Ajakan Menikah

Celina terdiam saat Andares dengan frontal memberinya pertanyaan seperti itu.

Dalam sepersekian detik sebelum menjawab pertanyaannya, Celina menatap wajah di depannya. Wajah itu benar-benar style Celina. Kulitnya putih tapi tidak pucat, hidungnya mancung normal, matanya bulat dan memiliki kelopak mata ganda yang membuatnya tambah menawan. Ditambah proporsi tubuhnya yang sempurna. Perutnya rata, dan Celina yakin Andares menyimpan enam roti sobek di balik bajunya. Tingginya juga sangat jenjang, mungkin sekitar 183cm, yang membuat Celina sangat jengkel karena tingginya hanya 160cm. Dan jangan lupa dengan lesung pipitnya yang muncul ketika tersenyum dan membuat yang melihatnya meleleh. Jika Andares Park mengikuti audisi idol atau aktor, dia pasti diterima. Wajahnya sangat khas aktor drama Korea. Lagi lagi itu yang dipikirkan Celina.

"Nona Celina!" suara Andares menyadarkan Celina dari lamunan sepersekian detiknya.

"..are you okay?" tambahnya.

"Maaf, Pak. Saya baik-baik saja" jawab Celina tanpa menjawab pertanyaan Andares sebelumnya.

Andares hanya tersenyum sinis dan kembali melangkah menuju kantor utama dengan diikuti dua orang itu di belakangnya.

Sesampainya di ruangan bosnya, sekretaris Andares justru meninggalkan Celina karena harus mengurus pekerjaan lain. Kini hanya ada Andares dan Celina di dalam ruangan itu.

"Permisi, Pak. Hari ini jadwal Bapak hanya berkeliling di kantor melihat semua aktifitas di sini. Dan mulai besok baru kita pergi ke luar kantor untuk menemui para investor dan pemegang saham" jelas Celina seraya memainkan jarinya di atas notepad yang dipegangnya.

"Oke" balas Andares singkat sambil memunggungi Celina.

Celina tiba-tiba terpaku di dalam ruangan mewah yang berisi furnitur mahal dan lengkap itu. Ia masih memikirkan ucapan Andares sebelumnya di dalam lift.

“Apa masih ada yang ingin kau sampaikan?”

Celina tersentak kaget. Ia lupa bahwa dirinya masih berada di ruangan bersama Andares. Ia pun segera berpamitan dan kembali ke ruangannya.

***

“Nona Celina, apa kau mau menjadi istriku?”

Kalimat itu terus berdengung di kepala Celina seolah berjanji akan terus mengganggunya seharian.

Bagaimana bisa bos yang baru ditemuinya dalam waktu beberapa jam, sudah mengajaknya menikah seperti itu. Ditambah setelahnya dia bersikap seolah tak ada apapun. Berulang kali Celina menggelengkan kepalanya sambil bergumam.

"Gila tuh orang”

Sementara itu, Celina yang sudah kembali ke dalam ruangannya, tak menyadari bahwa sekretaris Andares sedang berada di sana. Ia terus saja mengomel dan menggerutu mengenai ucapan Andares.

Sekretaris Andares tertawa kecil melihat raut wajah Celina yang terkejut melihat aksi "lamaran" dadakan bosnya itu.

Dan karena Celina masih belum menyadari keberadaanya, sekretaris Andares tersebut mengetuk jarinya di atas meja yang ada di depan Celina untuk menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

"Huh! Anda di sini? Sejak kapan Anda berada di ruangan saya" tanya Celina kaget.

“Sejak saya meninggalkan ruangan Pak Andares” jawabnya santai.

Celina langsung merasa malu dan canggung karena dia mengomel tentang Andares di depan sekretarisnya sendiri.

"Apa Anda kaget dengan ‘lamaran' Pak Andares tadi?” tanya sang sekretaris sambil terkekeh.

Celina tersipu, dia menjadi salah tingkah dan bingung harus bagaimana merespon pertanyaan itu.

"Agak aneh ya, baru ketemu udah bilang begitu. Bos Andares memang orangnya aneh, Nona Celina" kelakar sang sekretaris yang hanya dibalas senyum oleh Celina.

“Mm, saya mau ngucapin terima kasih atas bantuan Anda kemarin” ucap Celina.

“Saya hanya melakukan kewajiban saya. Kan saya menabrak Nona Celina” jawabnya.

“Jangan panggil saya Nona, panggil Celina aja!” kata Celina.

“Baiklah, saya juga belum kenalan. Saya Fero” ucap sekretaris Andares sambil mengulurkan tangannya.

Dengan senang hati Celina meraih tangan Fero dan menyalaminya.

"Jadi Pak Fero, apa saya boleh tanya kenapa Pak Andares bertanya dengan pertanyaan main-main seperti itu?" Celina memberanikan diri untuk bertanya.

"Jangan panggil saya ‘pak’, panggil saja Fero. Sepertinya kita seumuran” jawab Fero sambil tersenyum.

Celina mengangguk mengiyakan dengan malu-malu.

“Mm, sebenarnya dia tidak main-main, Cel. Dia memang harus segera menikah” jawab Fero.

Mata Celina makin membelalak. Jika pun itu benar, kenapa dia asal bertanya seperti itu. Terlebih pada orang yang baru ditemuinya.

"Dia itu memang absurd, semua karyawan baru yang berhubungan kerja dengannya,selalu mendapat pertanyaan seperti itu” terang Fero sambil tertawa.

Alamaakk

Celina yang udah ge-er mengira disukai oleh bos barunya itu, ternyata hanya begitu saja. Celina tersipu malu tapi juga merasa lega. Setidaknya bosnya tidak segila dugaannya.

"Oh, begitu. Syukurlah kalau begitu” jawab Celina polos.

"Sepertinya kamu memikirkan hal lain, Celina" goda Fero yang seperti tahu apa yang ada di pikiran gadis itu.

Celina hanya menggeleng dan tersenyum, membuat Fero gemas sendiri melihatnya.

Dan percakapan pun berakhir begitu saja saat ponsel Fero berdering dan ia bergegas meninggalkan ruangan.

Setelah merapikan mejanya, Celina pun juga bergegas keluar menuju kantin karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Perutnya sudah sangat meronta sejak pagi, meminta diisi. Ia membawa bekalnya menuju kantin karena karyawan tidak diperbolehkan makan di dalam ruang kantor.

Meski hanya salah paham, Riana masih berdebar karena sekilas merasakan "lamaran" oleh seorang bos muda kaya raya berwajah ala drama Korea. Dia pun tersenyum-senyum nakal sendirian membayangkan betapa bahagianya kalau itu benar terjadi. Ia akan dengan mudah membalaskan dendamnya pada Dion dan pacar barunya itu.

Fantasinya selesai sampai pada saat dia hampir menabrak seseorang..

"Wow, wow, kalem Celina!"

Celina mengerem dengan sepatunya dan hampir terjatuh. Ia bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia hindari saat ini, musuh bebuyutannya di kantor.

"Minggir!" ucap Celina ketus dan bergerak menyamping hendak melewati gadis yang menghadangnya.

Namun gadis yang akrab dipanggil Ellen itu justru menghadang Celina dengan merentangkan kedua tangannya, membuat Celina mendengus kesal.

"Apa maumu?" Celina nampak sebal dengan kelakuan gadis yang satu ini.

Ellen hanya tersenyum nakal dan mendekatkan wajahnya ke depan wajah Celina.

"Aku cuma ingin tahu, bagaimana bisa kamu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa sementara kamu gagal tunangan dan ditipu habis-habisan sama calon tunangan kamu” ucap Ellen.

"Pergi dari hadapanku atau kau akan menyesal!" pungkas Celina dan mendorong bahu Ellen sampai sedikit terhuyung ke samping.

Celina terus melangkah tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Ellen yang masih berdiri memandang punggung Celina. Bahkan dia sampai melewati kantin yang hendak dia tuju. Begitu dia sadar, dia sudah berada di ruang santai untuk para karyawan.

Celina langsung merebahkan dirinya diatas kursi busa yang empuk. Tubuhnya lelah, pikirannya kusut, lagi lagi nafasnya tidak beraturan. Perasaanya campur aduk saat itu.

Dan tiba-tiba sekaleng minuman bersoda disodorkan ke arah wajahnya oleh tangan seseorang. Membuat Celina terkesiap.

"Farah..”

Farah adalah partner kerja Celina sekaligus teman yang paling dekat dengan dia di kantor. Mungkin karena Farah sebaya dengan Celina sehingga mereka bisa lebih mudah berinteraksi.

"Ngelamun apa sih?" ucap Farah sambil tersenyum

Celina hanya menggeleng dan menerima kaleng minuman yang disodorkan Farah dengan senyum kecil.

“Ellen?" Farah seperti bisa membaca pikiran Celina, meski pikiran yang dimaksud bukan hanya itu.

Celina memang sedang bingung memikirkan kenapa Ellen bisa tahu masalah pertunangannya yang gagal. Ia bahkan mengetahui masalah penipuan yang dilakukan oleh Dion padanya. Sementara ia tak pernah sekalipun menceritakan masalah itu pada siapapun.

“Bikin ulah apa lagi anak itu?” tanya Farah.

Celina memutuskan menceritakan masalah yang ia hadapi pada Farah. Meski awalnya ragu, ia merasa Farah bisa menjaga rahasianya itu. Sontak cerita menyedihkan itu membuat Farah ikut terkejut.

Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah, ternyata Andares dan Fero tengah berdiri di belakang mereka dan tanpa sengaja mendengarkan cerita itu tanpa sepengetahuan Celina.

“Nona Celina! Bisa ke ruangan saya sekarang?” seru Andares dari balik pungguh Celina.

Mendengar namanya disebut oleh suara yang mirip bosnya, membuat Celina dan Farah terperanjat. Celina terkejut mengetahui keberadaan Andares di belakangnya.

“Apa dia mendengarkan ceritaku tadi?” batin Celina.

Ia pun beranjak dan mengikuti Andares menuju ruangannya. Fero yang tadinya bersama bosnya pun, mengambil jalan lain sesuai perintah atasannya. Dia tidak ikut bersama dengan Andares dan Celina.

Selama perjalanan sampai tiba di ruangan Andares, perasaan Celina sangat gugup. Terlebih mereka hanya berdua di dalam ruangan itu.

“Nona Celina..”

“Panggil Celina saja, Pak!” ucap Celina sopan.

“Oke, Celina. Mengenai pertanyaan saya waktu itu, apa kamu sudah memikirkannya?” tanya Andares.

“Hah? Soal apa, Pak?”

“Mengenai tawaran untuk menjadi istri saya” jawab Andares.

Celina melongo hingga menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Bukankah ia hanya bercanda? Kenapa sekarang Andares membahasnya lagi.

“Jadi, Bapak serius?” tanya Celina.

Andares mendekat ke arahnya.

“Saya serius”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!