Haruka menghampiri Daniel, mengulurkan tangan padanya dan berkata, "Saya Soma Haruka, perempuan yang menjadi pengantin Anda."
Bibir Daniel bergetar menahan air yang saat ini telah menggenang di sudut matanya. Daniel memalingkan wajahnya tidak mampu menghadapi Haruka yang tersenyum begitu polos.
"Aku tidak membutuhkan seorang istri," ucap Daniel datar. Pria berumur dua puluh tujuh tahun itu merasa tidak tega dengan Haruka yang jauh lebih muda darinya.
Dari sudut pandang Daniel, Haruka hanyalah gadis polos yang dibesarkan di pedesaan dengan neneknya. Haruka hanya sekolah sampai SMA dan sebelumnya bekerja sebagai penjual ikan di pasar tradisional. Seperti itulah informasi yang diberikan kepada Daniel oleh keluarganya.
Soma Haruka tertawa mendengar ucapan Daniel. Haruka berjalan ke samping, duduk di sofa dimana arah mata Daniel menyorot. Haruka mengangkat satu kakinya, menatap Daniel dengan mata yang sama matinya.
"Sepertinya Anda salah paham, Tuan Yon. Saya tidak dijual oleh keluarga Saya, melainkan Saya yang menjual diri Saya sendiri."
"Kamu? Apa maksudnya itu?" Mata mati Daniel Yon berkilat kemerahan, nada suara yang semula datar kini bergoncang dengan kebingungan. Ribuan tanda tanya masuk ke dalam otaknya, tetapi Daniel tidak mendapatkan satu jawabanpun. "Apalagi yang bisa diambil dari orang lumpuh sepertiku?" batinnya.
Tatapan Daniel begitu mengharap jawaban dari Haruka, tetapi Haru tidak ingin memberi penjelasan. "Sejujurnya Saya tidak mengerti, bagaimana caranya keluarga Yon bisa membuat benda ini tanpa kehadiran Anda maupun Saya. Apakah ini kekuatan koneksi atau malah uang?" Haruka mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya, kemudian memberikannya kepada Daniel.
"Ini..."
"Benar, itu surat nikah dan secara hukum kita berdua saat ini adalah pasangan suami istri." Haruka memotong.
Daniel Yon menggigit bibir kemudian menjadi tenang kembali. "Seperti yang Anda lihat, pendapat kita sama sekali tidak diperlukan dan karena sudah seperti ini, ada baiknya Anda dan Saya mendiskusikan tentang masa depan." Haruka memberi masukan.
Daniel tertunduk diam dan Haruka menunggunya dengan sabar. Setelah berpikir cukup lama, Daniel mengambil kartu dari laci di sebelah dan menyerahkannya kepada Haruka.
"Apa ini?" tanya Haruka berpura-pura bodoh.
"Itu kartu cadanganku," ujar Daniel.
Haruka kembali memasang wajah bodoh seolah-olah tidak mengerti mengapa Daniel memberinya benda itu. Sementara di dalam Haruka merasa senang melihat wajah malu Daniel, membuatnya candu untuk menggoda. "Setidaknya hatinya tidak benar-benar mati, pernikahan ini jauh lebih baik daripada yang aku duga," batin Haruka.
"Tidak sepertimu, aku tidak lagi memiliki masa depan. Jadi, diskusikan sendiri bagaimana kamu akan hidup kedepannya dan gunakan saja uang itu sesukamu."
"Bagaimana jika Saya menghabiskannya?" Melihat raut wajah Daniel yang kembali muram membuat Haruka ingin menggodanya lagi, tetapi kali ini ia tidak berhasil. Daniel hanya diam, dia tidak ingin mengulangi perkataannya.
Haru menatap kartu hitam itu cukup lama, ia mengingat kembali tentang keuangannya yang sekarat. Haru memberikan semua uang yang ia dapatkan dari ayahnya untuk dana pensiun sang nenek yang telah merawatnya. Satu-satunya yang ada di kantongnya saat ini hanyalah selembar uang kertas senilai lima puluh ribu rupiah, uang keberuntungan dengan nomor yang cantik.
Pada akhirnya semuanya tentang uang. Haru mungkin bisa tenang untuk sekarang, tetapi di masa depan ia mungkin membutuhkan lebih banyak uang untuk melakukan ini dan itu. "Aku harus memikirkan cara untuk membuat uang dari Daniel ini berlipat ganda," batin Haru.
Haru terlalu fokus dalam dunianya sendiri, tanpa ia sadari kalau Daniel memperhatikannya dengan sangat antusias. Daniel mengakui kalau Haruka jauh lebih cantik dari Hanah, meskipun Haru tidak berdandan, rona kecantikannya tetap bersinar begitu terang. "Aku merasa sangat berdosa, gadis yang dulu diasingkan dan hidup dalam kemiskinan kini malah terjebak sebagai pengasuh pria lumpuh tidak berguna. Dia adalah mawar yang indah dan aku adalah durinya." Daniel berputus asa.
Ketika Haru mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu, Daniel yang malu segera membuang muka. Haru sudah memiliki sedikit gambaran tentang apa yang akan ia lakukan dengan uang itu, tetapi ia merasa tidak nyaman, jika ia mengambil kartu ini sekarang, rasanya ia seperti sedang memanfaatkan Daniel.
Jari-jari Haruka yang ramping menyentuh lengan kurus Daniel memberikan kembali kartu itu kepadanya. "Apa maksudnya ini?" tanya Daniel. "Jika Saya menerima ini, Saya hanya akan dihantui rasa bersalah, tolong terima kembali," jelas Haruka.
Daniel melebarkan matanya, "Bukankah ini yang kamu inginkan?" Daniel bertanya.
"Anda benar, saat ini Saya membutuhkan uang, tetapi bukan seperti ini," jawab Haruka.
"Lalu apa yang kamu inginkan?" tanya Daniel lagi.
"Saya tertarik melakukan investasi akhir-akhir ini. Tolong pinjamkan Saya uang dan jika Saya menghasilkan keuntungan dari uang itu, Saya akan membaginya lima puluh persen dengan Anda, bagaimana?"
Haruka terlalu berterus terang dan Daniel menyukainya. Sikap lugas Haru membuat Daniel teringat dengan Hanah, mereka berdua bersaudari, tetapi sifat keduanya saling bertolak satu sama lain. "Jika itu Hanah, pasti dia akan menggunakan kode-kode menyebalkan yang membuat sakit kepala." Daniel membatin.
Haruka membuatnya senang, Daniel berbalik, memutar kursi rodanya dan mengambil sesuatu di laci meja kerja. "Seratus miliar rupiah apakah baik-baik saja?" tanya Daniel membuat Haruka bergidik.
Daniel menandatangani ceknya kemudian memberikannya kepada Haruka. "Ambil uangnya, jika terjadi masalah, lemparkan saja surat sial (surat nikah) itu kewajah mereka. Jangan mengganguku lebih dari ini," kata Daniel, menetapkan batasan.
"Saya menolak. Kita berdua pasangan suami istri sekarang, apa yang akan dikatakan orang lain jika kita tidak bersama?" Haruka menggoda Daniel kembali, sukses membuat pria itu tertunduk memijat kening. Haruka tertawa kecil melihatnya.
Tok Tok Tok
Seorang pelayan dengan hati-hati mengetuk pintu. Haruka menatap Daniel, tetapi pria itu malah membuang muka. Haruka menghembuskan napas berat, tersenyum kemudian mengangkat suara, "Masuk!"
Pelayan itu membuka pintu dan melihat nyonya barunya yang anggun duduk di atas ranjang tanpa terganggu dengan aura gelap Tuan-nya. Pelayan itu terkejut dan langsung menurunkan pandangannya. "Selamat pagi Tuan, Nyonya. Pihak sekolah tadi menelepon, berkata kalau Tuan Darel membuat masalah lagi di sekolah. Pihak Sekolah meminta untuk bertemu dengan keluarganya," lapor pelayan itu.
Daniel menghembuskan napasnya. Meski Daniel tidak mengatakan apa-apa, melihat kerutan di dahinya membuat Haruka mengerti kalau kejadian seperti ini bukan satu atau dua kali terjadi.
"Yang lain semuanya sibuk, kan?" tanya Daniel, pelayan itu mengangguk. Napas berat kembali Daniel hembuskan dan ketika ia memutar kepala, Haruka terlihat di matanya.
Daniel menatap dalam ke arah Haruka, membuat gadis itu tersenyum kecut menahan kesal. "Aku yang akan pergi," kata Haruka.
Pelayan itu segera membungkuk dan keluar dari ruangan itu untuk segera menyiapkan mobil. Ketika Haruka melangkah hendak keluar, Daniel buka suara. "Satu juta. Jika kamu bisa menyelesaikan masalah adikku, aku akan membayarmu satu juta dolar," kata Daniel membuat Haruka kembali bersemangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Perantau Tua
Haruka : Menggoda~
2023-02-24
3