Bab 4 : Misi kedua

"Misi kedua adalah mengantarkan makan siang pada suami," gumam Laura ketika membaca misi yang tertera pada panel tersebut.

Laura menghela nafasnya. Rasanya berat sekali misi kali ini. Dia teringat akan pekerjaan yang mengharuskannya untuk berada di luar kota.

 Tring!

Suara notifikasi dari ponselnya membuat Laura tersadar dari lamunannya.

Segera diambil ponsel tersebut dari sakunya. Dahinya mengkerut melihat notifikasi pada layar ponselnya yang berasal dari m-banking nya.

"Dua juta rupiah?" celetuk Laura ketika melihat ada uang masuk pada rekeningnya senilai dua juta rupiah.

Laura kembali melihat ke arah panel yang masih terlihat olehnya. Di bawah misi yang akan dijalankannya besok, tertera nominal hadiah yang akan diterimanya setelah berhasil menjalankan misi tersebut.

"Empat juta rupiah?" gumam Laura seraya melihat kembali pada layar ponselnya.

"Jadi, uang ini hadiah dari misi pertama. Astaga… aku lupa jika memang setiap misi akan diberi hadiah dua juta rupiah dan akan ada bonus untuk setiap misi yang mempunyai tingkat kesulitan tertentu," gumam Laura kembali yang teringat akan ketentuan dari hadiah dari misinya.

Laura kembali melihat ke arah panel tersebut. Dia merasa heran karena hadiah kali ini senilai dua kali lipat dari hadiah sebelumnya.

Ternyata di bawah tulisan misi tersebut tertera ketentuannya. Jika dilakukan pada saat jam makan siang dan tidak terlambat, maka dia akan mendapatkan uang senilai empat juta rupiah.

Sedangkan jika dilakukan melewati jam makan siang, maka dia akan mendapatkan hadiah senilai dua juta rupiah dengan syarat tidak boleh terlambat lebih dari tiga puluh menit.

Laura kembali menghela nafasnya. Dia memejamkan matanya sekejap untuk meyakinkan dirinya bahwa dia bisa melakukannya.

Ayo Laura, kamu bisa. Kamu harus bisa. Lakukan semuanya agar cepat selesai dan terbebas dari hutang, serta bebas dari semua misi yang diberikan oleh benda itu, Laura berkata dalam hatinya.

"Sayang, mana minuman hangat ku?" seru Arsenio dari dalam kamarnya.

Laura mendengus kesal mendengar suaminya yang selalu saja menyuruh-nyuruh dirinya untuk melakukan semua yang dimintanya.

Namun, semua tetap saja dilakukannya. Kini dia membawa tray yang terdapat dua gelas minuman hangat menuju kamarnya.

Terlihat Arsenio yang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih sedikit basah. Dan pinggangnya masih terlilit handuk besar yang berwarna putih.

Laura meletakkan tray yang dibawanya di atas meja yang ada di dalam kamar tersebut seraya berkata,

"Ini minumannya Mas."

Arsenio menatap Laura sedari tadi dia masuk ke dalam kamar itu. Jujur saja, dia masih heran dengan perubahan sikap istrinya. Dalam hatinya berkata,

Apa dia sudah tidak marah padaku tentang kematian ibunya? Tapi, kenapa secepat itu? Apa dia sadar jika kematian ibunya bukan kesalahanku?

"Mas, kenapa diam? Ini minumannya cepat diminum, nanti keburu dingin," ucap Laura yang sudah duduk di sofa sambil memegang gelas miliknya.

Arsenio pun segera memakai kaos yang ada di tangannya dan berjalan ke arah istrinya. Dia duduk di dekat istrinya sambil menikmati minuman hangat yang dibuat oleh Laura.

Laura tidak banyak bicara, dia hanya menikmati minumannya dan setelah itu dia bersiap untuk tidur. 

Tentu saja dia masih marah pada suaminya. Ibunya meninggal karena keegoisan suaminya dan saat-saat dia sangat membutuhkan suaminya, Arsenio tidak ada bersamanya. Bahkan suaminya itu tidak mengetahui jika ibu mertuanya sudah meninggal dunia.

Tanpa berkata-kata, Laura beranjak dari duduknya setelah meletakkan gelas tersebut di atas meja yang ada di hadapannya.

"Mau ke mana?" tanya Arsenio yang kaget melihat istrinya beranjak dari duduknya.

"Aku lelah. Aku akan tidur sekarang. Jika kamu lapar, makanlah, aku sudah menyediakan semuanya di meja makan," jawab Laura sembari merebahkan tubuhnya di ranjang.

Setelah dia sadar dari mabuknya, dia tidak berani memerintah istrinya. Dia takut jika istrinya akan kembali marah padanya.

Tiba-tiba perutnya berbunyi. Tangan Arsenio mengusap perutnya agar tidak berbunyi kembali.

Dia menatap ke arah istrinya yang sudah memejamkan matanya. Helaan nafas Arsenio terdengar sangat berat. Hingga kakinya pun sangat berat meninggalkan kamar tersebut menuju meja makan.

Laura membuka matanya setelah mendengar suara pintu kamar tersebut ditutup. Dia yakin jika suaminya keluar dari kamar tersebut.

Jujur saja, jika dia melihat suaminya, dia teringat akan ibunya. Dadanya terasa sesak membayangkan ibunya yang kesakitan saat itu 

Seandainya…. Seandainya aku… , Laura tidak dapat melanjutkan perkataannya meskipun dia mengatakannya dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, Arsenio kembali ke dalam kamarnya. Laura kembali berpura-pura memejamkan matanya. Dia tidak ingin berbicara ataupun melakukan hal lainnya bersama dengan suaminya.

Tampaknya Arsenio mempercepat makannya karena dia makan sendirian. Biasanya selalu ada istrinya yang menemaninya.

Arsenio segera merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Saat ini Laura sedang membelakanginya. Tangan Arsenio melingkar pada pinggang istrinya dan memeluk dengan erat tubuh istrinya itu.

Laura hanya diam saja. Dia tidak bisa menolaknya karena misi yang dijalaninya. Tapi hati kecilnya meronta. Dia tidak ingin disentuh oleh suaminya yang saat ini sedang dibencinya.

Tanpa sadar air matanya menetes di pipinya. Dia teringat akan ibunya. Dan sialnya lagi dia harus berusaha baik-baik saja dan menyenangkan suaminya yang menurutnya adalah penyebab dari kematian ibunya.

Matanya pun tertutup. Dia benar-benar lelah saat ini. Lelah hati dan juga pikirannya.

Keesokan harinya, Laura merasa seperti sedang berlari dalam setiap keadaan. Dia menyiapkan pakaian suaminya, menyiapkan sarapan, menyiapkan kopi untuk suaminya dan pekerjaan lainnya sebelum dia berangkat bekerja.

Berbeda dengan Arsenio yang hidupnya selama ini selalu bergantung pada Laura. Selama ini dia hidup layaknya seorang raja yang selalu disiapkan oleh Laura.

"Aku ada pekerjaan di luar. Mulai hari ini dan jika tidak ada halangan, aku akan pulang besok," tutur Laura setelah menelan makanannya.

Sontak saja Arsenio tersedak makanannya. Lagi-lagi dia merasa heran dengan istrinya yang bersikap baik setelah marah-marah tempo hari padanya. Dan sekarang, istrinya itu seolah menghindarinya dengan tidak pulang ke rumah yang menggunakan alasan pekerjaan.

Laura segera memberikan gelas yang berisi air putih pada suaminya seraya berkata,

"Ini minumnya."

Arsenio menerima gelas tersebut dan meminumnya. Dia masih saja memperhatikan istrinya yang terlihat sedang makan dengan sangat tenang.

"Apa nanti kamu ada di kantor?" tanya Laura setelah meneguk minumannya.

"Masih belum bisa dipastikan karena sepertinya kita akan mencari lokasi untuk iklan selanjutnya. Tapi hari ini juga ada audisi untuk bintang iklan yang akan kami buat," jawab Arsenio sambil menatap istrinya.

Laura mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi jawaban dari suaminya. Dan itu membuat Arsenio bertambah heran pada istrinya. 

"Ada apa? Tumben kamu bertanya tentang pekerjaanku?" tanya Arsenio menyelidik.

"Tidak ada apa-apa. Nanti tolong kabari aku jika pada saat jam makan siang kamu keluar dari kantor," ucap Laura mengakhiri pembicaraan mereka.

Dia segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya. Tangan kirinya membawa tasnya dan tangan kanannya menggeret koper yang berisi keperluannya untuk syuting selama beberapa hari.

"Tunggu sebentar. Kita berangkat bersama," seru Arsenio sembari berjalan ke arah istrinya.

Sesampainya di kantor, Laura segera berangkat bersama-sama dengan timnya menuju tempat lokasi syuting mereka.

Baru saja beberapa jam mereka berada di tempat tersebut, kini Laura harus kembali untuk mengantarkan makan siang suaminya.

"Apa? Kamu tidak ada di kantor?" seru Laura ketika sedang berbicara dengan suaminya melalui telepon.

Episodes
1 Bab 1 : PS5
2 Bab 2 : Terikat oleh sistem
3 Bab 3 : Misi pertama
4 Bab 4 : Misi kedua
5 Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6 Bab 6 : Bonus
7 Bab 7 : Misi ketiga
8 Bab 8 : Pesta
9 Bab 9 : Jebakan
10 Bab 10 : Misi keempat
11 Bab 11 : Demensia
12 Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13 Bab 13 : Misi kelima
14 Bab 14 : Misi tambahan
15 Bab 15 : Penyelamatan
16 Bab 16 : Curiga
17 Bab 17 : Waspada
18 Bab 18 : Upaya
19 Bab 19 : Misi keenam
20 Bab 20 : Penyamaran
21 Bab 21 Permainan
22 Bab 22 : Bermain peran
23 Bab 23 : Keberanian
24 Bab 24 : Misi ketujuh
25 Bab 25 : Menjadi pengganti
26 Bab 26 : Ulet bulu
27 Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28 Bab 28 : Pembelaan
29 Bab 29 : Menelan kekecewaan
30 Bab 30 : Hukuman
31 Bab 31 : Perintah istri
32 Bab 32 : Misi kedelapan
33 Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34 Bab 34 : Ulang tahun
35 Bab 35 : Hati yang terluka
36 Bab 36 : Tempat yang indah
37 Bab 37 : Kejutan
38 Bab 38 : Mobil bergoyang
39 Bab 39 : Usaha keras
40 Bab 40 : Fans
41 Bab 41 : Syarat
42 Bab 42 : Asisten pribadi
43 Bab 43 : Rencana Ryan
44 Bab 44 : Sepuluh persen
45 Bab 45 : Pertemuan
46 Bab 46 : Curiga
47 Bab 47 : Hotel
48 Bab 48 : Hadiah mewah
49 Bab 49 : Malam perjanjian
50 Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51 Bab 51 : Mengintai
52 Bab 52 : Penasaran
53 Bab 53 : Melacak
54 Bab 54 : Merasa kehilangan
55 Bab 55 : Kepercayaan
56 Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57 Bab 57 : Mengalah
58 Bab 58 : Sopir cantik
59 Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60 Bab 60 : Proses kerja sama
61 Bab 61 : Harapan kosong
62 Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63 Bab 63 : Perangkap
64 Bab 64: Terciduk
65 Bab 65 : Dugaan
66 Bab 66 : Kesibukan Laura
67 Bab 67 : Marah dan curiga
68 Bab 68 : Karma
69 Bab 69 : Kenangan di pantai
70 Bab 70 : Daya tarik Laura
71 Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72 Bab 72 : Menginap?
73 Bab 73 : Satu ruang
74 Bab 74 : Rencana licik Kessy
75 Bab 75 : Bersenang-senang
76 Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77 Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78 Bab 78 : Pelindung Laura
79 Bab 79 : Kehilangan
80 Bab 80 : Keputusan Laura
81 Bab 81 : Karma
82 Bab 82 : Rencana balas dendam
83 Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84 Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85 Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86 Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87 Bab 87 : Permintaan Laura
88 Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89 Bab 89 : Kabar baik
90 Bab 90 : Pernikahan
91 Bab 91 : Menguak kepalsuan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 : PS5
2
Bab 2 : Terikat oleh sistem
3
Bab 3 : Misi pertama
4
Bab 4 : Misi kedua
5
Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6
Bab 6 : Bonus
7
Bab 7 : Misi ketiga
8
Bab 8 : Pesta
9
Bab 9 : Jebakan
10
Bab 10 : Misi keempat
11
Bab 11 : Demensia
12
Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13
Bab 13 : Misi kelima
14
Bab 14 : Misi tambahan
15
Bab 15 : Penyelamatan
16
Bab 16 : Curiga
17
Bab 17 : Waspada
18
Bab 18 : Upaya
19
Bab 19 : Misi keenam
20
Bab 20 : Penyamaran
21
Bab 21 Permainan
22
Bab 22 : Bermain peran
23
Bab 23 : Keberanian
24
Bab 24 : Misi ketujuh
25
Bab 25 : Menjadi pengganti
26
Bab 26 : Ulet bulu
27
Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28
Bab 28 : Pembelaan
29
Bab 29 : Menelan kekecewaan
30
Bab 30 : Hukuman
31
Bab 31 : Perintah istri
32
Bab 32 : Misi kedelapan
33
Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34
Bab 34 : Ulang tahun
35
Bab 35 : Hati yang terluka
36
Bab 36 : Tempat yang indah
37
Bab 37 : Kejutan
38
Bab 38 : Mobil bergoyang
39
Bab 39 : Usaha keras
40
Bab 40 : Fans
41
Bab 41 : Syarat
42
Bab 42 : Asisten pribadi
43
Bab 43 : Rencana Ryan
44
Bab 44 : Sepuluh persen
45
Bab 45 : Pertemuan
46
Bab 46 : Curiga
47
Bab 47 : Hotel
48
Bab 48 : Hadiah mewah
49
Bab 49 : Malam perjanjian
50
Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51
Bab 51 : Mengintai
52
Bab 52 : Penasaran
53
Bab 53 : Melacak
54
Bab 54 : Merasa kehilangan
55
Bab 55 : Kepercayaan
56
Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57
Bab 57 : Mengalah
58
Bab 58 : Sopir cantik
59
Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60
Bab 60 : Proses kerja sama
61
Bab 61 : Harapan kosong
62
Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63
Bab 63 : Perangkap
64
Bab 64: Terciduk
65
Bab 65 : Dugaan
66
Bab 66 : Kesibukan Laura
67
Bab 67 : Marah dan curiga
68
Bab 68 : Karma
69
Bab 69 : Kenangan di pantai
70
Bab 70 : Daya tarik Laura
71
Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72
Bab 72 : Menginap?
73
Bab 73 : Satu ruang
74
Bab 74 : Rencana licik Kessy
75
Bab 75 : Bersenang-senang
76
Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77
Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78
Bab 78 : Pelindung Laura
79
Bab 79 : Kehilangan
80
Bab 80 : Keputusan Laura
81
Bab 81 : Karma
82
Bab 82 : Rencana balas dendam
83
Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84
Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85
Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86
Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87
Bab 87 : Permintaan Laura
88
Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89
Bab 89 : Kabar baik
90
Bab 90 : Pernikahan
91
Bab 91 : Menguak kepalsuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!