Meyta benar-benar tak mau lagi terikat pada sebuah hubungan. Kebahagiaan sang anak adalah yang menjadi prioritasnya saat ini.
Tapi, sebuah kejadian membuat hal itu perlahan berubah.
Kala itu, Meyta tiba-tiba tergabung dalam sebuah grup chat reuni. Beberapa teman semasa SMA pun mulai menyapa. Meyta menjawab semua pertanyaan yang tertuju padanya. Pembicaraan Meyta dengan beberapa temannya semasa SMA pun terasa begitu menyenangkan. Kenangan seru dan indah saat dirinya masih berseragam putih abu-abu, kembali berputar di kepalanya.
Wajah Meyta terlihat begitu ceria. Senyuman tak lepas dari bibirnya kala berinteraksi dengan teman-temannya itu. Senyuman Meyta bahkan semakin lebar, saat tiba-tiba janda beranak satu itu teringat akan seorang pria.
Seorang pria yang pernah mengisi hari-harinya dengan penuh senyuman saat dia masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Wirra Pramudya ...
Walau mereka kenal saat masih berseragam putih abu-abu, tapi mereka menjalin kedekatan saat di bangku perkuliahan. Hingga tak ada satu orang pun teman SMA yang mengetahui hubungan yang pernah terjalin di antara Meyta dan Wirra.
Meyta yang baru saja putus dengan kekasihnya, tiba-tiba menjadi penasaran dengan Wirra. Meyta menggulirkan nama para anggota grup chat itu untuk mencari sesosok pria bernama Wirra. Dia begitu penasaran.
Apakah pria itu juga berada di grup chat yang sama? Bagaimana kabar pria itu? Apa dia sehat? Apa dia semakin menawan? Apa pria itu sudah menikah? Berkeluarga?
Meyta seketika menghentikan jemarinya untuk tak lagi menggulirkan layar ponselnya. Wanita itu kemudian mengembuskan napas kasar.
Buat apa dia memikirkan pria itu? Bukankah dia sendiri yang meninggalkan Wirra. Dan kejadian itu sudah berlalu lebih dari 12 tahun. Wirra pasti sudah berkeluarga. Dia pasti memiliki keluarga yang harmonis karena Wirra adalah seorang lelaki baik dan penyayang. Dirinya saja yang bod*h karena meninggalkan pria seperti Wirra.
Dan tepat saat itu, tanpa disadarinya, jemari Meyta berhenti pada sebuah kontak. Nama Wirra Pramudya tertera di sana. Sebuah senyuman kecut terpampang di wajah Meyta.
“Ya ... Seperti yang sudah kuduga. Dia pasti sudah memiliki seseorang di sisinya. Wanita itu sungguh beruntung,” gumam Meyta saat melihat foto profil yang dipajang oleh Wirra. Foto Wirra yang tersenyum di sebelah wanita cantik di sebelahnya.
Meyta tiba-tiba saja menggelengkan kepalanya. Wanita itu tak mau terganggu dengan apa yang baru saja dilihatnya. Wirra sudah berkeluarga dan dirinya juga tak ingin menjalin hubungan serius dengan pria manapun.
“Sadarlah Mey ... Kenangan masa lalu itu harus kamu kubur dalam-dalam. Kamu harus fokus pada kebahagiaan Rara,” gumamnya pada diri sendiri.
Tak lama, Meyta menganggukkan kepalanya. Membenarkan apa yang diucapkannya pada dirinya sendiri.
Ya ... Dia memang harus fokus pada kebahagiaan putri semata wayangnya. Tak ada masa depan yang lebih membahagiakan selain melihat ekspresi kebahagiaan yang dipancarkan sang anak.
“Mama kenapa? Tadi, Rara lihat Mama geleng-geleng, sekarang angguk-angguk,” ucap Rara yang kini tengah berjalan menghampiri Meyta.
Rupanya gadis kecil itu sudah memerhatikan sang ibu sejak tadi. Mutiara melihat bagaimana wajah antusias Meyta ketika menatap ponselnya. Lalu melihat sang ibu tiba-tiba murung, lalu menggelengkan kepalanya kemudian mengangguk-anggukkan kepala.
“Kenapa Ma?” tanya Mutiara sekali lagi.
Meyta pun tersenyum mendengar rasa penasaran sang anak. Mutiara memang selalu seperti itu. Gadis kecil itu sangat kritis. Rasa ingin taunya sangat besar. Dia selalu diliputi dengan rasa penasaran.
“Bukan apa-apa,” jawab Meyta.
Walau Meyta tau, jawaban seperti itu pasti tidak akan memuaskan sang anak. Gadis kecil itu pastinya akan semakin penasaran. Tapi, ditodong pertanyaan itu dengan tiba-tiba, Meyta tak siap untuk menjawabnya. Meyta juga tidak bisa jujur pada sang anak tentang apa yang ada di hati dan pikirannya saat ini.
Mutiara pun memicingkan mata dan menatap tajam pada sang ibu hingga membuat Meyta tergelak.
“Hahaha ... Tidak ada masalah apa-apa Sayang,” ucap Meyta meyakinkan sang buah hati. “Teman-teman Mama semasa SMA akan mengadakan reuni. Tapi mama masih bingung, mau ikut atau tidak.”
“Reuni itu apa Ma?” tanya Mutiara.
“Reuni itu artinya bertemu kembali. Jadi, Mama akan bertemu dan berkumpul kembali dengan teman-teman Mama semasa SMA dulu,” jawab Meyta.
Meyta berharap jawaban yang dia berikan bisa meruntuhkan sedikit rasa penasaran sang anak.
Mutiara terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya lalu terdiam sejenak.
“Kalau itu bisa membuat Mama merasa senang, ikut saja.”
Meyta menatap sang anak. Ucapan yang dilontarkan oleh Mutiara benar-benar membuatnya terharu.
Bagaimana mungkin gadis sekecil itu bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu bijaksana? Memikirkan kebahagiaan ibunya.
Meyta seketika menggeser duduknya lalu membawa Mutiara dalam dekapannya. Dikecupnya berulangkali pucuk kepala sang anak semata wayang.
“Terima kasih karena Rara sudah memikirkan kebahagiaan mama,” ucap Meyta. Mutiara membalas ucapan terima kasih itu dengan membalas pelukan sang ibu kandung dengan tak kalah erat.
“Tapi, di acara reuni itu, tidak ada yang boleh membawa anak karena acaranya malam hari dan di sebuah klub. Boleh?” jelas Meyta.
Selama ini, kemana pun Meyta pergi di hari libur, wanita itu pasti mengajak sang anak turut serta. Sekalipun itu jadwal kencan dengan kekasihnya.
Mutiara melepaskan pelukannya lalu menganggukkan kepala, “iya boleh. Yang penting Mama senang. Rara akan senang kalau Mama senang.”
Lagi-lagi Meyta dibuat terharu dengan ucapan sang anak. Meyta pun semakin menguatkan hatinya. Dia tidak akan pernah menikah lagi. Dia hanya akan fokus mengasuh Mutiara dan membesarkan anak semata wayangnya itu dengan limpahan kasih sayang. Dia akan memberikan banyak kebahagiaan pada gadis kecil itu.
Begitulah rencana Meyta.
Tapi ... sepertinya semesta tak merestui itu.
Entah bagaimana kronologi ceritanya, saat menghadiri acara reuni itu, Meyta memasuki ruangan yang salah di sebuah klub malam.
Meyta mengedarkan pandangannya. Wanita itu sama sekali tak mendapati sosok yang dikenalinya. Meyta mengernyitkan dahi. Dia kembali mengecek lokasi janji temu.
“Benar di klub Newton. Tapi kemana yang lainnya?”
Meyta hendak menghubungi salah satu temannya semasa SMA, namun suara dan tepukan seorang pria di pundaknya berhasil mengejutkan Meyta.
“Kamu kenapa di sini, Mey?”
Meyta menoleh. Pencahayaan yang temaram di ruangan yang cukup luas itu di tambah suara musik yang begitu keras, membuat Meyta harus memicingkan mata dan menatap dengan jelas siapa yang berada di depannya.
“Kamu sudah melupakan aku, Mey? Melupakan wajahku? Melupakan suaraku?”
Meyta menggelengkan kepala sembari melambaikan kedua tangannya dengan terburu-buru. Tentu saja dia tak mungkin melupakan pria yang kini ada di hadapannya itu. Bahkan suara pria itu juga masih terekam jelas di ingatannya.
Meyta hanya ingin memastikan, apa pria yang berdiri di hadapannya itu, benar-benar pria dari masa lalunya.
“Bukan begitu. Hanya saja lampu yang berkelap-kelip ini membuat mataku sedikit silau. Tentu aku masih ingat dengan kamu, Wir. Masih sangat ingat,” jawab Meyta.
Senyum Wirra seketika terkembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Anjar Asni
dewasa bgt
2023-06-17
15
Anjar Asni
teringat masa lalu
2023-06-17
15
Ana
hmmm
2023-06-17
15