Dari menara pantau yg berada di atas benteng Kerajaan Maha terlihat sekumpulan prajurit tengah bertempur dalam keadaan terdesak sambil mundur ke arah benteng, Dari seragam yg di kenakan para Prajurit yg terdesak itu mereka sangat mengenalinya, Karena seragamnya sama dengan yg mereka kenakan, Namun tidak terlihat Sang Panglima di antara mereka.
"Pasukan pemanah... Bersiap .... Saudara kita sedang berjuang dan mengarah ke sini." Perintah Komandan Regu Pemanah di atas benteng.
"Adi... Cepat kabarkan kepada Paduka Raja tentang hal ini." Perintahnya kembali kepada salah seorang prajurit yg ada di sampingnya, " Baik Komandan " Ucap Prajurit yg bernama Adi, Kemudian dia segera pergi untuk melaporkan kepada Sang Raja tentang keadaan saat ini.
" Siap kan panah."Perintah Komandan Regu, " Bidik" Ucapnya kembali, "Lepas.." Seketika ratusan panah melesat tepat di hadapan kumpulan prajurit yg terkepung tersebut, Akibatnya serangan dari Prajurit Kerajaan Api dapat di potong dengan mudah. Hujan panah kembali terjadi berulang kali yg membuat Prajurit dari Kerajaan Maha dapat memasuki benteng dengan mudah, Begitu sisa Prajurit yg terkepung mendekati benteng, Prajurit yg ada di atas benteng segera memerintahkan kepada Penjaga Pintu untuk membuka pintu agar teman mereka bisa segera masuk.
Namun baru saja pintu terbuka ratusan bola api sebesar kepalan tinju menghujani prajurit yg ada di sekitar benteng, Spontan saja seluruh Prajurit tunggang langgang mencari perlindungan di balik dinding benteng, Sebagian dari mereka menggunakan tameng sebagai pelindung, Namun naas bagi mereka yg tak dapat berlindung harus mati terbakar hidup hidup.
Strategi ini rupanya memang sengaja di buat Raja Bara agar mudah memasuki benteng tanpa harus bersusah payah merubuhkan pintu benteng yg sangat kokoh tersebut. Hujan bola api tersebut terus di lancarkan Raja Bara sampai seluruh pasukannya memasuki benteng kerajaan Maha.
Di tempat berbeda, Maha Raja Damar yg menerima laporan dari Prajurit langsung memerintahkan kepada seluruh Prajurit untuk bersiap di halaman istana, Dia juga memerintahkan untuk mengevakuasi warga ketempat yg aman melalui gerbang yg lain agar warga tidak terkena dampak peperangan.
Seluruh warga di Kota Raja mengungsi kecuali seorang pemuda tanggung yg berusia sekitar lima belas tahun. Pemuda tersebut adalah Jaya, Dia lebih memilih memanjat sebatang pohon besar dan duduk di salah satu cabang untuk mengamati jalannya pertempuran dari pada mengungsi seperti warga lain.
Tak lama berselang Maha Raja Damar keluar dari istana mengenakan Baju Zirah perang, Sebuah pedang tergantung di pundak kanan dan sebuah keris terselip di pinggang kirinya. Raja Damar langsung berdiri di barisan paling depan untuk memimpin langsung prajurit yg tersisa. Tak lama berselang pasukan dari Kerajaan Api yg di pimpin Raja Bara sudah berada di halaman istana, Jarak kedua pasukan hanya terpaut beberapa meter saja karena halaman istana tidak seluas dataran yg biasa di gunakan untuk medan perang.
" Rupanya kucing yg selama ini aku biarkan hidup kini sudah berani mencakar ku" Ucap Raja Damar mencibir Raja Bara.
" Kau yg tidak sadar... Yg selama ini kau anggap kucing adalah seekor macan" jawab Raja Bara tak mau kalah." Dan hari ini adalah hari terakhir mu melihat matahari" Ucap Raja Bara kembali, Setelahnya dia langsung memerintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan kerajaan Maha.
"SERANG...."
Raja Damar pun tak mau tinggal diam, Dia juga memerintahkan Prajuritnya untuk menyerang pasukan dari Kerajaan Api.
"SERANG......"
Pertempuran sengit pun terjadi di halaman istana kerajaan Maha, Areal yg biasanya menjadi tempat latihan para prajurit sekarang menjadi medan perang, Masing masing dari prajurit mencari lawan yg berimbang dan berusaha mengalahkan lawannya dengan seluruh kemampuan yg mereka miliki..
"Tring..tring..tring.." Suara logam beradu dari senjata para prajurit yg bertempur, Pekikan suara kesakitan dan kematian juga mengiringi seolah menjadi suatu kesatuan melodi kematian di iringi dengan darah yg terus mengalir ke tanah dan mayat yg berjatuhan dari prajurit yg gugur.
Sementara itu seorang pemuda masih terus mengamati dari atas sebatang pohon besar, dia terus saja mengamati pertempuran antara dua pasukan tersebut, dengan teliti dia mengamati formasi yg di terapkan oleh kedua pasukan, Mengamati kelebihan dan kekurangan dari masing masing formasi layaknya seorang yg sedang menonton pertandingan catur.
Sementara itu Raja Bara langsung berkelebat menyerang Raja Damar, Pertarungan dengan jurus jurus mematikan tingkat tinggi langsung di lancarkan oleh kedua raja tersebut, Tak jarang ledakan ledakan kecil maupun besar terdengar akibat beradunya tinju, Telapak maupun tendangan dari jurus jurus yg di keluarkan oleh kedua Raja tersebut.
Tak lama berselang Raja Bara berteriak sambil mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah Raja Damar
" Aji Segoro Geni "
Raja Damar juga melakukan hal yg sama mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah Raja Bara sambil berteriak
" Aji Jagat Banyu "
Terdengar suara ledakan yg sangat dahsyat akibat kedua telapak Raja Bara beradu dengan dua telapak Raja Damar, masing masing mereka terdorong sejauh lima tombak namun keduanya sama sama mampu berdiri dengan tegak walau terlihat darah segar mengalir dari masing masing bibir Raja tersebut yg menandakan mereka sama sama mengalami luka dalam.
" Kau akan merasakan kehebatan Pedang Naga Merah milik ku ini Damar" ucap Raja Bara seraya mengeluarkan sebuah pedang dari warang yg tergantung di pundak kanannya. Seketika pedang yg di genggam Raja Bara memancarkan cahaya kemerahan setelah Raja Bara mengalirkan tenaga dalamnya ke pedang tersebut.
"Kita lihat apakah pedang mu bisa menandingi Pedang Embun milikku." Ucap Raja Damar seraya mengeluarkan sebuah pedang dari warang yg tergantung di pundak kanannya, Seketika pedang yg di genggam Raja Damar memancarkan cahaya keputihan setelah Raja Damar mengalirkan tanaga dalamnya ke pedang tersebut.
Kemudian kedua raja tersebut kembali terlibat pertarungan menggunakan pedang pusaka masing masing, Percikan percikan bunga api pun keluar setiap kali kedua pedang pusaka itu beradu, Jurus jurus tingkat tinggi menggunakan pedang pusaka yg di aliri tenaga dalam dari ke dua raja membuat rasa ngeri bagi siapa saja yg melihat pertarungan tersebut.
Sambil menebaskan pedangnya ke arah Raja Damar, Raja Bara berteriak
" Tebasan Api Neraka "
Melihat hal tersebut Raja Damar menebaskan pedangnya ke arah Raja Bara untuk menyongsong serangan Raja Bara mengeluarkan salah satu jurus terkuatnya
" Tebasan Sapu Jagat "
Kedua pedang pusaka yg dialiri tenaga dalam dengan jurus jurus terkuat itu pun beradu.
Seketika terdengar ledakan yg sangat menggelegar dengan gelombang kejut yg sangat dahsyat, Prajurit dari kedua kerajaan yg sedang bertempur berada di radius lima puluh meter seluruhnya terpental tak tersisa, Rerumputan dan tanaman kecil di sekitar juga tercabut, Rumah rumah warga yg terbuat dari kayu maupun batu semuanya runtuh, bahkan sebagian dari bangunan istana juga ikut runtuh terkena gelombang kejut yg di hasilkan kedua pedang pusaka yg beradu tersebut.
Raja Bara terpental dan terseret dan baru berhenti ketika membentur reruntuhan rumah warga, Tangannya terasa sangat kebas dan seakan mati rasa, Baju Zirah yg dia kenakan sudah berwarna merah akibat darah yg dia muntahkan tanpa dia sadari, dari mulu, hidung serta telinganya mengalir darah segar, Seluruh tulangnya terasa remuk tak berdaya.
Dengan susah payah dia berusaha bangkit sambil bertumpu pada pedang yg di pegangnya, Namun kini sudah tidak mengeluarkan cahaya kemerahan lagi.
Keadaan Raja Damar juga tidak baik baik saja, Dia juga terpental dan terseret hingga membentur salah satu tiang besar istana hingga tiang tersebut rubuh, Baju Zirah Raja Damar juga sudah penuh dengan darah yg dia muntahkan tanpa dia sadari.
Untuk beberapa saat Raja Damar tergeletak di tanah, dari mulut, hidung dan telinganya mengalir darah segar. Namun sayang pedang Embun milik Raja Damar patah akibat benturan kekuatan tadi.
Raja Bara telah bangkit sepenuhnya walau masih dalam keadaan sedikit terhuyung, Menggunakan tangan kirinya Raja Bara menyisihkan darah yg mengalir dari mulut dan hidungnya. "Bagai mana Damar???... Apa kau sudah menyerah?.." Tanya Raja Bara dengan nada cibiran.
Raja Damar juga sudah bangkit walau dalam keadaan lemah. "Cih... Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyerah, Apa lagi dengan seorang Penghianat sepertimu" Ucap Raja Damar dengan tegas yg menunjukkan sikap Kesatrianya. Kemudian dia mencabut keris yg ada di pinggang kirinya dan bersiap untuk melakukan pertarungan kembali.
"Hahaha.... Kau tak akan bisa mengunakan keris Tumbal Geni itu dengan sempurna Damar, Karena keris itu mengandung unsur api, Hanya kami yg menguasai Zat Api saja yg bisa menggunakannya dengan sempurna. Sedangkan kau.... Walau kau menguasai dua Zat sekaligus namun kau menguasai Zat Air dan Angin" Ucap Raja Bara yg mencoba memprovokasi Raja Damar dengan mencibir keris yg ada di tangan raja tersebut.
"Persetan dengan omonganmu... Rasakan serangan ku." Ucap Raja Damar, Sejurus kemudian dia berkelebat menyerang Raja Bara, Pertarungan jarak pendek menggunakan senjata pusaka pun kembali terjadi, Kedua raja tersebut kembali mengeluarkan jurus jurus maut andalan mereka masing masing. Prajurit yg bertempur dari kedua Kerajaan tidak ada yg berani mendekat dengan pertarungan Raja mereka, Mereka juga merasa ngeri melihat pertarungan tingkat tinggi tersebut.
Pertarungan sudah memasuki jurus ke sekian ratus, Sudah tak terhitung lagi luka goresan di sekujur tubuh kedua Raja yg tak terlindungi baju zirah.
Hingga suatu ketika Raja Damar berhasil menikam perut Raja Bara dengan kerisnya tepat di ulu hati, Namun sayang keris yg di gunakan Raja Damar seakan tidak mampu menembus Zirah Raja Bara. Menyadari hal itu Raja Bara langsung menebaskan pedangnya kearah leher Raja Damar, Raja Damar sontak menarik kerisnya untuk menangkis serangan Raja Bara, Namun karena dalam posisi terkejut dan tidak siap dengan serangan akhirnya keris Tumbal Geni terlepas dari tangan Raja Damar hingga menancap di salah satu batang pohon tepat di samping seorang pemuda yg sedang menyaksikan jalannya pertarungan dari atas sebatang pohon besar. Tak mau menyia nyiakan kesempatan Raja Bara langsung menyarangkan pukulan telapak menggunakan tangan kirinya tepat di dada Raja Damar dengan telak.
Raja Damar terpental dan terseret sejauh lima belas tombak dan mendarat di atas tanah dalam keadaan telentang meninggalkan jejak telapak tangan yg menghitam pada Zirah di dadanya.
"Uhuk..uhuk..uhuk.." Raja Damar memuntahkan seteguk darah sebanyak tiga kali, Nafasnya terasa sesak dan berat serta dadanya terasa remuk akibat pukulan telak dari Raja Bara.
Sementara itu di atas pohon, Jaya menyaksikan pohon yg tertancap keris Tumbal Geni mengering seperti terbakar dengan jarak tiga hasta dari keris. Jaya mencoba mencabut keris tersebut dari batang pohon, Ketika berhasil mencabutnya Jaya merasakan keris tersebut sangat panas, Namun dia tidak melepaskan keris tersebut, Sebaliknya dia berusaha sekuat tenaga melawan hawa panas yg keluar agar dia tetap bisa menggenggam gagang keris tersebut.
Sementara Jaya lagi berusaha melawan hawa panas yg keluar dari Keris Tumbal Geni di atas pohan, Raja Damar mulai bangkit, namun dia mulai putus asa, Pasalnya tak ada lagi senjata yg bisa dia gunakan, Hanya tersisa warang keris yg terselip di pinggangnya bahkan warang pedangnya pun sudah terlepas sewaktu dia terseret tadi.
Dengan sisa tenaga yg ada Raja Damar berniat mengeluarkan ajian pamungkasnya, Dengan memposisikan tubuhnya setengah berlutut, Kaki kirinya di tekuk dan lutut kanannya menyentuh tanah. Sejenak dia memandang langit lalu meletakkan telapak tangan kanannya di atas tanah sambil membaca mantra. Seketika cahaya putih keluar dari tubuhnya dan berputar membentuk sebuah pusaran angin yg semakin membesar.
Menyadari hal itu Raja Bara juga bersiap untuk menghadapi serangan Raja Damar, Pedan Naga Merah di genggam dengan kedua tangannya dan kembali memancarkan sinar kemerahan, Namun kali ini cahaya kemerahan itu lebih besar dan sangat menyilaukan. Tampaknya kedua Raja itu akan mengeluarkan Ajian Pamungkasnya masing masing.
Tak lama berselang Raja Damar berteriak.
" Badai Penghancur ..."
Seketika tubuh Raja Damar menghilang dan berubah menjadi pusaran angin besar setinggi bubungan istana Kerajaan Maha, Pusaran angin tersebut membuat debu, pasir, bebatuan dan puing puing reruntuhan rumah warga dan istana terangkat seolah di sedot oleh pusaran angit tersebut. Prajurit yg sedang bertempur pun berhenti dan masing masing mencari tempat berlindung.
Setelahnya pusaran angin tersebut berjalan dengan sangat cepat ke arah Raja Bara. Raja Bara yg telah bersiap langsung menebaskan pedangnya dari atas ke bawah sambil berteriak.
" Tebasan Pembelah Bumi..."
Seketika cahaya berbentuk bulan sabit yg sangat besar keluar dan meluncur dengan sangat cepat ke arah pusaran angin tersebut. Cahaya merah berbentuk bulan sabit tersebut berhasil membelah pusaran angin menjadi dua, suara ledakan dahsyat pun terdengar hingga meratakan seluruh tempat menyisakan Raja Bara seorang diri dan lahan gersang dengan radius satu kilo meter, bahkan suara ledakan itu terdengar sampai kerajaan di bukit yg lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Mesya Prisdayanti
keren ajiannya Thor
2023-03-15
0
anggita
aji segoro geni🔥.. aji jagad bayu💨
2023-03-10
0