Pagi itu langit masih tak bersahabat dengan mentari, rintik hujan membuat semua orang risih dan enggan memulai kegiatan mereka. Sama seperti orang lain yang membenci hari seperti itu, Celina pun juga membencinya. Ia tidak ingin hari itu datang di hidupnya. Bukan karena hujan di pagi hari yang membuat semua orang kelabakan, melainkan hari itu adalah hari ketiga dimana Celina harus memberikan keputusannya.
Keputusan apakah dia harus mempertahankan rumahnya atau justru pergi dari rumah itu.
Tapi ia tak peduli lagi. Emosinya membuat Celina menjadi bebal dan tak mau menangis lagi. Ia memantapkan diri dan hati untuk menyerahkan rumahnya. Daripada ia mempertahankannya dan harus stres mencari uang satu milyar, ia lebih merelakan rumah itu.
“Kamu yakin, Cel?” tanya Melani.
Celina mengangguk. Air matanya sudah mengering setelah selama tiga hari ia memantapkan hatinya.
Tiba saatnya Adit dan rombongan anak buahnya datang untuk meminta rumah itu. Celina dan Melani mengatakan bahwa mereka akan mengosongkan rumah itu tiga hari lagi dan Adit pun menyetujuinya. Untung bagi Celina keputusannya tak membuat gaduh serta mempermalukan dirinya di depan para tetangga yang dari tadi melihatnya.
Setelah mereka menuliskan surat perjanjian dan menandatanganinya, Adit pun meninggalkan rumah itu. Dan ketika kakak beradik itu masih saling menguatkan, terdengar suara mobil memasuki halaman rumahnya.
Melani melongok ke luar lewat jendela untuk memastikan siapa yang datang. Tiba-tiba ia memanggil Celina dengan nada panik, karena Melani melihat Dion keluar dalam mobil itu.
“Cel! Dion!” seru Melani lirih.
Celina spontan beranjak dari tempat duduknya untuk keluar. Dan benar saja, ia melihat Dion sudah berada di depan pintu rumahnya, bersama seorang gadis.
“Mau apa lagi lo kesini?” hardik Melani ketus.
“Aku mau minta sesuatu dari Celina” jawab Dion santai.
“Aku mau kamu kosongkan rumah ini sekarang juga!” lanjutnya lagi sambil menghadap ke Celina.
Celina dan Melani tak habis pikir dengan pria itu. Dia tak datang di hari pertunangannya. Ia menipu dirinya dengan hutang-hutangnya, dan sekarang dia meminta rumah itu dikosongkan hari itu juga. Bahkan ia tidak ada hak sama sekali.
“Apa hak lo nyuruh-nyuruh kita?” teriak Melani emosi.
Dion tersenyum dengan lebar saat Melani menyebutkan hal itu.
“Karena aku adalah pemilik rumah ini” jawab Dion santai.
“Apa maksudmu?” tanya Celina.
Ternyata Dion masih melanjutkan penipuannya pada Celina. Dia bekerja sama dengan Adit yang ternyata adalah sekongkolannya. Mereka sengaja membuat cerita bahwa Dion berhutang padanya agar Celina bisa menyerahkan rumah itu.
Celina membuka mulutnya tak percaya. Bagaimana dia bisa begitu naif sampai dibodohi ketiga kalinya tanpa sadar sama sekali.
“Udah paham kan? Sekarang aku minta tinggalkan rumah ini!” teriak Dion kasar.
“Nggak usah teriak!” balas Melani keras.
Celina menahan kakaknya yang ingin menampar Dion. Perlahan dia mendekati Dion dan menamparnya dengan sangat keras.
“Akan kukosongkan hari ini, jadi pergi dari sini sekarang juga!” ucap Celina dingin.
Dion baru berjalan tiga langkah ketika Celina kembali mengatakan sesuatu yang memukulnya mentalitasnya.
“Apa pacar barumu tahu kalau kau pernah mencoba selingkuh dengan tante-tante?” kata Celina.
Sontak hal itu langsung membuat gadis yang bersama Dion mulai menatap pacarnya dengan tatapan tajam. Sementara Dion hanya mengumpat dan bergegas meninggalkan rumah itu.
Celina menghela napasnya panjang. Ia terduduk karena mendadak kakinya tak memiliki daya untuk menopang tubuhnya yang mungil.
“Kamu baik-baik saja, Cel?” tanya Melani.
“Iya, Kak. Ayo kita packing!” kata Celina lesu.
Di tengah-tengah memasukkan baju-bajunya dalam kardus, Celina mendapat sebuah telepon dari kantornya. Ia diminta masuk mulai besok karena akan ada tugas penting untuknya.
Setelah mengiyakan perintah itu, Celina langsung menutup teleponnya. Helaan napas panjang pun keluar dari mulut dan hidungnya.
Ia bahkan belum bisa bernapas lega selama mengambil cuti, tapi entah kenapa pekerjaan ini justru membuatnya sangat ingin melakukannya. Ia butuh sesuatu hal yang menyibukkan dirinya agar bisa segera melupakan semua hal buruk yang menimpanya.
“Kenapa, Cel?” tanya Melani.
“Aku besok disuruh masuk kerja. Kakak nginep aja di rumah tante Puspa, aku akan nginep di asrama kantor” kata Celina.
Melani hanya mengiyakan permintaan Celina. Mereka belum bisa mencari rumah kontrakan atau kos-kosan dalam waktu secepat itu. Mereka berdua sepakat bahwa ini adalah keputusan yang tepat untuk mereka.
***
Setelah meninggalkan rumah di pukul tujuh malam, Celina berpisah dengan Melani karena tujuan mereka berbeda. Celina sudah mendaftarkan dirinya untuk menginap sementara di asrama karyawan yang merupakan fasilitas dari kantornya.
Namun ternyata malam itu dia belum bisa langsung masuk ke asrama tersebut karena petugas yang membawa kuncinya sedang mengambil libur dan baru datang esok hari.
Celina mencoba mempertahankan stok kesabaran terakhir yang ia miliki. Ternyata hari sialnya belum berakhir sejak acara pertunangan itu.
Celina berpikir cepat untuk mencari tempat untuk tidur malam itu. Tubuhnya sudah mulai letih membawa koper dan tas besar yang berisi barang-barangnya. Itupun masih belum semuany ia bawa karena sebagian masih ia titipkan di rumah tetangganya.
Ketika dia hendak menyeberang jalan dan menuju ke sebuah minimarket, ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang dan hampir menabrak dirinya. Celina memang hanya terserempet badan mobil itu, tapi tubuhnya terjatuh cukup keras hingga semua barangnya berantakan di jalan.
Ia mencoba bangkit tetapi kakinya terkilir. Celina berteriak meminta tolong hingga akhirnya orang-orang di sekitar tempat itu langsung menghampirinya dan mencegat mobil itu agar berhenti dan tidak melarikan diri.
“Hei, turun!” seru warga yang menolong Celina.
Dari dalam mobil mewah itu keluar seorang laki-laki dari pintu kemudi. Orang itu menghampiri Celina dan berusaha membantunya. Tetapi mata Celina tertuju pada seseorang yang ada di kursi penumpang. Ia bisa melihat ada seorang pria yang duduk di belakang karena lampu dalam mobil menyala.
“Maafkan saya, Mbak! Apa Mbak tidak apa-apa?” tanya laki-laki itu sambil membantu merapikan barang-barang Celina.
“Iya, Mas. Saya tidak apa-apa” jawab Celina.
Tentu saja dia dia berbohong karena hari itu seolah semua kesialan di muka bumi dilimpahkan padanya. Mulai dari diusir dari rumahnya sendiri, sampai hampir tertabrak mobil. Ia juga belum tahu harus tidur di mana malam itu.
Tiba-tiba ia mempunyai ide untuk meminta tolong pada pria itu. Ia meminta kompensasi pada pengemudi mobil itu agar dia bisa menginap di hotel meski hanya satu malam. Dan iya yakin orang itu akan mengabulkan permintaannya karena semua warga yang ada di sana menatapnya dengan tajam.
Beruntungnya, meski pria itu memandangnya dengan tatapan aneh, ia mencoba bertanya pada seseorang yang ada di bangku penumpang. Celina membatin bahwa orang itu pasti atasan pengemudi itu. Sebab pengemudi itu terlihat seperti seorang sekretaris, bukan supir.
Setelah mendapatkan jawaban dari orang di kursi belakang itu, si pengemudi kembali menghampiri Celina dan mengatakan bahwa ia akan membawa Celina ke hotel tempat mereka menginap.
Celina cukup terkejut dengan jawaban itu. Ia hanya meminta uang kompensasi, tapi malah ditawari kamar hotel. Awalnya ia takut dan ragu, tapi pengemudi itu meyakinkannya bahwa ia bukan orang jahat.
Karena sudah terlalu lelah, kesakitan, dan semakin malam, akhirnya Celina menerima tawaran itu. Entah apa yang akan terjadi, setidaknya malam itu dia bisa merebahkan tubuhnya dan mengistirahatkan pikirannya.
Ditambah mulai besok ia sudah harus bekerja kembali. Ia harus segera fokus dan kembali menata hidupnya yang berantakan karena Dion.
Ia pun bergerak menuju mobil dengan dibantu oleh laki-laki itu. Celina pikir ia akan duduk di belakang, ternyata ia diminta duduk di kursi samping pengemudi. Celina berpikir orang seperti apa yang duduk di jok belakang itu sampai si pengemudi mengubah posisi kaca spion depan agar Celina tak bisa mengintip ke belakang.
Tapi Celina tak menggubris hal itu. Ia hanya ingin segera tidur karena hari itu adalah hari yang sangat berat baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments