Menikahi Tuan Muda Lumpuh
"Haruka, dengarkan Ayah. Kamu harus menikah, tidak ada penolakan!"
Haruka mengepalkan kedua tangannya, mendesah, menatap tajam ke arah gadis kurus yang memegang lengan pria tua itu dengan gelisah.
"Soma Haruka, di mana sopan santunmu? Beginikah sikapmu kepada ayahmu?!" Soma Kenta teramat geram, tanpa sadar telah mencengkram kerah kemeja Haruka.
"Sopan santun? Untuk seorang ayah yang mencampakkan putrinya sendiri demi gundik dan anak haramnya, Ayah bilang apa tadi!? Sopan santun!?"
Soma Kenta terdiam seribu bahasa, dia terkejut, tidak menyangka tatapan buas dan haus darah itu dipancarkan oleh putri yang ia sisihkan ke distrik kumuh. Kenta berpikir kalau Haruka akan berakhir menjadi wanita penurut dan penakut karena lingkungan sekitarnya keras, Kenta tidak menyangka kalau Haruka bisa beradaptasi.
"Ka-kamu ..."
Soma Kenta tergagap, secara alami melemaskan cengkramannya.
"Kakak, bagaimana bisa kamu berkata kasar seperti itu kepada ayah!?" Gadis yang menggelayuti lengan Kenta angkat bicara.
Gadis itu adalah saudari tiri Haruka, Soma Hanah, dua tahun lebih muda. Nada bicara gadis itu yang dibuat-buat agar menggemaskan membuat gendang telinga Haru menjadi panas, ingin rasanya melemparkan bunga beserta dengan potnya ke rambut pirang Hana yang tidak murni, terlebih Soma Hanah adalah penyebab semua ini bisa terjadi.
Haruka masih mengingatnya dengan jelas, meskipun saat itu dia baru berusia lima tahun, kenangan itu tak terlupakan, terlalu buruk hingga kerap muncul di dalam mimpi.
Soma Kenta berselingkuh saat ibu Haruka mulai jatuh sakit-sakitan.
Hal yang paling membuat ibunya sakit hati adalah penampakan terakhir suaminya yang ia lihat adalah sosok Soma Kenta yang tengah menggandeng gundik dan putri haramnya dalam tawa bahagia.
Pada akhirnya ibu Haruka wafat akibat stres dan depresi yang merangsang penyakit-penyakit di dalam tubuhnya.
"Istri yang menemanimu di masa susah engkau cabik-cabik hatinya sampai tutup usia. Putri kandung yang baru berusia lima tahun engkau singkirkan ke distrik kumuh bersama dengan ibu mertua yang dulu dengan senang hati memberimu hartanya yang tersisa untuk modal usaha. Lalu sekarang?!"
Haruka meledak, seorang gadis yang dulu merampas keluarganya kini datang dengan permintaan tidak masuk akal. Tunangan Soma Hanah mengalami kecelakaan mobil yang membuat kakinya lumpuh dan ia tergeser dari kursi ahli waris keluarga besar Yon.
Calon menantu keluarga Soma yang luar biasa tiba-tiba menjadi lumpuh tak berguna. Tidak mungkin Soma Kenta yang sangat menyayangi putri haram itu tega melihatnya menderita. Namun, tidak mungkin juga baginya untuk menyinggung keluarga besar Yon yang berkuasa.
Karena itu mereka datang ke tempat kumuh yang membuat jijik ini untuk membawa pulang Soma Haruka, sebagai tumbal bagi perjanjian lama antara kedua keluarga.
"******! Siapa yang mengajarkanmu bicara seperti itu padaku!?"
Soma Kenta naik pitam, tanpa berpikir ia mengangkat tangannya hendak menampar Haruka. Namun, tangannya terhenti di tengah jalan. Soma Haruka mencengkram tangannya.
Soma Kenta berusaha untuk menepisnya, tapi tenaga Haruka lebih besar dari yang terlihat, padahal dia hanya seorang gadis muda.
"Pak, apakah bapak tahu kalau distrik kumuh memiliki hukum mereka sendiri? Apakah sekarang bapak ingin kita berdiskusi seperti orang-orang dari distrik terbuang lakukan?"
"Hentikan Haruka!" Sarah Lan, ibu tiri Haruka, masuk ke dalam apartemen. Penampilannya yang glamor tidak cocok dengan tempatnya memijak, laksana cincin permata yang ditaruh di apartemen tua dengan dinding yang retak.
Sarah Lan tidak ingin berlama-lama di sini, bahkan untuk sekedar masuk pun, ia awalnya enggan. Namun, situasi menjadi tak terkendali dan jika tidak dihentikan hanya akan berlarut-larut, itu sebabnya ia bertindak, meski harus membuang sepatunya setelah ini.
"Soma Haruka, bagaimana bisa kamu menyakiti ayahmu? Dia tidak bisa melihatmu selama bertahun-tahun karena kesibukannya, dia benar-benar merindukanmu. Saat malam ayahmu sering berbisik di telingaku, betapa khawatirnya ia denganmu. Haruka, kamu tidak bisa begitu saja menelan omongan nenekmu dan salah paham dengan ayahmu."
Haruka merasa jijik mendengar muslihat dusta Sarah Lan. Ada banyak umpatan yang ingin mulutnya keluarkan, tetapi tangannya bergerak terlebih dahulu. Satu tamparan mendarat di pipi Sarah Lan, suara benturan yang memuaskan menciptakan keheningan singkat di antara mereka.
"Sarah Lan, jangan menampakkan hidungmu di depanku. Apa kamu pikir aku bodoh? Mana mungkin aku akan percaya dengan omong kosong di luar nalar seperti itu. Orang asing sepertimu harusnya tutup mulut saja, kalau bertingkah congormu itu bisa aku cabut."
Sarah Lan menggigit bibir menahan benci; Haruka tersenyum lebar melihatnya.
"Kakak, bagaimana bisa kamu melakukan ini?" Soma Hanah melebarkan matanya tidak percaya, ia berpindah, memeluk Sarah Lan menenangkannya. "Ibu dan ayah adalah orang tua kita, bahkan jika Kakak punya alasan, melakukan kekerasan tidak dapat dibenarkan!"
"Benar, teruslah berpura-pura baik. Tidak cukup menjadi anak haram, sekarang kamu juga menjadi munafik? Soma Hanah, apa yang aku katakan pada ibumu juga berlaku kepadamu, tutup mulutmu!"
Wajah Hanah merah padam, alisnya hampir menyatu. Gara-gara stigma buruk yang ibunya punya sebagai istri simpanan, Hanah pun mewarisi stigma negatif yang membuatnya dipandang rendah oleh orang lain. Hanah sudah menjilat ke sana sini dan bermain peran sebagai gadis polos yang baik hati, tapi tetap mustahil untuk menghapus julukan sial 'Anak Haram' itu.
Sama halnya dengan Hanah, Sarah Lan pun memendam amarah. Jika saja bukan karena mereka sangat membutuhkan Haruka saat ini, Sarah pasti sudah membalas apa yang Haruka lakukan berkali-kali lipat dari tamparan di wajah.
Soma Kenta juga hanya bisa menahan kebenciannya, Kenta tidak menyukai cara Haruka memamerkan taringnya hanya karena posisinya cukup menguntungkan di sini. "Lihatlah kelakuanmu ini, kamu sama sekali tidak terlihat seperti seorang Soma, tidak terlihat seperti putriku!"
"Pak, aku juga tidak ingin punya ayah seperti bapak."
Suara dingin Haruka membuat semua orang bergidik merinding, senyum palsu yang ia lemparkan sudah cukup untuk mewakili betapa besar dendam yang ia pikul di punggungnya. Haruka bukan gadis yang bisa dibujuk oleh kata-kata.
"En-entah apapun, aku tetap ayahmu. Kamu harus mematuhi kata-kataku. Lagipula kamu sudah tidak lagi bersekolah, kemasi barangmu, kamu akan menikah dalam dua hari!"
Suasana menjadi bisu tanpa suara, Haruka hanya diam; menatap kosong ke luar jendela.
Situasi dingin itu membuat Kenta tidak sabaran, dia berpikir untuk mengakhirinya untuk saat ini, kemudian memikirkan cara agar Haruka mau menikahi Daniel Yon yang lumpuh itu setelah pulang. Cara terbaik yang terpikir dalam kepalanya adalah dengan mengancam Hanah menggunakan neneknya.
"Haru— "Baiklah," potong Haruka.
"Apa katamu?" Soma Kenta, Hanah, dan Sarah Lan, ketiganya terkejut. Mereka pikir perjalanan mereka ke sini menjadi sia-sia, terlebih sejak awal Haruka menunjukkan penolakan yang agresif tanpa celah. Namun, sekarang dia malah menerimanya begitu saja.
Soma Hanah memutar kepalanya, mencoba untuk mengerti, tetapi sekeras apapun ia memikirkannya, tidak ada untungnya menikahi orang lumpuh itu.
"Aku akan menikahinya, tetapi tolong penuhi dulu permintaanku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Tiwi
.
2024-07-08
0
𝐈𝐬𝐭𝐲
baca bab awal aja udah agak emosi nih
2023-04-02
2
Perantau Tua
waduh... minta digenjreng ini mah wkwk
2023-02-24
1