Kini tepat di hadapan Laura terdapat suatu panel yang mengambang. Di sana tertulis suatu misi untuknya. Bahkan di sana tertera nama lengkapnya.
Dalam panel tersebut tertulis jika Laura harus memperbaiki hubungannya dengan suaminya. Dia diharuskan menuruti dan melakukan apa saja untuk suaminya.
Dia juga mengetahui akan mendapatkan uang senilai dua juta setiap berhasil menyelesaikan misinya.
Namun, jika dia gagal menjalankan misinya, maka sistem akan memberinya hukuman.
Dan sistem tersebut akan terhapus jika reward yang didapatkannya sudah mencapai dua ratus juta. Selain itu dia akan mendapatkan bonus sebesar dua ratus miliar.
"Apa ini?" tanya Laura sambil berusaha menggerak-gerakkan tangannya untuk menyingkirkan panel tersebut dari hadapannya, sayangnya benda tersebut seperti bayangan yang tidak dapat dihilangkan.
"Sayang… kamu di mana? Aku membawa croflle kesukaanmu," seru Arsenio yang terdengar sangat bahagia.
Laura mengambil nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan. Dia berjalan keluar dari pintu gudang dengan melewati begitu saja panel mengambang yang menghadangnya.
Laura berjalan dari dalam rumahnya menuju ruang makan di mana Arsenio telah menunggunya.
Arsenio tersenyum manis pada istrinya sambil tangannya mengangkat box yang bertuliskan nama toko croflle kesukaannya.
"Ke sinilah. Ayo kita makan bersama," ucap Arsenio sambil melambaikan tangannya untuk memanggil istrinya agar mendekat padanya.
Laura masih berwajah dingin. Dia menatap suaminya tanpa berekspresi apa pun. Dia berjalan mendekati suaminya dan duduk di kursi yang berada tepat di depan suaminya.
Arsenio membuka box tersebut dan dia tersenyum ketika melihat beberapa croflle dengan toping aneka rasa. Kemudian dia berkata,
"Ayo makanlah."
"Untuk apa beli semua ini?" tanya Laura dengan memperlihatkan wajah datarnya.
Dahi Arsenio mengernyit. Dia merasa aneh dengan apa yang ditanyakan oleh istrinya.
"Tentu saja aku membelinya khusus untukmu," jawab Arsenio sambil tersenyum semanis mungkin.
Laura menghela nafasnya. Kemudian dia berkata dengan suara yang lantang dan menekankan setiap katanya,
"Untukku? Untuk apa? Untuk merayakan kematian Ibuku?"
Kemarahan Laura tidak bisa ditahannya lagi. Sehingga dia menanyakannya secara langsung pada suaminya.
"Kematian Ibumu?" celetuk Arsenio dengan dahinya yang mengernyit.
Laura tersenyum sinis mendengar pertanyaan dari suaminya yang seolah tidak mengetahui pertanyaan tersebut.
"Jangan pura-pura bodoh Mas. Seharian ini aku menghubungimu untuk mengabarkan kematian Ibu. Bahkan aku mengirim pesan padamu," tegas Laura dengan menekankan setiap katanya seraya tangannya mengusap kasar air mata yang dengan lancangnya menetes di pipinya.
Seketika mata Arsenio terbelalak. Dia benar-benar terkejut mendengar berita tentang kematian ibu mertuanya.
"I-ibu meninggal?" tanya Arsenio gugup seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Laura hanya menatap sinis dengan berlinangan air mata di pipinya. Sekuat tenaga dia menahan tangisnya, sayangnya air mata itu lolos begitu saja tanpa bisa ditahannya. Bahkan tangisnya itu tidak mengeluarkan suara.
Laura berdiri dari duduknya seraya berkata,
"Kamu suami yang terburuk di antara suami yang lain!"
Kemudian dia pergi meninggalkan suaminya yang masih syok mendengar berita kematian ibu mertuanya.
Arsenio mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celananya. Dia menghela nafasnya ketika mengetahui ponselnya dalam keadaan mati.
"Sepertinya HP ini mati sejak siang tadi. Pantas saja tidak ada telepon atau notifikasi apa pun sejak tadi. Aku terlalu sibuk bekerja sehingga tidak mengecek HP ku sejak tadi. Bodohnya aku… ini semua gara-gara kemarin malam aku tidak mencharge hp ku," gumam Arsenio dengan penuh rasa bersalah.
Setelah beberapa saat, Laura kembali dengan membawa sebuah box yang tidak asing bagi Arsenio.
"Sayang, itu…," Arsenio tidak bisa meneruskan ucapannya.
"Bukannya tadi pagi Mas bilang sudah membawa barang ini ketika bekerja dan sudah ada orang yang mau membelinya? Lalu apa ini? Bahkan kamu menyembunyikannya di gudang untuk mengelabuhiku," ucap Laura dengan suara yang bergetar dengan air matanya yang masih mengalir di pipinya.
"Itu… aku…," Arsenio tidak bisa berkelit lagi, dia tidak mempunyai alasan untuk membela dirinya.
Laura mengeluarkan konsol game tersebut dan mengangkatnya dengan kedua tangannya seraya berkata,
"Gara-gara barang sialan ini Ibuku tidak bisa operasi!"
Braaak!
Arsenio terkejut hingga mulutnya menganga melihat konsol game idamannya dibanting oleh istrinya.
Kini PS5 itu menjadi hancur berserakan di lantai. Konsol game yang baru dimainkan oleh Arsenio semalam, kini hanya tinggal kenangan.
Setelah beberapa detik kemudian, Arsenio tersadar. Sontak saja dia segera mendekati konsol game tersebut dan memunguti setiap kepingan dengan perasaan sedihnya yang mendalam.
Tanpa menunggu reaksi suaminya, Laura berjalan dengan cepatnya masuk ke dalam kamarnya.
Blam!
Laura kembali menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.
Di dalam kamarnya dia menangis tersedu-sedu. Dia kembali teringat akan kematian ibunya. Bahkan kini dia kembali menyalahkan dirinya atas kematian ibunya.
Tangannya memukul-mukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak yang ada dalam dadanya. Rasa sesak itu perlahan hilang beriringan dengan tangisan dan banyaknya air mata yang dikeluarkannya.
Tiba-tiba di hadapannya kembali terlihat panel mengambang seperti yang ditemuinya di gudang beberapa saat yang lalu.
Perlahan Laura menghentikan tangisnya. Dengan isakan kecilnya dia berkata dalam hatinya,
Kenapa benda ini ada di sini?
Laura mencoba menyentuh panel yang mengambang di hadapannya itu. Di sana dia bisa membaca ketentuan yang sama dengan yang dibacanya tadi.
Seketika Laura teringat akan hutang-hutang ibunya yang ditagih oleh beberapa orang padanya seusai pemakaman ibunya tadi.
Selama ini Ibu Laura banyak meminjam uang pada tetangga dan juga rentenir untuk biaya pengobatannya. Dan sayangnya semua hutang itu belum pernah dibayarnya.
"Apa ini nyata?" tanya laura di sela isakan tangisnya.
Dalam panel tersebut tiba-tiba muncul tulisan 'nyata' dengan huruf kapital yang berukuran besar, sehingga membuat Laura kaget seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Apakah aku akan mendapatkan uangnya jika aku melakukan misinya?" tanya Laura kembali untuk memastikan.
Dan kembali dia mendapatkan jawaban dari panel tersebut. Di sana tertulis penjelasan tentang apa saja yang didapatkan oleh Laura dan apa yang akan terjadi jika Laura gagal melakukan misi tersebut.
Selama beberapa menit dia berpikir. Akhirnya dia memutuskan untuk menerima misi tersebut.
Tangannya menyentuh tombol yang bertuliskan 'terima' pada panel tersebut. Dan kini, Laura sudah terikat oleh sistem tersebut dan dia harus menjalankan misinya.
Di sana pun tertulis misi yang harus dijalankan oleh Laura. Misi pertamanya adalah untuk mematuhi perintah suaminya dan tidak membantahnya apa pun yang terjadi.
Laura menghela nafasnya yang terasa berat. Membayangkannya saja dia sudah merasa tidak sanggup, tapi dia harus melakukannya demi membayar hutang-hutang ibunya.
Merasa sangat lelah, Laura memutuskan untuk memejamkan matanya dan mengistirahatkan badannya.
Malam itu pun dilalui mereka dengan tidur sendiri-sendiri. Laura tertidur di ranjangnya setelah kelelahan menangisi ibunya. Sedangkan Arsenio, dia tidur di sofa ruang tengah dengan kesedihan memeluk kepingan konsol game-nya yang hancur berantakan.
Keesokan harinya, Laura bersikap datar dan mengacuhkan suaminya. Tapi dia tetap melakukan tugasnya seperti biasanya karena teringat akan misi yang harus dijalankan olehnya.
Setelah usai sarapan mereka pun berangkat bersama seperti biasanya, dengan Laura yang masih bersikap dingin pada suaminya.
Setelah berada di kantornya, Laura kembali berhadapan dengan panel mengambang yang selama ini ditemuinya. Di sana tertulis peringatan untuk Laura agar tidak memperlakukan suaminya dengan buruk. Karena misinya adalah untuk memperbaiki hubungannya dengan suaminya.
Laura memantapkan dalam hatinya jika dia harus bisa menjalankan misinya. Semua itu untuk membayar hutang-hutang ibunya dan sebagai bentuk baktinya pada ibunya.
...----------------...
Blam!
Suara pintu yang ditutup dengan sangat kerasnya oleh Arsenio membuat Laura yang sedang mencuci piring terkejut.
Laura berjalan keluar dari dapur sambil mengusapkan kedua tangannya pada apron yang dipakainya.
“Sudah pulang Mas?” tanya Laura ketika melihat suaminya berjalan masuk dengan sempoyongan ke dalam rumah sambil melepaskan dasinya.
“Aku lelah. Aku mau mandi. Cepat siapkan air hangatnya,” ucap Arsenio sambil berjalan melewati istrinya menuju meja makan.
Bau alkohol menguar dari badan Arsenio yang berjalan melewati Laura. Seketika Laura menghela nafasnya melihat sikap suaminya yang semakin hari semakin menjengkelkan. Suaminya itu selalu saja bertindak semaunya.
Seperti yang baru saja terjadi, bukannya suaminya itu menjawab pertanyaannya, dia malah memberikan perintah pada istrinya. Dan yang lebih mengesalkan, suaminya itu pulang dalam keadaan mabuk. Meskipun dia masih sadar dan bisa pulang ke rumah, tetap saja Laura tidak menyukainya.
Sungguh sangat mengesalkan hati Laura yang setiap malam harus menunggunya pulang dan meladeninya hingga dia tertidur.
Dia bukan bayi, tapi merepotkanku melebihi bayi. Bahkan aku tidak bisa beristirahat dengan tenang sebelum dia tidur, Laura menggerutu dalam hatinya.
Setelah dia menyiapkan air hangat di dalam bathtub, segera dipersiapkannya handuk dan pakaian ganti untuk suaminya.
“Sudah siap Mas air hangatnya,” ucap Laura sambil berjalan mendekati suaminya dan tersenyum padanya.
Arsenio terkejut dengan sikap istrinya yang mendadak berubah, tidak seperti malam kemarin. Dalam hatinya dia berkata,
Ada apa dengan dia? Apa aku bermimpi? Atau karena aku sedang mabuk?
Di dapur, ketika Laura sedang membuatkan minuman hangat untuk dirinya sendiri dan suaminya, dia kembali berhadapan dengan panel mengambang.
Di sana tertulis jika misi yang dijalankan oleh Laura sukses. Dan kini dia menghadapi misi yang kedua.
"Misi yang kedua?" gumam Laura ketika melihat tulisan pada layar panel tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Misi sistemnya ga menarik,
Logikanya mana ada istri waras yg sanggup bertahan hidup dgn suami yg hanya mementingkan dirinya sendiri??
Kalau ga krna terpaksa jelas lbih milih pisah deh
2023-03-24
6