System Lady Rich
Tik... Tok... Tik... Tok... Tik... Tok…
Dentingan suara jarum jam saling berlomba bersahutan. Suara gemuruh petir dan kilat saling menyambar seolah berlomba menunjukkan siapa yang lebih handal dalam menyertai hujan.
Laura duduk di kursi makan dengan memandang beberapa hidangan makanan yang telah disiapkannya untuk makan malam bersama dengan suaminya. Kini semua makanan itu menjadi dingin setelah beberapa jam berlalu.
“Kenapa Mas Arsen belum pulang juga? Harusnya jam segini dia sudah berada di rumah,” ucap Laura sambil menatap jam yang tergantung di dinding.
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dengan kerasnya dan masuklah Arsenio ke dalam rumah dengan membawa box yang bertuliskan ‘PS5’.
Laura segera berjalan mendekati suaminya sambil berkata,
“Baru pulang Mas?”
Arsenio meletakkan payungnya yang masih basah di sudut ruangan dan melepaskan sepatunya sambil berdiri sehingga sepatunya berserakan ke lain arah. Kemudian dia berjalan masuk dan menjawab pertanyaan istrinya dengan bergumam,
"Mmm…."
Dengan helaan nafas beratnya, Laura segera merapikan sepatu suaminya yang berserakan.
Sampai kapan dia akan seperti ini? Mirip sekali dengan bocah yang baru pulang sekolah, Laura berkata dalam hatinya seraya menghela nafasnya kembali.
Dia berjalan masuk untuk memeriksa makanannya yang sekiranya butuh dihangatkan kembali.
Namun, dia kembali menghela nafasnya ketika melihat suaminya kini sedang sibuk dengan sesuatu.
Arsenio duduk di depan televisi dengan beralaskan karpet dan sibuk merangkai benda yang dikeluarkannya dari box yang dibawanya tadi.
Kedua tangan Laura mengepal dengan erat dan dia mengeratkan gigi atas dan bawah untuk menahan emosinya yang akan meluap ketika melihat apa yang dilakukan suaminya.
Arsenio masih memakai baju kerjanya yang setengah basah dengan lengan ditekuk dan dasi yang dilepas ke sembarang arah, kini sedang sibuk mengeluarkan barang dari box yang bertuliskan 'PS5' tadi.
Nafas Laura memburu dan dadanya naik turun melihat apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Sekuat tenaga dia menahan amarahnya yang dirasanya akan meletup-letup saat itu juga.
Merasa ada yang memperhatikannya, Arsenio melihat ke arah istrinya sambil berkata,
"Kenapa kamu berdiri di situ? Ke sini lah. Lihatlah ini. Aku mendapatkan ini dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya. Pemiliknya baru membeli ini seminggu yang lalu. Dan dia sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya, jadi dia menjualnya padaku. Masih sangat bagus kan? Sayang sekali jika aku tidak membelinya."
Mendengar perkataan dari suaminya yang merasa sangat tidak bersalah itu, dengan langkah ringannya Laura mendekati suaminya dan berkata,
"Murah katamu Mas? Apa Mas tidak sadar jika uang untuk membeli barang yang tidak berguna ini bisa membantu biaya operasi Ibu yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit? Kemarin Mas bilang jika tidak ada uang untuk membantu biaya operasi Ibu, tapi apa? Ini bahkan bisa untuk membiayai operasi Ibu saat ini juga."
Seketika mata Arsenio terbelalak. Dia lupa jika ibu mertuanya sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi penyakitnya.
"Maaf, aku lupa. Aku memang sedang tidak memiliki uang saat ini. Kamu tau sendiri, kemarin aku melunasi sisa cicilan rumah yang kita tempati ini. Dan ini aku pinjam dari uang tabungan untuk anak kita kelak," tukas Arsenio lirih dan tersenyum kaku pada istrinya.
Sontak saja Laura meraih bantal sofa yang ada di dekatnya dan memukulkannya pada suaminya itu.
Berkali-kali Laura memukulkan bantal sofa itu pada tubuh suaminya dengan sangat kuat untuk melampiaskan semua kekecewaannya dan kemarahannya pada suaminya seraya berkata,
"Kurang ajar kamu Mas! Bisa-bisanya kamu sentuh tabungan untuk anak kita! Kita sudah berjanji untuk tidak menyentuh uang itu sampai kapan pun!"
Tangan Arsenio berusaha menangkis setiap pukulan yang diberikan oleh istrinya. Dia berusaha melindungi dirinya dari amukan istrinya.
"Aku hanya meminjamnya saja. Aku akan menggantinya. Aku pasti menggantinya. Percaya padaku," ucap Arsenio di sela pukulan istrinya yang berusaha mengenai tubuhnya.
Setelah beberapa saat Laura memukuli suaminya dengan bantal sofa, dia menghentikan pukulannya.
Nafas Laura terengah-engah dan dadanya bergerak naik turun seirama dengan nafasnya yang memburu.
Laura melempar bantal sofa tersebut hingga mengenai suaminya dan berkata,
"Kembalikan barang itu sekarang juga dan minta kembali uangnya!"
Laura membalikkan badannya dan berjalan dengan amarahnya yang menggebu menuju kamarnya.
Blam!
Pintu kamar tersebut ditutup dengan kerasnya oleh Laura. Sepertinya semua amarahnya dilampiaskan olehnya pada pintu kamar tersebut.
Sontak saja Arsenio berjingkat kaget mendengar suara pintu yang ditutup sangat keras itu.
Dia mengusap lembut dadanya seraya menghela nafasnya berkali-kali untuk menetralkan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang karena kaget mendengar suara pintu tersebut.
Pandangan mata Arsenio beralih pada konsol game yang baru saja dibelinya. Dia kembali menghela nafasnya dan berkata,
"Bagaimana ini? Aku sangat menginginkannya. Sayang sekali jika aku harus menjualnya."
Dia memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk mengamankan konsol game idamannya yang paling terbaru itu dan untuk meredakan amarah istrinya.
Merasa sangat tidak nyaman dengan bajunya yang setengah basah, dia beranjak dari duduknya dan menatap tidak tega pada konsol game-nya seraya berkata,
"Lebih baik aku mandi dulu, setelah itu aku akan memikirkan bagaimana baiknya."
Dibukanya perlahan handle pintu kamarnya. Sayangnya, pintu tersebut terkunci dari dalam.
Dia kembali menghela nafasnya seraya berkata,
"Mampus! Alamat tidur di luar aku malam ini."
Dengan langkah beratnya dia meninggalkan depan kamarnya dan berjalan menuju tempat laundry untuk mengambil pakaian yang belum disetrika oleh istrinya.
Terpaksa untuk kali ini dia mandi di kamar mandi yang ada di luar kamar mereka. Pikirannya tidak tenang, dia masih mencari cara untuk menyelamatkan konsol game-nya itu dan juga meredakan amarah istrinya.
Setelah keluar dari dalam kamar mandi, dia merasa sangat lapar. Dibukanya tudung saji yang menutup di atas meja makan.
"Semuanya masih utuh. Sepertinya dia masih belum makan. Pasti dia menungguku untuk makan bersama," ucap Arsenio yang menatap lapar pada semua hidangan makanan yang tersedia di meja makan tersebut.
Kruuuk… kruuuk…
Terdengar suara perut Arsenio yang menginginkan untuk segera diisi.
Tangannya memegang perutnya yang merasa sudah sangat lapar. Dia mengalihkan perhatiannya dari semua makanan tersebut dan memandang pintu kamarnya. Kemudian dia berkata,
"Lebih baik aku ajak dia makan sekarang. Pasti dia juga sangat kelaparan."
Dengan ragu-ragu dia mengetuk pintu kamarnya seraya berkata,
"Sayang… kita makan sekarang. Kamu pasti sangat lapar. Aku juga sangat lapar sekarang. Keluarlah dulu, kita makan bersama sekarang."
Di dalam kamar, Laura mendengar perkataan suaminya di sela ketukan pintunya. Dia memegang perutnya yang sudah sangat lapar sejak tadi. Kemudian dia berkata,
"Baiklah Laura, kita makan terlebih dahulu. Marah juga perlu tenaga. Lebih baik mengisi perut dahulu dan selesaikan masalah itu setelahnya."
Laura beranjak dari tidurnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
Ceklek!
Terlihat senyum Arsenio yang dibuat semanis mungkin untuk menaklukan hati istrinya.
Laura menatap sinis pada suaminya itu dan berkata,
"Apa? Aku hanya mau memakan masakan yang sudah aku masak dengan susah payah."
Seketika senyum Arsenio memudar dan dia berjalan di belakang istrinya menuju ruang makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Eni pua
Semangat kak
bikin greget 🤭 sama suaminya
2023-04-10
3
✨¥ulia∆rz
suaminya Laura emang bikin gemes pengen nonjok 😂🙏
Laura nikah ama bocah kek nya...
2023-04-10
3
✨¥ulia∆rz
walaupun gak sopan tapi ku acungi jempol lah neng😂😂😂
biar mikir laki kek gitu
2023-04-10
3