Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang

Laura terlihat sangat tidak nyaman. Saat ini dia sedang dirias oleh tim makeup artist, tapi dia selalu melihat ke arah jam yang melingkar di tangan kanannya.

"Laura, kamu kenapa? Sepertinya kamu cemas sekali," tanya Deborah, si makeup artist laki-laki yang bergaya seperti perempuan.

Laura tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya seraya berkata,

"Tidak ada apa-apa Debby."

"Kita sudah mengenal lama sekali. Aku mengerti jika saat ini kamu sedang ada masalah," ujar Deborah dengan gaya kemayunya.

Nayla menghela nafasnya yang terlihat seperti sedang kesusahan di mata Deborah. Kemudian dia berkata,

"Deb, bisa gak ya jika aku ijin sebentar untuk ke kota?"

Deborah mengernyitkan dahinya seraya berkata,

"Kenapa kamu harus pergi ke kota? Bukankah kita masih harus syuting?" 

Laura kembali menghela nafasnya. Dia berusaha mencari alasan agar dia diperbolehkan sutradaranya untuk pergi ke kota.

Tiba-tiba terbersit suatu alasan yang diucapkan oleh Laura begitu saja.

"Suamiku tiba-tiba masuk rumah sakit. Dan dia membutuhkan wali di sana untuk menandatangani persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter."

"Apa? Benarkah? Kenapa kamu tadi ikut ke sini? Harusnya kamu berada di rumah sakit menemani suamimu," sahut Deborah yang terkejut dengan penjelasan dari Laura.

Laura menautkan kedua tangannya dan memainkan jari-jarinya. Dia memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi kegugupannya karena berbohong pada Deborah. Kemudian dia berkata,

"Aku baru saja mengetahuinya. Apakah menurutmu pak sutradara memperbolehkan aku pergi sebentar?"

"Kamu coba saja sekarang. Sepertinya masih ada banyak waktu sampai kamu datang kembali ke sini. Untung saja kamu sudah menyelesaikan bagian pembukaannya tadi. Sekarang mendingan kamu buruan ijin ke pak sutradara, mumpung mereka sedang mengambil gambar para peserta," tutur Deborah sambil menarik tangan Laura agar beranjak dari duduknya.

Laura pun menurut. Tenaga Deborah yang aslinya memang laki-laki itu membuat Laura tidak bisa menghentikannya. Kini dia berdiri di hadapan sutradaranya.

"Ada apa Laura? Kenapa wajahmu seperti sedang cemas begitu?" tanya Anto, sutradara yang menangani acara variety show tersebut.

Laura menghela nafasnya, kemudian dia menceritakan alasannya persis seperti apa yang dikatakannya pada Deborah. 

Sutradara tersebut terlihat sangat frustasi. Dia memegang dahinya dan memikirkan jalan terbaik agar tidak menunda syuting dan Laura pun tidak gelisah selama syuting berlangsung.

"Apa satu jam cukup untuk pergi ke sana?" tanya Anto dengan menatap tegas pada Laura.

"Satu jam? Maaf Pak, sepertinya kurang. Bukankah untuk mencapai sini saja kita butuh kurang lebih satu jam?" Laura mencoba bernegosiasi dengan sutradara tersebut.

Sutradara tersebut terdiam dan dia menatap Laura sembari berpikir. Kemudian dia berkata,

"Dua jam saya kira sudah cukup. Jika terlambat, kamu akan tau sendiri konsekuensinya nanti."

"Tapi Pak, dua jam itu–"

"Saya bisa mentolerir paling tidak hanya tiga puluh menit," sahut Anto, kemudian dia meninggalkan Laura yang masih berdiri di sana.

Laura masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sutradaranya. Dia masih berdiri mematung dan bertanya pada Deborah,

"Deb, apa aku tidak salah dengar? Dua jam saja?"

"Iya, dan dia hanya bisa memaafkan keterlambatan mu sampai tiga puluh menit saja. Lewat itu… seperti biasanya, pasti ada konsekuensinya. Buruan berangkat, waktumu tinggal sedikit," ucap Deborah sambil mendorong-dorong tubuh Laura dari belakang agar cepat bergerak.

Laura pun segera berangkat. Dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya yang hanya sedikit saja.

Dia menaiki ojek yang ada di depan lokasi syutingnya. Sayangnya ojek tersebut tidak bisa mengantarkannya hingga ke kota. Laura sudah memaksanya dengan mengiming-iminginya menggunakan sejumlah uang yang terbilang banyak, sayangnya tukang ojek tersebut menolaknya.

Akhirnya Laura menggunakan taksi menuju ke kota. Perjalanannya menyita waktu satu jam lebih lima menit hingga sampai di kantor suaminya.

Sesampainya di kantor suaminya, ternyata Arsenio tidak ada di kantornya. Dia bersama dengan timnya sedang meninjau lokasi untuk pembuatan iklan yang akan dikerjakannya.

"Arsenio sialan. Kenapa dia tidak memberitahuku?" gumam Laura dengan mengeratkan giginya untuk menahan kekesalannya.

Segera diambilnya ponsel di tasnya. Dengan lincahnya jari tangannya mencari nomor ponsel suaminya.

"Halo, kamu di mana sekarang?" tanya Laura tanpa menyapa Arsenio ketika suaminya itu menjawab panggilan teleponnya.

Aku sedang berada di lokasi yang akan aku gunakan untuk syuting iklan besok. Ada apa? jawab Arsenio dari seberang sana.

"Di mana?" tanya Laura dengan tegas menahan emosinya.

Di daerah puncak. Ada apa sebenarnya? Tumben sekali kamu menghubungiku hanya untuk menanyakan hal ini, ucap Arsenio yang merasa heran pada istrinya.

Laura menghela nafasnya. Tubuhnya terasa lemas mendengar jawaban dari suaminya yang mengatakan bahwa dia sedang ada di daerah yang sama dengan lokasi syutingnya saat ini.

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? Bukankah sudah aku bilang jika kamu harus memberitahuku apabila keluar dari kantor?" omel Laura sambil menunggu taksi yang lewat di depannya.

Maaf, aku lupa. Ada apa sebenarnya? Kamu tidak biasanya begini, tanya Arsenio yang terdengar sangat ingin tahu.

"Cepat kirim lokasimu saat ini. Aku akan membawakan makan siang untukmu," perintah Laura pada suaminya.

Setelah mengatakan itu, Laura segera mematikan teleponnya. Dia menghentikan taksi yang masih sedikit jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Laura tidak hanya melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi tersebut. Bahkan dia berada di tengah-tengah jalan agar taksi tersebut mau berhenti.

Taksi tersebut pun berhenti tepat di depan Laura. Segeralah Laura masuk ke dalam taksi tersebut dan mengatakan tujuannya.

"Ke Puncak Pak. Tolong dipercepat ya Pak, agar cepat sampai," ucap Laura pada sopir taksi tersebut.

"Baik Bu," tukas sopir taksi tersebut menanggapi ucapan Laura.

Tring!

Terdengar suara notifikasi dari ponselnya. 

Segeralah Laura melihat ponselnya. Dia menghela nafasnya dan mencengkeram celananya untuk melampiaskan amarahnya ketika membaca pesan dari suaminya yang berisi lokasi tempatnya berada saat ini.

"Kenapa aku harus tergesa-gesa berlari ke sini jika dia ada di dekat lokasi tempatku tadi?" gumam Laura sambil melihat ke arah sampingnya yang terdapat box makanan.

Makanan tersebut dibeli Laura di tempat makan kesukaan Arsenio sewaktu dia akan menuju kantor suaminya.

Setelah beberapa saat, taksi tersebut bergerak sangat lamban. Bisa dikatakan hampir tidak bergerak selama beberapa menit.

"Maaf Bu, sepertinya kita akan lama sampai di tempat yang ibu tuju. Macetnya sampai depan sana Bu, panjang sekali," ujar sopir taksi tersebut tanpa menoleh pada Laura yang ada di belakangnya.

"Ada apa ya Pak kok bisa semacet ini?" tanya Laura seraya melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya.

Sopir taksi tersebut membuka jendela kacanya, melongok sebentar melihat ke depannya. Kemudian dia berkata,

"Biasa Bu, weekend pasti seperti ini."

Laura menghela nafasnya. Rasanya dia sudah tidak punya tenaga untuk menjalankan sisa misinya.

Namun, bayangan akan hutang ibunya membuat dirinya kembali bersemangat untuk menjalankan misi tersebut.

"Pak, saya sedang buru-buru. Sebaiknya saya turun di sini saja. Ini uangnya Pak," ucap Laura seraya memberikan uang pada sopir taksi tersebut.

Laura segera membawa box makanannya keluar dari taksi tersebut setelah membayarnya. Dia berjalan menerobos kemacetan hingga ada beberapa tukang ojek yang berjejer di sana.

Laura pun menaiki ojek salah satu dari mereka. Dia meminta agar tukang ojek tersebut mencarikan jalan tercepat menuju tempat suaminya sekarang berada.

Beruntung sekali gerakan Laura sangat cepat dan lincah sehingga kemacetan yang sangat panjang itu dapat dilampauinya.

Setelah membayar ojek tersebut, Laura segera berlari kecil menuju lokasi yang diberikan oleh suaminya.

"Pak, bukannya itu istri Bapak?" tanya salah satu rekan Arsenio padanya sambil menunjuk dengan menggunakan dagunya pada seorang wanita yang berjalan ke arah mereka.

Episodes
1 Bab 1 : PS5
2 Bab 2 : Terikat oleh sistem
3 Bab 3 : Misi pertama
4 Bab 4 : Misi kedua
5 Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6 Bab 6 : Bonus
7 Bab 7 : Misi ketiga
8 Bab 8 : Pesta
9 Bab 9 : Jebakan
10 Bab 10 : Misi keempat
11 Bab 11 : Demensia
12 Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13 Bab 13 : Misi kelima
14 Bab 14 : Misi tambahan
15 Bab 15 : Penyelamatan
16 Bab 16 : Curiga
17 Bab 17 : Waspada
18 Bab 18 : Upaya
19 Bab 19 : Misi keenam
20 Bab 20 : Penyamaran
21 Bab 21 Permainan
22 Bab 22 : Bermain peran
23 Bab 23 : Keberanian
24 Bab 24 : Misi ketujuh
25 Bab 25 : Menjadi pengganti
26 Bab 26 : Ulet bulu
27 Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28 Bab 28 : Pembelaan
29 Bab 29 : Menelan kekecewaan
30 Bab 30 : Hukuman
31 Bab 31 : Perintah istri
32 Bab 32 : Misi kedelapan
33 Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34 Bab 34 : Ulang tahun
35 Bab 35 : Hati yang terluka
36 Bab 36 : Tempat yang indah
37 Bab 37 : Kejutan
38 Bab 38 : Mobil bergoyang
39 Bab 39 : Usaha keras
40 Bab 40 : Fans
41 Bab 41 : Syarat
42 Bab 42 : Asisten pribadi
43 Bab 43 : Rencana Ryan
44 Bab 44 : Sepuluh persen
45 Bab 45 : Pertemuan
46 Bab 46 : Curiga
47 Bab 47 : Hotel
48 Bab 48 : Hadiah mewah
49 Bab 49 : Malam perjanjian
50 Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51 Bab 51 : Mengintai
52 Bab 52 : Penasaran
53 Bab 53 : Melacak
54 Bab 54 : Merasa kehilangan
55 Bab 55 : Kepercayaan
56 Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57 Bab 57 : Mengalah
58 Bab 58 : Sopir cantik
59 Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60 Bab 60 : Proses kerja sama
61 Bab 61 : Harapan kosong
62 Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63 Bab 63 : Perangkap
64 Bab 64: Terciduk
65 Bab 65 : Dugaan
66 Bab 66 : Kesibukan Laura
67 Bab 67 : Marah dan curiga
68 Bab 68 : Karma
69 Bab 69 : Kenangan di pantai
70 Bab 70 : Daya tarik Laura
71 Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72 Bab 72 : Menginap?
73 Bab 73 : Satu ruang
74 Bab 74 : Rencana licik Kessy
75 Bab 75 : Bersenang-senang
76 Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77 Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78 Bab 78 : Pelindung Laura
79 Bab 79 : Kehilangan
80 Bab 80 : Keputusan Laura
81 Bab 81 : Karma
82 Bab 82 : Rencana balas dendam
83 Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84 Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85 Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86 Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87 Bab 87 : Permintaan Laura
88 Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89 Bab 89 : Kabar baik
90 Bab 90 : Pernikahan
91 Bab 91 : Menguak kepalsuan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Bab 1 : PS5
2
Bab 2 : Terikat oleh sistem
3
Bab 3 : Misi pertama
4
Bab 4 : Misi kedua
5
Bab 5 : Perjuangan mengantar makan siang
6
Bab 6 : Bonus
7
Bab 7 : Misi ketiga
8
Bab 8 : Pesta
9
Bab 9 : Jebakan
10
Bab 10 : Misi keempat
11
Bab 11 : Demensia
12
Bab 12 : Totalitas seorang Laura
13
Bab 13 : Misi kelima
14
Bab 14 : Misi tambahan
15
Bab 15 : Penyelamatan
16
Bab 16 : Curiga
17
Bab 17 : Waspada
18
Bab 18 : Upaya
19
Bab 19 : Misi keenam
20
Bab 20 : Penyamaran
21
Bab 21 Permainan
22
Bab 22 : Bermain peran
23
Bab 23 : Keberanian
24
Bab 24 : Misi ketujuh
25
Bab 25 : Menjadi pengganti
26
Bab 26 : Ulet bulu
27
Bab 27 : Membalas dengan cara elegan
28
Bab 28 : Pembelaan
29
Bab 29 : Menelan kekecewaan
30
Bab 30 : Hukuman
31
Bab 31 : Perintah istri
32
Bab 32 : Misi kedelapan
33
Bab 33 : Mengabulkan keinginan suami
34
Bab 34 : Ulang tahun
35
Bab 35 : Hati yang terluka
36
Bab 36 : Tempat yang indah
37
Bab 37 : Kejutan
38
Bab 38 : Mobil bergoyang
39
Bab 39 : Usaha keras
40
Bab 40 : Fans
41
Bab 41 : Syarat
42
Bab 42 : Asisten pribadi
43
Bab 43 : Rencana Ryan
44
Bab 44 : Sepuluh persen
45
Bab 45 : Pertemuan
46
Bab 46 : Curiga
47
Bab 47 : Hotel
48
Bab 48 : Hadiah mewah
49
Bab 49 : Malam perjanjian
50
Bab 50 : Pengawasan jarak jauh
51
Bab 51 : Mengintai
52
Bab 52 : Penasaran
53
Bab 53 : Melacak
54
Bab 54 : Merasa kehilangan
55
Bab 55 : Kepercayaan
56
Bab 56 : Titik lokasi yang membuat emosi
57
Bab 57 : Mengalah
58
Bab 58 : Sopir cantik
59
Bab 59 : Pertemuan di hotel yang sama
60
Bab 60 : Proses kerja sama
61
Bab 61 : Harapan kosong
62
Bab 62 : Harapan yang sia-sia
63
Bab 63 : Perangkap
64
Bab 64: Terciduk
65
Bab 65 : Dugaan
66
Bab 66 : Kesibukan Laura
67
Bab 67 : Marah dan curiga
68
Bab 68 : Karma
69
Bab 69 : Kenangan di pantai
70
Bab 70 : Daya tarik Laura
71
Bab 71 : Proyek penuh kenangan
72
Bab 72 : Menginap?
73
Bab 73 : Satu ruang
74
Bab 74 : Rencana licik Kessy
75
Bab 75 : Bersenang-senang
76
Bab 76 : Syarat yang menyenangkan
77
Bab 77 : Kenyataan yang menyakitkan
78
Bab 78 : Pelindung Laura
79
Bab 79 : Kehilangan
80
Bab 80 : Keputusan Laura
81
Bab 81 : Karma
82
Bab 82 : Rencana balas dendam
83
Bab 83 : Terbebas dari ikatan sistem
84
Bab 84 : Balas dendam dengan cara elegan
85
Bab 85 : Malam yang menyedihkan
86
Bab 86 : Menyadari kebodohan diri sendiri
87
Bab 87 : Permintaan Laura
88
Bab 88 : Melepas bidadari cantik
89
Bab 89 : Kabar baik
90
Bab 90 : Pernikahan
91
Bab 91 : Menguak kepalsuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!