim hidupnya tergantung dari pengobatan yang ia jalani saat ini. Dan disaat seperti itu, ibunya justru meminta Andares menikah secepatnya agar dia memiliki keturunan untuk menjadi penerus keluarga Park.

Namun masalah keduanya adalah, keluarga besar sang ayah tidak mengijinkan dia menikah hingga dia berumur tiga puluh tahun. Hal itu dikarenakan mereka terikat sebuah perjanjian kontrak kerjasama dengan sebuah perusahaan yang meminta Andares tidak menikah sebelum masa kontrak mereka habis.

Andares menyebutkan kontrak kerjasama itu berlangsung selama enam tahun. Sementara sisa kontrak saat ini adalah tiga tahun.

“Bagaimana Bapak bisa menikah kalau keluarga Bapak yang lain menentangnya?” tanya Celina.

“Mami akan menyembunyikan istri saya seolah saya belum pernah menikah. Yang dia inginkan hanya cucu” jawab Andares santai.

Semua jawaban Andares membuat Celina tak habis pikir. Disaat dirinya berjuang untuk bangkit dan hidup dengan tenang, para orang kaya ini justru bermain-main dengan hidup orang.

“Maaf, Pak. Saya tidak bisa” jawab Celina dengan tegas.

Ia berlalu begitu saja meninggalkan ruangan Andares. Semakin lama Celina mendengarkan cerita itu, dirinya justru semakin mual. Bagaimana mereka bisa membayar seseorang hanya demi memiliki anak, terlebih orang itu harus disembunyikan. Membayangkannya saja sudah mengerikan bagi Celina.

Hari pertama bekerja Celina terganggu dengan acara lamaran super absurd dari bosnya. Ia memilih melupakannya karena ia harus mengangkut semua barang-barangnya yang masih tertinggal di rumah tetangga dan membawanya menuju asrama karyawan.

Selepas mengambil barang-barangnya seusai kerja, Celina kembali memandangi rumahnya yang ia beli dengan seluruh uang yang ia miliki.

“Selamat tinggal, rumahku” ucap Celina sambil menghela napasnya panjang.

Setelah berjuang membawa semua barangnya sampai ke asrama, Celina langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya kembali menatap plafon asrama dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

Ia kembali memikirkan tawaran Andares. Menjadi istri bos kaya tentu menjadi impian banyak gadis, tetapi pikiran itu segera ia hapus dari ingatannya. Celina tidak ingin menikah dengan cara seperti ini. Pikirannya bergerak terlalu jauh hingga membuatnya terlelap dengan segera.

***

Kantor masih cukup sepi karena jam masih menunjukkan pukul 7.30, tapi Celina sudah sampai di ruangannya. Dia memang suka berangkat lebih awal, menghindari macetnya Jakarta dan lebih santai saja di perjalanan. Selain itu, hari ini dia membutuhkan tanda tangan seseorang untuk setumpuk berkas yang penting.

Tetapi sampai pukul sepuluh pagi dia tidak menemukan orang yang dia cari. Celina bahkan sudah berkeliling banyak ruangan dan lantai untuk mencari orang tersebut. Tapi ia tetap tidak menemukannya.

"Kemana sih nih orang, jam segini belum nyampe kantor" gerutu Celina sebal, sebab berkas itu harus segera ditanda tangani oleh orang ini tapi malah tidak nampak batang hidungnya.

Seminggu sejak kedatangan Andares Park ke Indonesia, Celina menjadi semakin sibuk. Pekerjaan utamanya, ditambah kerjaan baru mendampingi bosnya kemana pun dia pergi, membuat Celina tak bisa berkutik. Bisa dibilang dia hampir mirip seperti sekretaris baru Andares. Apalagi setelah penolakannya waktu itu, bos barunya kadang sedikit "kebangetan" dalam memberinya tugas.

"Celina, tolong kamu siapkan saya minuman hari ini, sudah seminggu saya tidak minum"

Andares memang sudah meminta minuman sejak kedatangannya, tapi ditolak terus oleh Celina.

"Mohon maaf, Pak. Anda tidak boleh minum hari ini, karena hari ini Bapak harus bertemu investor” jawab Celina tegas.

Andares memandang Celina dengan tatapan tajam, ia suka dengan kinerja Celina tapi saat keinginannya tidak terwujud, Andares menjadi usil dan ingin mengerjai Celina.

"Kau makin berani menentang perintah saya, ya! Oke, kalau begitu belikan saya Americano, tapi saya mau kau sendiri yang membuatnya. Saya mau kopi dari kafe yang biasa saya datangi bersama Fero!" perintah Andares asal.

Celina mendengus kesal, sudah tiga kali dalam seminggu ini ia menerima perintah aneh. Mulai dari menjadi sopir seharian dari pagi sampai malam tanpa tujuan yang jelas, dan sekarang disuruh membuat kopi di kafe. Dan setiap dia mendapat tugas-tugas aneh itu, Celina selalu kesulitan meminta ijin untuk melakukannya kepada orang yang bersangkutan.

Dengan wajah terpaksa Celina berangkat menuju kafe yang diinginkan bosnya. Di perjalanan ia bertemu dengan Fero. Melihat Celina terlihat buru-buru, Fero menawarinya tumpangan untuk mengantarnya, dan dengan senang hati Celina menerimanya.

“Gimana? Betah kerja sama Pak Andares?” tanya Fero.

“Huh, entahlah. Suka nyuruh hal-hal aneh orangnya. Bener kata kamu, dia absurd dan aneh. Kayak kemarin itu dia bilang lagi..”

Celina menghentikan ucapannya. Ia merasa tak enak menceritakan masalah pribadi bosnya meskipun pada sekretarisnya sendiri.

Tapi sepertinya Fero tahu apa yang akan dibicarakan Celina. Dengan ekspresi wajah yang sedikit berubah, Fero membalas ucapan Celina.

“Apa dia memintamu menikahinya lagi?” tanya Fero sambil tersenyum kecil.

Celina mengangguk ragu dan pelan.

“Apa dia sudah mengatakan alasannya?” tanyanya lagi yang dibalas anggukan lagi oleh Celina.

“Entah apa yang akan kamu putuskan, tapi apa yang dia katakan itu benar” kata Fero.

Celina cukup terkejut tatkala mendengar jawaban Fero.

“Apa aku boleh tahu dia sakit apa?” tanya Celina memberanikan diri.

Setelah Fero menjawab pertanyaan Celina, suasana di dalam mobil berubah menjadi hening. Dalam hati Celina muncul sebuah perasaan yang sulit ia jelaskan.

“Apa aku terima saja tawaran itu?” batin Celina.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!