Pendekar Bukit Barisan

Pendekar Bukit Barisan

AlKisah

Di sebuah daerah perbukitan yg terdapat tujuh bukit yg berbaris membentuk lingkaran, Empat bukit terluar dan tiga bukit di tengah. Satu bukit berada di tengah sebagai daerah yg memimpin seluruh daerah Bukit Barisan.

Empat bukit terluar adalah:

Bukit Angin berada di sebelah Utara

Bukit Air berada di sebelah Selatan

Bukit Api berada di sebelah Barat

Bukit Tanah berada di sebelah Timur. Dua bukit di tengah adalah Bukit Tambang yaitu Bukit Logam dan Bukit Batu serta satu bukit yg di sebut Bukit Maha yg berada di posisi paling tengah sebagai tempat Penguasa seluruh daerah di ketujuh bukit yg berbaris tersebut. Di antara bukit bukit tersebut terdapat sebuah dataran luas dan hutan sebagai batas wilayah dan jalan penghubung antara satu bukit dengan bukit lainnya.

Masing masing bukit di pimpin seorang Raja kecuali dua bukit tambang yaitu Bukit Logam dan Bukit Batu karena kedua bukit tersebut sebagai sumber penghasil bahan perdagangan. Bukit Logam menghasilkan tambang Emas, Perak, Perunggu dan Besi.

Emas, Perak, dan Perunggu di buat sebagai Mata Uang dan Perhiasan sedangkan Besi untuk senjata dan keperluan lainnya. Bukit Batu menghasilkan barang tambang berupa Batu Mulia dan Permata yg berharga sangat mahal di Pasar Dagang. Sementara untuk Pertanian di lakukan di daerah masing masing.

Daerah Bukit Barisan ini di huni berbagai macam ras di seluruh tempat baik dari ras Manusia, Jin, Siluman dan Binatang Biasa maupun Binatang Spiritual.

Bukit Maha sebagai Penguasa seluruh daerah di pimpin seorang Maha Raja sekaligus sosok terkuat di seluruh daerah tersebut yg mengatur jalannya pemerintahan dan pajak. Setiap Raja di empat bukit luar wajib menyerahkan Upeti kepada Maha Raja Seperlima dari Penghasilan Daerah setiap Dua Purnama.

Maha Raja saat ini yg Memimpin Bernam Maha Raja Damar yg menguasai Zat Air dan Zat Angin sekaligus menjadi satu satunya orang yg menguasai dua Zat menjadikannya sebagai orang terkuat di daerah Bukit Barisan tersebut. Namun posisinya sebagai Maha Raja yg bergelimang harta dan kekuasaan membuat beberapa orang berwatak serakah yg merasa memiliki kekuatan lebih ingin menggulingkan kekuasaannya dan menjadi penguasa.

Walau rakyat saat ini hidup dalam keadaan damai dan sejahtera tidak menghentikan langkah mereka yg berwatak tamak bin serakah untuk memulai peperangan dengan tujuan menggulingkan kekuasaan saat ini dan menjadi penguasa berikutnya.

Suatu ketika Kerajaan Api yg terletak di Bukit Api yang di pimpin oleh Raja Bara melakukan penyerangan ke Bukit Maha. Raja Bara yg baru saja mendapatkan kekuatan dari gurunya barunya di sebuah goa di Lembah Sunyi serta sebuah pusaka bernama Pedang Merah merasa yakin dapat mengalahkan Maha Raja Damar, Berdasarkan hal tersebut Raja Bara melakukan penyerangan ke Bukit Maha untuk mewujudkan ambisi serakahnya menjadi penguasa.

Gemuruh suara tapak kuda dan langah para Prajurit yg berjumlah ribuan orang memecah kesunyian dataran rerumputan hijau yg berada di antara Bukit Api dan Bukit Maha yg bertindak sebagai Batas Wilayah dan Medan Perang apa bila terjadi pertempuran di antara kedua kerajaan.

Prajurit penjaga perbatasan yg melihat iring iringan Pasukan Tempur dari Kerajaan Api langsung memberikan isyarat mengunakan panah kepada Prajurit yg berada di menara pantau di Bukit Maha sebagai simbol adanya serangan yg datang.

Prajurit yg menerima isyarat tersebut langsung melaporkan kepada Panglima Gulta sebagai pimpinan prajurit tertinggi. Sambil menjura hormat prajurit tersebut berucap " Lapor Panglima... Hamba baru saja mendapat isyarat dari prajurit yg menjaga perbatasan dengan kerajaan Api bahwa ada serangan pasukan tempur dari Kerajaan Api di perbatasan."

" Laporanmu aku terima, Laporkan juga kepada Maha Raja, Aku akan mempersiapkan pasukan dan pergi ke perbatasan untuk menghadapi para pemberontak itu." Jawab Panglima Gulta setelahnya langsung bergegas meninggalkan prajurit tersebut untuk bersiap menghadapi peperangan di per batasan.

Derap langkah kuda dan langkah kaki Pasukan Tempur berjumlah ribuan orang yg di pimpin Panglima Gulta bergemuruh membuat para warga yg sedang menjalankan aktifitasnya sehari hari menyingkir dari jalan yg akan di lalui pasukan tempur tersebut.

Tak lama berselang kini kedua pasukan tempur sudah saling berhadapan di wilayah perbatasan yg akan menjadi medan perang.

"Raja Bara... Ini adalah kali kedua kau melakukan pemberontakan, Aku pastikan kali ini kepalamu akan ku gantung di gerbang Kota Raja sebagai peringatan kepada orang orang serakah dan tak tau berterima kasih sepertimu." Ucap Panglima Gulta dengan lantang.

"Panglima Gulta ... Sebaiknya kau menyerah dan bersujud di kakiku maka aku akan mengampuni nyawamu, Karena sebentar lagi aku yg akan menjadi Penguasa di Bukit Barisan ini." Ucap Raja Bara mencibir Panglima Gulta.

"Cih...Walau harus mati aku akan tetap setia kepada Maha Raja Damar." jawab Panglima Gulta dengan mantap..

" Pasukan..bantai semua Pemberontak itu sampai habis tanpa sisa..."

"SERANG......." Teriak Panglima Gulta dengan lantang.

" Pasukan mari kita bantai pasukan lemah di depan dan menjadi Penguasa."

"SERANG...." Ucap Raja Bara kepada Prajuritnya..

Seketika kedua kubu saling berlari menyerang musuh dengan formasi masing masing, dan perang pun meletus..."Tring...tring..tring..." Terdengar suara logam beradu dari senjata para prajurit yg bertempur dari kedua kubu. Jerit pekik kesakitan dan kematian terdengar di sana sini, hanya kata kata pembakar semangat dan perjuangan yg terdengar mengiringi kematian prajurit yg gugur di medan tempur.

Tak lama berselang ratusan bola api meluncur dari udara mengarah ke prajurit yg sedang bertempur, Panglima Gulta yg melihat hal tersebut dari atas kuda dia mengerahkan kemampuan penguasa Zat Angin, Dia mengarahkan kedua telapak tangannya kedepan, ke atas lalu merentangkan kedua tangannya untuk merubah arah bola api kesamping pasukan agar pasukannya tidak terkena serangan bola api yg mematikan, Tapi naas saat kedua tangannya terbuka sebuah bola api yg lebih besar meluncur lurus kearahnya dengan sangat cepat. Alhasil bola api tersebut tepat mengena dada Panglima Gulta yg terbuka, Panglima Gulta terlempar dari atas kudanya dan mendarat di tanah dalam posisi telentang, Baju Zirah yg di pakai Panglima Gulta juga terbakar.

Dengan sigap Panglima Gulta melepaskan Baju Zirah nya yg terbakar untuk mencegah agar kulitnya tidak ikut terbakar, "Uhuk...uhuk.." Panglima Gulta memuntahkan seteguk darah,Dia menderita luka dalam akibat serangan bola api tersebut

"Bedebah.... Pengecut.." Rutuk Panglima Gulta, Dia pun mencoba berdiri, Namun belum dia bangkit sepenuhnya sesosok tubuh melesat ke arahnya dengan mengayunkan pedang yg di arahkan ke lehernya, Sontak Panglima Gulta bergerak kebelakang untuk menghindari serangan tersebut, Namun gerakan Panglima Gulta yg sedang terluka sedikit terlambat dan ujung pedang Raja Bara berhasil menggores dada Panglima Gulta yg sudah tidak menggunakan zirah menyebabkan luka memanjang dari bahu kiri sampai rusuk kanan.

Tak sampai di situ, Raja Bara kembali menyerang Panglima Gulta seakan tidak ingin memberi kesempatan kepada lawan walau hanya sekedar menghela nafas, Kali ini dengan gerakan menikam serangan diarahkan ke jantung Panglima Gulta, Dengan sisa tenaga yg ada Panglima Gulta memutar tubuhnya ke kanan untuk menghindari serangan pedang yg mengarah ke jantungnya sambil mencari celah untuk mencabut pedangnya.

Namun naas saat ingin mencabut pedang yg ada di pundaknya, Seorang Ketua Regu dari pasukan Kerajan Api yg sedang bertempur di dekatnya menikamkan pedangnya ke arah perut Panglima Gulta dari arah belakang hingga tembus kedepan, Akibatnya Panglima Gulta harus meringkuh menahan rasa sakit akibat tusukan di perutnya, Melihat hal tersebut Raja Bara langsung mengayunkan pedangnya ke arah leher Panglima Gulta membuat kepala Panglima terlepas dari badannya dan menggelinding di tanah, Darah segar mengucur deras keluar dari leher Panglima Gulta.

"Menyerah lah... Panglima kalian sudah tewas." Ucap Raja Bara kepada sisa Prajurit Kerajaan Maha yg masih tersisa. Salah seorang Pemimpin Regu dari Prajurit Kerajaan Maha angkat bicara "Kami tidak akan menyerah, Walau harus mati setidaknya kami akan membawa sebanyak mungkin dari kalian bersama kami menghadap dewa kematian".

"Teman teman... Bentuk Formasi Bulan Purnama" Sesaat berikutnya seluruh Prajurit Kerajaan Maha yg tersisa berkumpul dan membentuk lingkaran yg beradu punggung untuk melindungi satu sama lainnya, Hal ini sering di lakukan pasukan tempur saat dalam keadaan terdesak oleh musuh.

"Prajurit.... Bantai semua pasukan Kerajan Maha, Jangan sisakan satu orang pun." Perintah Raja Bara kepada Prajuritnya. Prajurit Kerajaan Api yg merasa kemenangan sudah di depan mata seketika menyerang Prajurit Kerajaan Maha dengan penuh semangat.

"Teman teman kita mundur perlahan sambil melakukan perlawanan, Tetaplah bersatu dan jangan sampai keluar dari Formasi itu akan menyulitkan mereka menyerang kita." Perintah Sang Ketua Regu kepada Prajurit Kerajaan Maha yg tersisa.

Dengan kompak para Prajurit Kerajaan Maha bertahan sambil mundur, Saling melindungi satu sama lain. Hal itu cukup membuat Pasukan Kerajaan Api yg menyerang sangat kerepotan. Hasilnya prajurit Kerajaan Maha yg tersisa berhasil menggiring Prajurit Kerajaan Api sampai di jarak jangkauan panah Prajurit Pemanah yg berada di atas benteng Kerajaan Maha walau memakan korban yg tidak sedikit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!