Malam itu, Wirra kehilangan keteguhan hatinya. Pria yang tadinya menolak tawaran sang istri untuk menikah lagi, kini tengah menenggelamkan wajahnya pada celah lembut seorang wanita.
Wanita yang dulu pernah menghancurkan harapannya. Wanita itu kini merintih dan memohon diberi kepuasan olehnya.
Meyta yang terus mengerang dan menggelinjang membuat Wirra semakin lahap di bawah sana. Pria itu tak lagi teringat akan statusnya sebagai pria beristri. Dia tak lagi mengingat ucapannya untuk tak menikah lagi. Yang dia inginkan hanyalah memberikan kepuasan bagi Meyta. Wanita yang masih bersarang di hatinya.
Pria itu tak lagi bisa menahan diri.
Dengan terburu-buru dia melepaskan pakaiannya dan menaiki wanita itu. Dengan satu hentakkan, Wirra berhasil memasuki Meyta.
Wirra lantas menghujam Meyta tanpa ampun. Wanita itu bahkan hingga berteriak-teriak melampiaskan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuhnya.
Begitupun dengan Wirra. Miliknya yang dicengkeram tubuh Meyta dengan sangat erat membuatnya terus mengeram.
Suara mengerang mereka yang saling bersahutan menggema di kamar itu. Wirra dan Meyta bahkan tak peduli jika ada orang yang bisa mendengar teriakan mereka. Mereka hanya ingin melampiaskan kenikmatan tiada tara yang tubuh mereka rasakan saat ini.
Bahkan, tanpa ragu, Wirra menyemburkan cairan cintanya ke dalam tubuh Meyta. Lalu menghempaskan tubuhnya di atas tubuh wanita itu.
Wirra benar-benar merasa sangat puas. Sudah lama dia mendamba untuk menikmati wanita itu.
Tapi, Wirra tentu saja tak sepenuhnya merasa puas. Karena beberapa menit setelahnya, Wirra kembali menginginkan Meyta.
Kali ini, pria itu bahkan mengeksplor seluruh bagian tubuh Meyta. Mulai dari ujung kepala hingga ke jari-jari kaki wanita itu.
Meyta yang masih berada dalam pengaruh obat pun kembali terhanyut oleh permainan Wirra.
Bagi Meyta, Wirra terlihat begitu mahir. Dirinya yang tak pernah merasakan kepuasan di pernikahan sebelumnya, ditambah obat yang tak sengaja dikonsumsinya, membuat Meyta juga sama menggebu-gebunya dengan Wirra. Mereka berdua bagai sepasang manusia yang penuh hasrat.
Entah sudah berapa kali tubuh Meyta melenting dan mengeluarkan ****** *****, tapi wanita itu masih saja menggerakkan pinggulnya dengan menggebu-gebu.
Meyta dan Wirra seolah melepas rasa rindu yang telah lama mereka pendam. Tak hanya saling melepas rindu, mereka juga saling melepas hasrat hingga penat.
Menit demi menit berlalu.
Sepasang manusia yang pernah memadu kasih itu, kini terkulai. Tubuh mereka remuk redam akibat melampiaskan hasrat menggebu itu. Meyta bahkan terlelap dalam dekapan Wirra.
Sementara pria itu, terus memandang lekat wajah Meyta, seolah dia menghapal setiap lekuk di wajah itu. Wajah yang tak pernah sekalipun terhapus dari ingatannya. Wajah yang begitu dia rindukan.
Keinginan untuk mempersunting Meyta pun langsung menyala di dada Wirra. Dia akan segera melamar wanita yang kini tertidur dalam dekapannya itu.
Sejak Wirra mengetahui status Meyta yang kini menjadi seorang ibu tunggal, Wirra sudah berkeinginan untuk kembali mendekati wanita itu. Dia ingin menjalin kembali hubungan mereka yang pernah diputus oleh Meyta. Dia ingin kembali memiliki gadis itu.
Namun, seandainya Meyta sudah memiliki seorang kekasih, Wirra akan langsung mundur. Dia tidak akan mengganggu hubungan wanita itu dengan kekasihnya.
Namun, setelah pertempuran panas yang baru saja mereka lakukan, Wirra berubah pikiran. Dia tak akan melepaskan Meyta. Wanita itu harus menjadi miliknya. Andai Meyta sudah memiliki kekasih pun, dia akan merebutnya dengan cara apapun.
Dia tidak akan membiarkan siapapun memisahkan Meyta dari dirinya. Meyta harus menjadi istrinya keduanya. Begitulah tekad Wirra.
Pria itu masih terus memandang wajah Meyta yang masih sama cantiknya seperti dulu, memandangi tubuh mulus Meyta yang masih belum berbusana.
Hasrat pria itu hampir saja bangkit. Namun suara bel membuatnya terperanjat.
Suara bel membuat Wirra harus melepaskan Meyta dari dekapannya. Dengan hati-hati Wirra meletakkan kepala wanita itu di atas bantal lalu melangkah menuju pintu.
“Maaf Pak, waktu sewa kamarnya sudah habis.”
Wirra tertegun. Pria itu sempat terlupa jika mereka tengah berada di kamar sewaan yang ada di sebuah klub malam.
“Apa saya tidak bisa menyewa kamar ini lebih lama?” tanya Wirra. Rasanya dia tak ingin mengakhiri kebersamaannya dengan Meyta secepat ini. Dia masih ingin terus memeluk wanita itu. Bahkan dia ingin kembali menumpahkan hasratnya dalam tubuh wanita itu.
“Bisa kok Pak. Biayanya satu juta rupiah per empat jam,” jawab pelayan ini.
“Saya akan bayar dua juta,” ujar Wirra. Pelayan itu terdiam sejenak. Sebelum akhirnya memberikan kontrak sewa baru pada Wirra.
“Tiga juta berarti sewanya diperpanjang sampai pukul 08:00 WIB ya, Pak.”
Wirra mengangguk setuju. Pria itu menyerahkan kartu debit miliknya dan melakukan pembayaran.
Jantung pria itu berdebar kencang. Membayangkan akan terus bersama Meyta hingga esok pagi, membuat Wirra sangat antusias.
Pria itu kembali ke ranjang dan mengecup dahi Meyta setelah selesai melakukan pembayaran sewa kamar.
Wirra tiba-tiba teringat alasan dirinya dan Meyta bisa bertemu, malam ini. Mereka akan menghadiri acara reuni SMA. Wirra pun menyambar ponselnya. Seketika pria itu dihadapkan oleh banyak pesan yang masuk ke ponselnya.
Dan pesan teratas adalah dari sang istri yang terus menanyakan keberadaannya. Saat ini tepat tengah malam, Wirra mengirimkan pesan balasan kepada sang istri.
'Maaf An, sepertinya aku tidak pulang malam ini. Kami sudah lama tak bertemu, jadi pembicaraan kami terlalu banyak hingga memutuskan untuk menginap di salah satu rumah teman. Maaf.'
Begitulah isi pesan Wirra kepada sang istri— Anna.
Wanita itu lantas menghubungi Wirra. Memutuskan untuk menjawab panggilan telepon itu di toilet, Wirra akhirnya mendapatkan izin dari sang istri. Bagi Wirra, yang terpenting saat ini adalah kebersamaannya dengan Meyta.
Tak masalah jika saat ini dirinya membohongi Anna. Tak masalah juga bagi dirinya jika saat ini dia mengkhianati pernikahan mereka. Karena toh sebentar lagi Meyta akan menjadi istri keduanya.
Wirra kembali menghampiri Meyta yang masih terlelap.
“Anak dan ibunya pasti mengkhawatirkan Mey,” gumam pria itu. Dengan alasan yang sama, dengan menggunakan sidik jari Meyta untuk memberikan akses pada ponsel wanita itu, Wirra mengirimkan pesan pada ibu kandungnya Meyta.
Pria itu pun kembali memeluk Meyta setelahnya. Dan Wirra baru terbangun saat Meyta menggeliat. Saat itu tepat pukul 04:00 WIB.
“Kamu sudah bangun,” ujar Wirra seraya memberikan senyuman termanisnya untuk Meyta.
Meyta terperanjat saat mendengar suara pria, terlebih pria itu adalah Wirra. Dan wanita itu lebih terkejut lagi saat mendapati jika dirinya tak menggenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Begitu pun dengan Wirra.
Meyta menutup mata dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Potongan adegan demi adegan yang terjadi malam tadi, tampil di benaknya. Meyta semakin terperanjat. Mulut wanita itu menganga. Meyta bahkan seketika menegakkan tubuh polosnya dan duduk di sisi Wirra yang masih berbaring.
Perlahan-lahan Meyta menoleh dan menatap Wirra. Wanita itu pun reflek menyilangkan kedua tangannya di atas kedua dadanya lalu tertunduk malu. Wirra tersenyum geli melihatnya.
Pria itu pun duduk dan menopangkan dagunya di pundak Meyta. Wirra juga melingkarkan tangannya di pinggang Meyta.
“Buat apa ditutupi. Aku sudah melihat semuanya, Mey,” bisik pria itu.
Meyta seketika bergidik saat merasakan hembusan napas Wirra di telinganya. Dan tubuh Meyta semakin meremang, saat jemari Wirra sudah menyusup di celah lembut miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mimi
jgn suka nyusup2 bang 😋
2023-06-13
12
Mimi
suami mana suami 🤤
2023-06-13
12
Mimi
ughhhh machoo josss 💪
2023-06-13
12