Sepanjang jalan menuju hotel, Celina sama sekali tidak menoleh ke belakang. Mengintip pun ia tak berani. Tanpa melihat wajah orang di belakangnya, Celina bisa merasakan aura dingin dan mengintimidasi dari orang itu. Bahkan ia sempat berpikiran konyol bahwa yang di belakangnya adalah jasad orang yang sudah meninggal saking dinginnya.
Ketika sampai di hotel pun, ia tetap tak bisa melihat wajah orang tersebut. Karena begitu mobil berhenti, sang sekretaris langsung turun dan membukakan pintu untuknya. Pria itu juga dengan cepat berjalan ke dalam hotel sementara sang sekretaris mulai membantu Celina untuk turun dan membawa barang-barangnya.
“Mbak, saya antar sampai kamar” ucap laki-laki itu.
Celina hanya mengangguk sopan. Jalannya mulai pincang dan tertatih. Untungnya laki-laki itu memanggil orang lain yang nampak seperti bodyguard perempuan untuk membantunya memapah Celina.
Begitu sampai di kamarnya,Ce erebahkan tubuhnya di atas kasur hotel yang empuk. Meski tubuhnya makin terasa remuk, tapi ia masih menyempatkan diri mengagumi kamar hotel yang ia tempati malam itu.
Kamar yang cukup mewah hanya untuk dirinya yang bukan siapa-siapa. Terlebih dia hanya korban kecelakaan kecil, tapi kamar yang mereka berikan seperti kamar untuk tamu kenegaraan. Tiba-tiba ia merasa tidak enak karena sempat berpikiran buruk kepada orang yang menabraknya.
Entah jam berapa Celina mulai tertidur malam itu, tetapi ia sudah mulai terbangun walau langit masih gelap. Celina mengintip jam di ponselnya yang masih menunjukkan pukul empat subuh.
Ia mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Badannya masih terasa sakit dan letih. Untungnya semalam ia mendapat perawatan kecil dari pihak hotel yang diminta oleh si sekretaris, sehingga rasa sakit di kakinya mulai berkurang pagi ini.
Celina segera menyiapkan diri untuk berangkat bekerja seperti biasanya. Ia mengepak bekal dan memesan taksi online. Sebelum meninggalkan kamar hotel, dia mencoba mencari tahu posisi sekretaris itu, tapi ia tak menemukannya dimana pun. Akhirnya dia hanya meninggalkan sebuah surat yang ia titipkan di resepsionis. Ia harus berangkat pagi karena harus memasukkan barang-barangnya ke kamar asrama.
***
Celina adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan pengembang game terkenal di Indonesia. Perusahaan itu memiliki ribuan karyawan yang menggantungkan nasibnya sama seperti Celina.
Dan hari ini gadis yang memiliki nama lengkap Celina Indria Affandi itu, harus segera tiba di kantornya pada pukul delapan pagi karena bos barunya akan tiba dari Seoul, Korea. Celina harus mendampinginya untuk company tour di kantor barunya di Jakarta.
Tiiin
Suara klakson membuat Celina bergegas menuju ke luar rumah. Seseorang berbaju kasual menyapanya dari balik kemudi mobil yang berhenti tepat di depan gerbang rumah Celina.
"Kantor?" tanya pengemudi mobil tersebut singkat.
"Pas banget kamu datang, anterin, ya! Aku buru-buru banget udah telat" balas Celina sembari melempar senyum kecil yang manis dan sok imut.
Tanpa protes dan pikir panjang, orang di balik kemudi itu mengangguk disusul Celina yang masuk dan duduk di jok belakang.
"Ah, please, ini masih pagi, jangan bikin aku bad mood deh" kata si pengemudi sambil memasang wajah kecut karena dianggap supir.
Celina melempar tawa dan segera pindah ke jok depan. Dia tidak mau membuat Aksa semakin marah karena itu menakutkan.
Aksa adalah sahabat dekat Celina semenjak SMA. Bisa dibilang ia satu-satunya teman sekolah yang masih berhubungan baik hingga masuk dunia kerja.
Meski mereka dekat satu sama lain, namun tak jarang keduanya bertengkar layaknya pertemanan pada umumnya. Ketika masih sekolah, Aksa juga terkenal sangat protektif terhadap sahabatnya itu. Dimana ada Celina disitu ada Aksa. Bahkan pernah muncul rumor yang menyebut mereka berdua pacaran.
Saking dekatnya, Celina dengan Aksa, dia selalu memintanya mengantar dan menjemputnya saat bekerja, seperti hari itu.
"Kamu mau kemana sepagi ini?” tanya Celina.
"Aku mau ketemu klien untuk foto prewed, tapi mau isi bensin dulu soalnya agak jauh" jawab Aksa sambil memamerkan gaya menyetir satu tangan ala drama Korea. Saat ini Aksa memang menjadi fotografer freelance, menekuni hobinya sejak SMA.
"Kemana?" tanya Celina lagi, dia terus melirik jam bulat di tangannya yang jarum panjangnya mengarah ke angka tujuh.
"Bandung" jawab Aksa singkat.
"Whatt? Jauh banget. Terus tahu dari mana aku di sini?”
“Melani” jawabnya lagi.
Aksa memasuki area parkir di sebuah gedung berlantai dua puluh. Dia memberi isyarat pada Celina untuk segera keluar dari mobil.
"Nggak nganter sampai dalem?” tanya Celina sambil memasang wajah sok manja, lagi-lagi.
Aksa memandangnya dengan tatapan malas dan mengejek, lalu memberi Celina kode untuk segera masuk ke kantor dengan tangannya.
Celina hanya mengerucutkan bibirnya lalu menghilang di balik pintu kantornya sementara Aksa kembali menyetir mobil dengan gaya khasnya.
***
Pintu lift masih tertutup, dan angka diatasnya masih melaju menuju lantai tujuh belas, lantai dimana kantornya berada.
Ting
Pintu lift terbuka dan Celina bergegas keluar menuju ruangannya. Ia langsung menata berkas yang ia perlukan dan memeriksa catatan jadwal yang telah ia buat untuk bosnya nanti.
Jam kantor sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Semua karyawan sudah bersiap menyambut kedatangan bos baru yang sudah dibicarakan selama seminggu ini. Dan hal itu membuat semua karyawan sangat antusias, terutama karyawan perempuan, semuanya sudah membayangkan betapa tampannya bos baru mereka. Sebab tersebar rumor bahwa bos baru mereka adalah orang campuran Indonesia Korea yang memiliki visual dan otak yang luar biasa.
Dari rumor yang beredar, di masa mudanya, ia terkenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata, sehingga semua game yang ia mainkan selalu mencapai level akhir. Bahkan di tingkat sekolah menengah, dia sudah memenangkan penghargaan pembuat game terbaik di taraf internasional.
Celina termasuk salah satu dari karyawan perempuan yang antusias. Bahkan dia sengaja membeli parfum mahal demi terlihat sempurna di depan bosnya nanti. Apalagi dia bertugas menemaninya berkeliling kantor. Tidak lucu kalau dia sampai terlihat "tidak terurus".
Bahkan Celina tidak lagi memikirkan masalah pertunangannya atau rumahnya. Ia sangat ingin memberikan kesan pertama yang baik pada bosnya. Dalam pikiran Celina saat itu, dia hanya ingin kembali bangkit dan memperbaiki hidupnya.
Hingga saatnya tiba, semua karyawan berdiri dengan gugup di depan pintu utama gedung. Sebesar itu perusahaan pengembang game tempat Celina bekerja, sampai seluruh gedung berlantai dua puluh itu digunakan semua. Dia harus turun lagi ke lantai satu demi menyambut kedatangan bos barunya itu.
Tiba saatnya ada rombongan mobil mewah berhenti tepat di depan pintu utama gedung. Celina semakin gugup, jantungnya seakan ingin keluar ikut melihat bos baru yang ditunggu-tunggu.
Dan seorang pria berbaju rapi pun keluar dari pintu belakang sebuah mobil mewah dengan merk luar negeri, memakai jas berwarna burgundy dengan kancing yang tertutup dan kemeja warna hitam yang menambah kesan manis dan santai. Dia berjalan menuju arah barisan para karyawan yang berdiri saling berhadapan.
Seketika seluruh karyawan perempuan menahan senyum dan histeria mereka karena sesuai dugaan, bos yang datang itu sangat tampan. Dia mempunyai wajah khas aktor dan idol Korea, tapi tidak terlalu khas Asia Barat karena ada campuran darah Indonesia.
"Welcome to Indonesia Mr. Andares Park" sambut seorang karyawan perempuan yang maju selangkah seraya menyodorkan tangannya ke depan pria tersebut dan mengajaknya bersalaman.
"Thankyou, are you Miss Fiona?" tanya pria yang memiliki kelopak mata ganda itu.
Perempuan yang bernama Fiona itu sedikit terkejut karena bosnya mengetahui namanya. Ia menahan senyumnya sembari menjawab pertanyaannya.
"Yes, Mr. Andares.”
Lalu Fiona memanggil Celina dengan tatapannya dan dia langsung maju mendekat ke arah atasan dan bosnya. Fiona adalah salah satu mentor dan seniornya di kantor. Dia sangat mengagumi seniornya yang satu ini karena aura dan kepemimpinannya di kantor. Salah satu hal yang membuat Celina menyukainya adalah fakta bahwa ia lebih suka dipanggil dengan sebutan "kak" daripada "ibu". Sudah pasti alasannya sama dengan kebanyakan wanita lain.
"Ini Celina, staf kami yang akan membantu Anda untuk berkeliling melihat kantor hari ini. Dia akan membantu Anda selama beberapa hari" jelas Fiona singkat.
Celina menghela nafasnya yang sedari tadi sedikit tidak beraturan. Karena dia pikir harus sepenuhnya memakai bahasa Korea, sedangkan dia hanya paham dan bisa bicara sedikit saja. Ia menjadi lega setelah mendengar Fiona memakai bahasa Indonesia. Itu berarti bosnya bisa menggunakan bahasa Indonesia.
Namun pria yang bernama Andares Park itu sama sekali tak menggubris kehadirannya. Bahkan ia mengabaikan tangan Celina yang mengulur di udara dan ingin mengajaknya bersalaman.
"Baiklah, Celina! Bisakah kita mulai turnya sekarang?" tanya Andares dingin.
Celina mengangguk mengiyakan dan langsung mengarahkan bosnya ke arah lift eksekutif.
Saat menunggu lift, mata Celina tertuju pada postur Andares Park itu. Ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi Celina segera menyangkalnya karena itu tidak mungkin.
Akan tetapi begitu mereka bertiga masuk, ada seseorang yang berlari mengejar pintu lift yang hampir menutup. Celina tampak sangat terkejut, karena orang itu adalah orang yang menabrak Celina kemarin malam.
***
Di dalam lift yang melaju ke lantai lima belas, hanya ada Celina, Fiona, dan Andares Park yang bersama sekretaris pribadinya. Celina hanya diam karena bingung harus bagaimana. Ia tidak menyangka bahwa orang yang menabraknya adalah bosnya sendiri.
Sementara itu, Fiona terus menyodoknya dengan siku, memberi isyarat agar Celina memulai percakapan agar tidak canggung.
Dan ketika Celina masih bingung merangkai kalimat, pintu lift terbuka dan Fiona meluncur keluar karena ruangannya memang berada di lantai itu.
Pintu lift kembali menutup, kali ini melesat menuju lantai dua puluh, lantai di mana kantor Andares berada. Suasana kembali hening karena hanya ada tiga orang sekarang.
Tiba-tiba Andares berbalik dan bertanya padanya.
“Apa kakimu sudah sembuh?” tanya Andares.
Sontak Celina terkejut dengan pergerakan Andares yang begitu mendadak. Ia hanya menjawab sekedarnya agar orang itu kembali berbalik menghadap ke depan.
Beberapa saat setelahnya, keheningan mulai muncul lagi di dalam lift. Hingga akhirnya suara ponsel Andares memecahkan keheningan itu.
“Halo!”
Andares tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu, bahkan sampai menutup teleponnya. Dia hanya diam hingga pintu lift terbuka di lantai dua puluh.
Andares berjalan ke kantornya diikuti Celina yang mengekor di belakangnya. Tetapi secara tiba-tiba Andares menghentikan langkahnya tanpa aba-aba. Celina yang berjalan cepat pun terpaksa menubruknya karena telat mengerem.
“Ma..maaf, Pak” ucap Celina.
Andares berbalik dan menatap Celina yang mulai gugup.
“Nona Celina, apa kau mau menjadi istriku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments