Bab 2 : Terikat oleh sistem

Suasana di ruang makan sangat hening. Hanya terdengar denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring saat itu.

Laura makan dengan lahapnya dan mengacuhkan Arsenio yang duduk di hadapannya.

Setiap Arsenio memakan makanannya, matanya selalu memandang ke arah istrinya. Dia ingin mengatakan sesuatu pada istrinya, hanya saja dia merasa takut jika istrinya kembali mengamuk di meja makan.

Laura tahu jika Arsenio sedang memperhatikannya. Tapi, dia tetap teguh dengan pendiriannya untuk mengacuhkan suaminya.

Setelah beberapa saat mereka makan dengan diam, Laura menyilangkan sendok dan garpunya di atas piring. Diambilnya gelas yang berisi air putih di sampingnya dan segera diminumnya.

Semua dilakukannya dengan cepat agar cepat selesai dan kembali ke kamarnya.

Namun, ketika dia baru saja beranjak dari duduknya, suara Arsenio menghentikannya.

"Aku akan mengembalikannya besok. Tolong ijinkan aku untuk memainkannya malam ini saja," ucap Arsenio dengan wajah mengiba pada istrinya.

Laura duduk kembali pada kursinya. Dia menatap lekat manik mata suaminya seraya berkata,

"Apa jaminannya jika besok barang itu masih ada di sini?"

Seketika wajah Arsenio menegang. Dia merasa jika istrinya sangat mengerikan saat ini. Dengan tatapan kemarahannya itu mampu membuat nyali Arsenio menciut.

"Jika besok barang itu masih ada di sini, aku akan mengenyahkannya," ujar Laura dengan tegas.

Setelah itu dia berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Arsenio yang masih mematung di tempat duduknya.

Arsenio mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia benar-benar bingung sekarang ini.

"Ah, gak taulah, pusing. Mendingan sekarang main aja dulu. Siapa tau nanti tiba-tiba terpikirkan caranya," gerutu Arsenio sambil berdiri dari duduknya.

Dia segera berjalan cepat menuju ruang tengah, di mana ruangan itu digunakan untuk menonton televisi.

Seolah lupa akan masalah yang dihadapinya, Arsenio tersenyum senang memainkan game tersebut.

Selama berjam-jam dia memainkan hampir semua game yang ada pada konsol game tersebut. 

Dia melihat ke arah jam dinding yang menggantung di dinding ruangan tersebut. 

"Sudah jam satu dini hari. Pantas saja mataku sudah sangat berat. Lebih baik aku menyudahinya untuk hari ini. Besok aku akan memainkannya lagi," ucap Arsenio sambil mengusap-usap matanya dan menguap.

Segera dia berdiri dari duduknya. Sejenak dia terdiam. Setelah itu dia segera memasukkan kembali konsol game PS5 yang dimainkannya tadi ke dalam box-nya.

Dengan langkah cepatnya Arsenio membawa box yang berisi PS5 tadi menuju gudang.

"Sepertinya akan lebih aman aku letakkan di sini saja," ucap Arsenio setelah meletakkan box yang berisi PS5 tadi pada tumpukan karton dan menutupinya dengan beberapa kain gorden bekas yang sudah tidak terpakai.

Bibir Arsenio melengkung ke atas ketika melihat box konsol game miliknya tersembunyi dengan sempurna. Kemudian dia berkata,

"Aku harus membeli televisi untuk memainkannya di sini."

Setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut dan berjalan menuju kamarnya. Digerakkannya handle pintu kamar tersebut berulang kali, tapi nyatanya pintu kamar tersebut tidak dapat terbuka.

Laura benar-benar mengunci pintu kamar itu dari dalam. Arsenio menggaruk kepalanya dan mengacak-acak rambutnya dengan kasarnya. Sehingga terlihat sekali jika saat ini dia begitu frustasi.

Bahkan helaan nafasnya saat ini menunjukkan sangat beratnya situasi yang dihadapinya.

"Sepertinya aku benar-benar harus tidur di sini malam ini," ucap Arsenio seraya merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruang tengah.

Dia pun mulai memejamkan matanya untuk menjemput mimpinya.

Keesokan harinya, seperti biasa Laura menyiapkan sarapan hanya dengan menyajikan roti tawar yang sudah dioles dengan selai kacang kesukaan mereka berdua.

Dia merasa kesal pada suaminya karena tidak membereskan bekas makanan mereka semalam. Semuanya masih berada di meja makan, sama seperti pada saat dia meninggalkan meja makan itu setelah selesai makan malam.

Namun, dia hanya diam karena terlalu malas untuk berdebat dengan suaminya. Dan dia juga tidak ingin merusak mood paginya dengan meneriaki suaminya yang tidak pernah mau mengerti istrinya.

Setelah itu mereka berdua berangkat kerja bersama menggunakan mobil yang dibawa oleh Arsenio. Seperti biasanya, Arsenio mengantarkan Laura menuju kantornya.

Mobil mereka hanya satu. Oleh karena itu mereka menyepakati jika mobil tersebut digunakan oleh Arsenio dengan alasan Arsenio yang lebih membutuhkannya.

Arsenio seorang karyawan swasta yang bergerak dalam bidang iklan, sehingga dia membutuhkan kendaraan untuk lebih leluasa dalam bekerja.

Sedangkan Laura, dia seorang presenter variety show di sebuah televisi swasta. Dia lebih banyak berada di kantornya. Dan jika dia akan ke lokasi syuting yang berada di luar kantor, sudah pasti dia akan berangkat bersama dengan timnya.

"Ingat janjimu Mas. Jika kamu mengingkarinya, kamu pasti akan tau akibatnya," ancam Laura seraya melepas sabuk pengamannya setelah mobil tersebut berhenti tepat di depan tempat kerjanya.

Arsenio menghela nafasnya setelah istrinya menutup pintu mobil tersebut. Dalam hati dia berkata,

Sekarang aku harus meminjam uang pada siapa? 

Tiba-tiba ada notifikasi pesan yang terdengar dari ponselnya. Segera dia mengambil ponsel tersebut dari sakunya.

Beeep… beeep… beeep…

Terdengar suara klakson dari belakang mobilnya. Dia mengembalikan ponsel tersebut pada sakunya dan segera melajukan mobilnya setelah melihat mobil lain berada di belakangnya.

Kini mobil Arsenio berada di tepi jalan yang diperbolehkan untuk kendaraan berhenti. Diambilnya ponsel dari dalam sakunya dan dibacanya.

Seketika bibir Arsenio mengembang ketika membaca pesan tersebut. Senyumnya itu menandakan kebahagiaan hatinya saat ini.

Dengan segera dia melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Selang beberapa saat, kini mobilnya sudah berada di parkiran suatu kantor yang akan membantunya untuk bebas dari hukuman istrinya.

"Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang laki-laki yang ada di hadapan Arsenio saat ini.

"Saya akan meminjam uang. Apa bisa?" jawab Arsenio dengan menatap sungguh-sungguh orang yang ada di hadapannya.

Ternyata Arsenio kini berada di suatu Bank yang meminjamkan dana setelah dia membaca pesan yang mengiklankan suatu pinjaman dana untuk nasabah mereka.

Dengan berbekal sertifikat rumah sebagai jaminan untuk pinjamannya saat ini, Arsenio berhasil mendapatkan uang tersebut dan menyetorkan kembali pada tabungan yang dikhususkan untuk anak mereka.

"Lancar, aman. Sekarang tidak akan ada lagi keruwetan yang aku hadapi," ujar Arsenio dengan penuh percaya diri.

Siang harinya, Laura mendapat kabar dari rumah sakit tentang keadaan ibunya yang tiba-tiba saja memburuk.

Dengan segera Laura mendatangi rumah sakit tersebut dan bergegas menuju kamar inap ibunya.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Sayangnya Tuhan berkehendak lain. Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya," tutur seorang laki-laki yang memakai jas putih dengan bertuliskan dokter pada name tag nya.

Seketika badan Laura lemas seperti tak bertulang. Hatinya tidak bisa menerima kepergian ibunya. Air matanya keluar begitu saja tanpa persetujuan darinya.

Dunianya seketika runtuh saat ini. Dia menangis tersedu-sedu dengan merapalkan kata maaf yang ditujukan pada ibunya.

"Ibu… maaf Bu… Maafkan Laura tidak bisa membantu Ibu. Tolong maafkan Laura Bu. Maafkan anakmu yang tidak berguna ini," ucap Laura di sela tangisannya.

Laura menghubungi suaminya berkali-kali, sayangnya semua panggilan telepon tersebut hanya berakhir menjadi panggilan tidak terjawab.

Hati Laura semakin sakit mengingat suaminya yang tidak mau membantu biaya operasi ibunya. Mengingat tentang itu membuat Laura teringat akan konsol game milik suaminya.

Setelah proses pemakaman selesai tanpa kehadiran suaminya, Laura dibantu oleh tetangga ibunya karena memang dia tidak memiliki saudara, sehingga tidak ada yang bisa membantunya.

Kaki Laura terasa berat. Dia memasuki rumahnya dengan penampilan yang berantakan dan wajah sembabnya.

Dia segera membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Jujur saja dia sangat terpukul saat ini. Dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kematian ibunya.

"Aku harus menyimpan baju ini. Aku tidak mau memakainya lagi. Aku akan melihatnya ketika aku merindukan Ibu," ucap Laura seraya memasukkan baju yang tadi dipakainya ketika menemui ibunya untuk yang terakhir kalinya.

Dimasukkannya pakaian tersebut pada box kosong dan segera dibawanya menuju gudang rumahnya.

"Kenapa kain-kain gorden ini berserakan di sini? Bukannya biasanya terlipat rapi?" tanya Laura bermonolog ketika melihat beberapa kain gorden yang menutupi tumpukan box di dalam gudang tersebut.

Tangannya bergerak cepat merapikan semua kain gorden tersebut. Seketika matanya terbelalak ketika melihat box konsol game yang bertuliskan 'PS5' di antara tumpukan box tersebut.

Laura mengambil box tersebut dan membukanya. Darahnya semakin mendidih ketika melihat apa yang ada dalam box tersebut.

"Sayang… aku pulang!" 

Terdengar suara Arsenio yang berseru memanggil istrinya.

"Aku sudah tidak tahan lagi. Lebih baik aku berpisah dengannya!" ucap Laura dengan mengeratkan giginya untuk menahan amarahnya.

Dia segera beranjak dari tempatnya berada. Tiba-tiba langkah kakinya terhenti ketika di hadapannya terdapat panel yang mengambang dan bertuliskan sesuatu di sana.

 "Apa aku harus melakukannya?" gumam Laura seraya tangannya menyentuh panel transparan yang mengambang di depannya.

Terpopuler

Comments

Elok Fauziah

Elok Fauziah

Bisa"nya pakai sertifikat rumah. bisa ngamuk istrimu jika tau.

2024-03-30

0

El_Tien

El_Tien

semangat

2023-03-06

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : PS5
2 Bab 2 : Terikat oleh sistem
3 Bab 3 : Misi pertama
4 Bab 4 : Misi kedua
5 Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6 Bab 6 : Bonus
7 Bab 7 : Misi ketiga
8 Bab 8 : Pesta
9 Bab 9 : Jebakan
10 Bab 10 : Misi keempat
11 Bab 11 : Demensia
12 Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13 Bab 13 : Misi kelima
14 Bab 14 : Misi tambahan
15 Bab 15 : Penyelamatan
16 Bab 16 : Curiga
17 Bab 17 : Waspada
18 Bab 18 : Upaya
19 Bab 19 : Misi keenam
20 Bab 20 : Penyamaran
21 Bab 21 Permainan
22 Bab 22 : Bermain peran
23 Bab 23 : Keberanian
24 Bab 24 : Misi ketujuh
25 Bab 25 : Menjadi pengganti
26 Bab 26 : Ulet bulu
27 Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28 Bab 28 : Pembelaan
29 Bab 29 : Menelan kekecewaan
30 Bab 30 : Hukuman
31 Bab 31 : Perintah istri
32 Bab 32 : Misi kedelapan
33 Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34 Bab 34 : Ulang tahun
35 Bab 35 : Hati yang terluka
36 Bab 36 : Tempat yang indah
37 Bab 37 : Kejutan
38 Bab 38 : Mobil bergoyang
39 Bab 39 : Usaha keras
40 Bab 40 : Fans
41 Bab 41 : Syarat
42 Bab 42 : Asisten pribadi
43 Bab 43 : Rencana Ryan
44 Bab 44 : Sepuluh persen
45 Bab 45 : Pertemuan
46 Bab 46 : Curiga
47 Bab 47 : Hotel
48 Bab 48 : Hadiah mewah
49 Bab 49 : Malam perjanjian
50 Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51 Bab 51 : Mengintai
52 Bab 52 : Penasaran
53 Bab 53 : Melacak
54 Bab 54 : Merasa kehilangan
55 Bab 55 : Kepercayaan
56 Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57 Bab 57 : Mengalah
58 Bab 58 : Sopir cantik
59 Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60 Bab 60 : Proses kerja sama
61 Bab 61 : Harapan kosong
62 Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63 Bab 63 : Perangkap
64 Bab 64: Terciduk
65 Bab 65 : Dugaan
66 Bab 66 : Kesibukan Laura
67 Bab 67 : Marah dan curiga
68 Bab 68 : Karma
69 Bab 69 : Kenangan di pantai
70 Bab 70 : Daya tarik Laura
71 Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72 Bab 72 : Menginap?
73 Bab 73 : Satu ruang
74 Bab 74 : Rencana licik Kessy
75 Bab 75 : Bersenang-senang
76 Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77 Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78 Bab 78 : Pelindung Laura
79 Bab 79 : Kehilangan
80 Bab 80 : Keputusan Laura
81 Bab 81 : Karma
82 Bab 82 : Rencana balas dendam
83 Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84 Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85 Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86 Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87 Bab 87 : Permintaan Laura
88 Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89 Bab 89 : Kabar baik
90 Bab 90 : Pernikahan
91 Bab 91 : Menguak kepalsuan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 : PS5
2
Bab 2 : Terikat oleh sistem
3
Bab 3 : Misi pertama
4
Bab 4 : Misi kedua
5
Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6
Bab 6 : Bonus
7
Bab 7 : Misi ketiga
8
Bab 8 : Pesta
9
Bab 9 : Jebakan
10
Bab 10 : Misi keempat
11
Bab 11 : Demensia
12
Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13
Bab 13 : Misi kelima
14
Bab 14 : Misi tambahan
15
Bab 15 : Penyelamatan
16
Bab 16 : Curiga
17
Bab 17 : Waspada
18
Bab 18 : Upaya
19
Bab 19 : Misi keenam
20
Bab 20 : Penyamaran
21
Bab 21 Permainan
22
Bab 22 : Bermain peran
23
Bab 23 : Keberanian
24
Bab 24 : Misi ketujuh
25
Bab 25 : Menjadi pengganti
26
Bab 26 : Ulet bulu
27
Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28
Bab 28 : Pembelaan
29
Bab 29 : Menelan kekecewaan
30
Bab 30 : Hukuman
31
Bab 31 : Perintah istri
32
Bab 32 : Misi kedelapan
33
Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34
Bab 34 : Ulang tahun
35
Bab 35 : Hati yang terluka
36
Bab 36 : Tempat yang indah
37
Bab 37 : Kejutan
38
Bab 38 : Mobil bergoyang
39
Bab 39 : Usaha keras
40
Bab 40 : Fans
41
Bab 41 : Syarat
42
Bab 42 : Asisten pribadi
43
Bab 43 : Rencana Ryan
44
Bab 44 : Sepuluh persen
45
Bab 45 : Pertemuan
46
Bab 46 : Curiga
47
Bab 47 : Hotel
48
Bab 48 : Hadiah mewah
49
Bab 49 : Malam perjanjian
50
Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51
Bab 51 : Mengintai
52
Bab 52 : Penasaran
53
Bab 53 : Melacak
54
Bab 54 : Merasa kehilangan
55
Bab 55 : Kepercayaan
56
Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57
Bab 57 : Mengalah
58
Bab 58 : Sopir cantik
59
Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60
Bab 60 : Proses kerja sama
61
Bab 61 : Harapan kosong
62
Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63
Bab 63 : Perangkap
64
Bab 64: Terciduk
65
Bab 65 : Dugaan
66
Bab 66 : Kesibukan Laura
67
Bab 67 : Marah dan curiga
68
Bab 68 : Karma
69
Bab 69 : Kenangan di pantai
70
Bab 70 : Daya tarik Laura
71
Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72
Bab 72 : Menginap?
73
Bab 73 : Satu ruang
74
Bab 74 : Rencana licik Kessy
75
Bab 75 : Bersenang-senang
76
Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77
Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78
Bab 78 : Pelindung Laura
79
Bab 79 : Kehilangan
80
Bab 80 : Keputusan Laura
81
Bab 81 : Karma
82
Bab 82 : Rencana balas dendam
83
Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84
Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85
Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86
Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87
Bab 87 : Permintaan Laura
88
Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89
Bab 89 : Kabar baik
90
Bab 90 : Pernikahan
91
Bab 91 : Menguak kepalsuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!