Menjadi Yang Kedua
“Hasil analisis sp*rma Pak Wirra tidak ada masalah. Semuanya bagus, mulai dari bentuk, jumlah dan konsistensinya, semua baik. Namun, untuk hasil pemeriksaan Ibu, sepertinya sedikit kurang baik.”
Anna dan Wirra saling tatap. Mendengar ucapan dokter, telapak tangan Anna seketika menjadi dingin. Wanita itu sebelumnya sudah sangat yakin jika dialah penyebab dari semua ini. Dia lah penyebab kalau mereka belum diberikan keturunan hingga saat ini.
Setelah hampir lima tahun menjalani biduk rumah tangga bersama Wirra, Anna akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengajak sang suami melakukan tes pemeriksaan kesuburan. Dan hasilnya memang seperti apa yang ditakutkan olehnya.
“Dari hasil pemeriksaan, Bu Anna mengidap penyakit endometriosis. Dan endometriosis itu terdapat pada daerah tuba falopi,” ucap dokter sembari menunjukkan gambar hasil USG pervaginam yang dilakukan oleh Anna.
“Kondisi ini menyebabkan sp*rma akan kesulitan untuk mencapai dan membuahi sel ovum sehingga proses pembuahan menjadi sulit terjadi karena endometriosis dapat menimbulkan perlengketan dan mengubah letak organ-organ kandungan serta melepaskan zat yang bersifat racun untuk sel telur dan embrio.”
Tubuh Anna mulai gemetar mendengar penjelasan dokter. Walau sejak awal sudah bisa menebaknya, tapi Anna tetap merasa terpukul atas diagnosa yang diberikan oleh dokter.
“Apa bisa disembuhkan, Dok?” tanya Wirra.
“Pengobatan hanya dengan pemberian obat untuk meredakan nyeri yang sering dialami Bu Anna. Terlebih saat masa menstruasi datang. Setelah itu kita akan melakukan terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan jaringan. Namun, jika belum juga membaik, kita akan melakukan operasi untuk mengatasi endometriosisnya.”
“Sebisa mungkin, Bu Anna berolahraga secara rutin, menjaga berat badan tetap ideal, dan mengurangi konsumsi minuman berkafein atau beralkohol.”
Sejak hari itu, Anna sering menyendiri. Wanita itu sering terlihat menangis seorang diri. Wirra yang tidak mau istrinya terus mengalami kesedihan, menawarkan untuk mencari dokter lain, dan kembali memeriksakan kesehatan sang istri.
“Aku tidak siap untuk mendengar vonis dokter untuk yang kedua kali, Mas. Dokter yang kita temui adalah salah satu dokter terbaik. Aku percaya dengan diagnosa yang dia berikan. Aku tidak akan mencari second opinion dan membiarkan hatiku merasa sakit sekali lagi,” lirih wanita itu.
Wirra menghela napas panjang. Pria itu terlihat menganggukkan kepalanya. Alih-alih memikirkan jika mereka tak akan bisa memiliki keturunan, Wirra malah terpikirkan akan kesehatan mental sang istri. Wanita itu terlihat tak lagi bergairah. Bahkan tubuhnya semakin terlihat kurus hanya dalam beberapa hari.
Melihat sang istri yang semakin murung dari hari ke hari, Wirra pun mengajak Anna berlibur ke Bali selama tiga hari. Anna begitu bahagia dengan perhatian yang diberikan oleh Wirra.
Wirra tak pernah menyalahkan dirinya. Sejak vonis diberikan oleh dokter, Wirra tak pernah menghakimi dirinya. Dan sebuah ide gila pun muncul di benak Anna.
Wanita itu tak langsung memberitahukan ide gila itu pada sang suami. Anna ingin liburannya selama tiga hari tak terganggu oleh sebuah pembicaraan yang pelik.
Satu Minggu setelah liburan mereka usai, Anna pun menyampaikan ide yang terlintas dalam pikirannya selama berada di Bali.
“Mas ... Bagaimana kalau Mas menikah lagi,” ucap wanita itu. Wirra benar-benar terkejut dengan permintaan sang istri. Wirra terpaku menatap Anna.
Bagaimana mungkin ada seorang istri yang meminta sang suami untuk menikah lagi? Bukankah kebanyakan wanita tak ingin dimadu? Bukankah kebanyakan wanita biasanya menginginkan sang suami untuk setia hanya dengan dirinya?
“Mas ... Mas dengarkan apa yang aku katakan?” tanya Anna dengan lembut.
Wanita itu benar-benar mengatakannya dengan lembut. Seolah dipoligami benar-benar tak masalah baginya.
Apakah sang istri belum mencintai dirinya?
Pernikahan mereka memang terjadi karena perjodohan. Wirra yang tak kunjung memiliki seorang kekasih hingga berusia 30 tahun, membuat guru spiritualnya mengenalkan seorang gadis cantik nan anggun.
Tutur bahasa Anna selalu sopan dan lembut di setiap pertemuan mereka. Itu yang membuat Wirra akhirnya menerima perjodohan itu.
Sementara Anna, saat melihat Wirra yang tampan dan memiliki karir yang sukses, dia langsung menyetujui perjodohan itu.
Anna seorang wanita yang penurut dan lembut. Karena kelembutan itu, tak susah bagi Wirra untuk merasa sayang pada wanita itu. Wirra menyayangi dan menghormati Anna. Tentu saja penawaran yang diberikan oleh Anna tak disetujui olehnya.
“Apa kamu mengatakan hal ini karena penyakit yang kamu derita?” tanya Wirra. Anna hanya menjawabnya dengan tersenyum tipis.
“An ... Kita bisa cari second opinion. Bisa saja diagnosa dokter itu salah.”
“Mas ... Aku kan sudah katakan, aku tidak mau sakit untuk kedua kalinya. Dokter yang memeriksa kita adalah dokter terbaik di Ibukota,” lirih Anna.
“Dokter juga manusia biasa, An. Mereka bisa saja salah. Tidak ada yang mutlak benar. Atau, jikapun diagnosa dokter itu benar, kita bisa mencari pengobatan lain. Mungkin ke Singapore? Uangku cukup untuk itu,” jelas Wirra. Anna kembali tersenyum tipis.
“Mas ... Sejak vonis itu, aku sudah membaca beberapa literatur. Kemungkinan aku bisa hamil hanya lima persen, Mas. Aku ingin Mas Wirra memiliki keturunan. Ibu juga pasti menginginkan cucu dari Mas Wirra. Mas Wirra putra lelaki satu-satunya.”
“Kita bisa adopsi anak, An. Jika kamu memang menginginkan seorang anak,” ucap Wirra.
Bibir Anna semakin sumringah. Penolakan sang suami akan saran darinya, membuat Anna merasa bahagia dan merasa dicintai.
“Ibu pasti menginginkan keturunan Mas Wirra. Bukan anak orang lain. Mereka pasti menginginkan darah daging Mas Wirra. Memangnya Mas Wirra tidak begitu?”
“Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Dan aku rasa, Ibu juga tidak mempermasalahkannya,” tegas Wirra.
“Tapi aku menginginkannya, Mas. Aku ingin Mas Wirra memiliki seorang penerus. Penerus dari darah daging Mas sendiri.”
Wirra tetap teguh pada pendiriannya. Pria itu tak gampang untuk membuka hati. Dan mungkin tidak akan ada wanita yang selembut sang istri hingga bisa membuatnya merasa sayang. Dan dia tidak mungkin melakukan hubungan layaknya suami-istri jika dia tak memiliki rasa sayang.
Sejak hari itu, beberapa kali sang istri mengajaknya bertemu dengan gadis-gadis muda. Gadis-gadis yang rela menjadi madu bagi Anna. Kebanyakan gadis-gadis itu adalah saudara dekat ataupun adik dari sahabat Anna.
Anna sendiri menjamin kebaikan hati para gadis itu. Tapi entah mengapa, Wirra tak tertarik sedikit pun.
Wirra yang tak tertarik pada gadis-gadis muda itu, membuat perasaan Anna senang. Walau dia menginginkan sang suami menikah lagi dan memiliki keturunan. Tapi tak bisa dipungkiri jika hatinya merasa berbunga kala sang suami menolak para gadis cantik itu. Seolah hati sang suami hanya untuk dirinya.
“Apa kita minta bantuan Ibu untuk mencarikan istri buat Mas? Atau minta bantuan Paman Musa, seperti kita dulu?”
Pertanyaan dari Anna membuat Wirra mengembuskan napas panjang.
“Sudahlah, An. Aku sama sekali tak tertarik untuk menikah lagi,” ucap Wirra.
mendengar ucapan Wirra, Anna pun menyerah. Ada rasa senang yang teramat begitu mendengar sang suami tak ingin menduakannya. Mungkin sang suami sangat mencintai dirinya. Begitulah pikir Anna.
“Tapi, satu hal yang harus Mas ingat. Aku mengizinkan Mas untuk menikah lagi. Kapan pun Mas Wirra menginginkan untuk menikah lagi, kapan pun Ibu meminta Mas Raka untuk menikah lagi, aku bersedia Mas. Aku bersedia untuk dipoligami.”
Bulan demi bulan pun berlalu. Anna tak lagi mengenalkan sang suami dengan gadis-gadis muda pilihannya.
Dan saat itu ponsel Wirra berbunyi. Seorang temannya semasa kuliah, memasukkan nomor ponselnya ke sebuah grup chat.
'Reuni SMA Bunga Bangsa'06'
Dan cuitan seorang wanita membuat dirinya terusik.
“Meyta ...,” lirihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Tina
😔
2023-12-26
10
Ana
mantan pacar kah😃
2023-06-17
15
Ana
agak lain istrinya 😂
2023-06-17
15