Menjadi Gundik Suamiku
Hai teman-teman semua, selamat datang di cerita baru aku, ya. Semoga kalian menikmati cerita ini, dan bisa mengisi kebosanan dalam hidup kalian, oke. Dan novel ini akan sedikit vulgar mungkin awalnya ya teman-teman.
*HAPPY READING*
"Ahh," suara nikmat keluar dari mulut sepasang lelaki dan wanita yang kini meraup surga dunianya. Seorang wanita yang ada dibawahnya tersenyum senang melihat lelaki diatasnya yang seperti begitu menikmati permainan mereka.
Tidak senikmat wanita itu. Batin Lelaki tersebut mengingat kejadian sekitar empat tahun lalu dimana dia tidak sengaja memperawani seorang gadis yang tak dia kenal.
"Memuaskan, Tuan?" tanya wanita dibawahnya.
Tanpa menjawab, Lelaki tersebut turun dan berbaring telentang disebelah wanita tersebut. Tangannya tergerak mengambil dompet yang ada di meja sebelah ranjang. Dia mengambil selembar cek yang ada di sana dan memberikan pada wanita tersebut.
"ini untukmu. Sekarang keluarlah," ucap lelaki tersebut.
Wanita itu tersenyum senang dan mengibaskan cek tersebut di dadanya. Lelaki tampan itu meremas sedikit dada wanita itu, sehingga membuat si empunya mendesah nikmat. "Bersihkan tubuhmu, dan keluarlah," ucap lelaki tersebut.
Wanita itu mengangguk dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tiga puluh menit, wanita itu keluar dengan pakaian lengkap. "Jika membutuhkan kenikmatan, jangan lupa hubungi saya lagi, Tuan Nadhif," ucap wanita tersebut genit kepada lelaki yang masih telentang di kasur. Tubuhnya hanya dibalut selimut hingga batas pusar, sehingga memperlihatkan dada bidang dan perutnya yang begitu menggoda iman para wanita.
Lelaki itu terkekeh mendengar penuturan wanita tersebut. "Benar-benar ******," desisnya menatap wanita tersebut.
Ya, dia adalah Aqmar Nadhif Fabrian. Nadhif, begitulah panggilannya. Seorang pengusaha muda berusia 26 tahun nan sukses karena kepiawaiannya dalam dunia bisnis. Raja bisnis, gelar yang pemberian dari rekan bisnis Nadhif. Siapapun yang menjalin kerja sama dengan Nadhif, pasti mereka akan menuai kesuksesan dan keberhasilan dari kerjasama tersebut. Entahlah, Nadhif benar-benar membawa keberuntungan dalam setiap usaha yang dijalaninya.
Tapi dibalik keberhasilannya, dibalik sikap hambel dan tegasnya dalam dunia bisnis, terdapat sikap kejam yang Nadhif miliki terhadap seorang wanita yang kini menganggu hidupnya. Wanita yang beberapa jam yang lalu menjadi istrinya atas permintaan sang Ibu, namun tidak dengan hatinya. Wanita malam, minuman keras dan rokok adalah tempat pelampiasan Nadhif, seperti saat ini contohnya.
.....
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di dalam sebuah kamar yang sudah dihias layaknya kamar pengantin baru. Kamar yang sangat indah, namun bertolak belakang dengan suasana hati seorang wanita yang tengah gundah menunggu lelaki yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya.
"Kenapa Tuan Nadhif belum pulang juga, ya," gumam wanita itu menatap pintu kamarnya. Riasan pengantin sudah hilang dari wajahnya, pakaiannya juga sudah berganti dengan pakaian tidur biasa.
"Ditinggal dimalam pertama, tidak ada yang lebih menyedihkan dari pada ini," gumamnya sendu mengingat bagaimana perlakuan sang suami kepadanya tadi.
"Sabar Una, ada pelangi setelah hujan," gumamnya menyemangati diri sendiri.
Ya, dia adalah Lubna Azizah. Seorang wanita cantik berusia dua puluh satu tahun, dengan mata bulan dan bulu yang lentik, bibir mungil dan merah alami, serta hidung mancung mungil dan dagu yang indah dengan belahan ditengahnya. Dia benar-benar jelmaan bidadari surga di dunia ini. Ditambah dengan hijab yang menutupi auratnya. Tapi sayang, semua itu tidak berlaku untuk sang suami yang begitu tidak menginginkannya.
Una merupakan seorang pembantu yang diminta untuk menjadi istri anak majikannya. Entah karena alasan apa, tapi majikannya meminta Una untuk menjadi istri dari anak satu-satunya.
*Flashback*
"Una," panggil Elara Shafwan, seorang wanita paruh baya yang merupakan majikan di tempatnya bekerja.
"Iya, Nyonya," jawab Una menunduk sopan.
Nyonya Elara tersenyum. "Jadilah menantu saya, Una," ucap Elara yang mampu membuat Una mengangkat kepalanya menatap tak percaya majikannya tersebut.
"Ma-maksud Nyonya?" tanya Una tak mengerti.
"Menikahlah dengan anak saya, Nadhif, Una. Saya yakin kamu adalah wanita yang cocok untuk mendampingi anak saya. Dan lagi, Hanum, anak kamu membutuhkan sosok seorang Ayah, bukan?" ucap Elara.
Ya, Una memiliki seorang anak gadis cantik berusia empat tahun yang bernama Haisya Hanum Hanania. Anak hasil dari masa lalu kelam yang dialami oleh Una.
"Tapi Nyonya-"
"Nadhif juga dekat dengan Hanum, saya yakin dia pasti tidak keberatan. Ini permintaan saya, Una. Saya ingin kamu membayar semua kebaikan saya dengan menjadi menantu saya," ucap Elara.
"Nyonya-"
"Tidak ada penolakan, atau saya akan memutus biaya pengobatan Hanum," ucap Elara.
Una mengangguk pasrah menjawab pertanyaan Elara. "Baiklah, Nyonya. Saya akan menikah dengan Tuan Nadhif," ucap Una tanpa bisa menolak.
"Terimakasih, Una," ucap Elara memeluk Una. Keinginannya selama ini terpenuhi. Apa yang sudah sangat lama dia rencanakan, akhirnya bisa terwujud untuk menikahkan Una dengan Nadhif.
*Flashback Off*
Matahari pagi telah menyapa. Una membuka matanya dengan perlahan. Tidak sengaja matanya menangkap sosok lelaki yang kemarin menjadi suaminya sedang tidur di sofa kamar mereka.
Una berdiri dan mendekati lelaki tersebut. Dengan takut Una menggoyangkan sedikit bahu lelaki tersebut.
"Tu-Tuan," ucap Una.
"Bangun, Tuan Nadhif. Ini sudah pagi," ucap Una.
Terdengar lenguhan dari mulut Nadhif. Dia membuka mata dan langsung menatap benci wanita di yang berdiri di depannya.
"Kenapa Tuan tidur di sofa? Badan Tuan akan terasa sakit," ucap Una menunduk.
Nadhif tersenyum sinis. "Kamu pikir, saya mau satu ranjang dengan wanita seperti kamu," ucap Nadhif berdiri.
"Ganti spray kasur. Saya tidak mau satu keringat dengan kamu," lanjut Nadhif tegas.
Una mengangguk patuh. Una berjalan kembali ke ranjang dan melepas spray kasur. Dia mengambil spray baru di lemari dan kembali memasangkannya pada kasur, bantal dan guling.
"Jangan pernah gunakan spray itu lagi. Buang saja! Dan ingat, jangan pernah lagi tidur di kasur saya!" ucap Nadhif berjalan ke kamar mandi.
"Dan satu lagi," Nadhif berbalik dan menjeda ucapannya sebentar. Una hanya menunduk tidak berani menatap mata tajam Nadhif.
"Anak haram kamu itu jangan dekat-dekat lagi dengan saya!" ucap Nadhif tajam dan berlalu ke kamar mandi.
"Dia bukan anak haram," ucap Una lirih. Bukan keinginan Una untuk menjadi ibu di usia muda, tapi lagi-lagi takdir mempermainkan kehidupan masa lalunya. Karena permainan takdir, di usia tujuh belas tahun, Una harus menjadi seorang Ibu tunggal tanpa suami dan keluarganya.
.........................
Semoga menikmati, ya teman-teman. Jangan lupa kasih like dan komentar kalian, biar aku makin semangat.
Jangan lupa mampir di Instagram aku ya, @nonamarwa_ . Kalian bisa melihat postingan-postingan bermanfaat disana dan juga mengenai semua karya-karya ku. Terimakasih ,,,,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Melani Suganda
pedes banget mulut mu bang kayak bon cabe
2023-07-13
0
Cassie
aku baru mulai baca..kak marwa penulis favorit ku lah🤗🤗
semangat nulisnya kak
2023-07-10
1
M.azril maulana
oh ya kak,aku baru punya anak bayi lagi umur 2 bulan perempuan,dan saat nyari namanya aku langsung inget aja nama anaknya haidee tsabina+Ibra, adiknya albara (sakeena)dan artinya juga bagus,makasih ya kak 🙏
2023-02-23
0