HAPPY READING
Una keluar dari kamar Nadhif. Tepat di depan pintu, air mata yang sejak tadi Una tahan keluar begitu saja. Dia menyeka air matanya kala pandangannya tang sengaja bertemu dengan pandangan gadis mungil yang selalu menjadi penyemangatnya.
"Ibu," panggil Hanum yang sudah sejak kapan berada di dekat tangga.
Una tersenyum dan menatap Hanum. "Hanum sudah bangun?" tanya Una. karena tadi, setelah subuh Hanum kembali tidur karena rasa kantuk masih menyerang mata indah milik Hanum.
Hanum mengangguk. "Kita sarapan, yuk Bu sebelum Papi turun. Nanti kalau sudah ada Papi, pasti tidak akan mau sarapan karena melihat Hanum, Bu. Kalau Papi tidak sarapan, nanti bisa sakit, kan Bu," ucap Hanum dengan wajah ceria, namun mampu memberi kesedihan di relung hati Una.
Una mengangguk. "ayo kita sarapan, Nak," ucap Una menggandeng tangan Hanum turun untuk sarapan.
.....
Sedangkan di dalam kamar, Nadhif masih diam. Pikirannya kacau setelah Una keluar dari kamarnya. Baju yang tadi diberikan Una masih berada dalam genggamannya. Sedangkan tubuhnya masih terlapis oleh handuk yang tadi dia pakai.
"Kamu semakin brengsek, Nadhif," ucap Nadhif mengumpati dirinya sendiri.
Sejak empat tahun belakangan, Nadhif merubah kebiasaanya one night stand dengan wanita. Tapi menikah dengan Una, membuanya kembali seperti itu dan terjerumus dalam kehidupan yang sangat dia benci.
Nadhif memakai pakaiannya. Setelah selesai, lelaki itu turun keluar dan turun dari kamar untuk sarapan.
Una dan Hanum makan di dapur. Hanum, anak itu mendengar langkah kaki mendekati dapur.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya Una melihat Hanum yang hendak membawa piring nasi gorengnya pergi ke kamar mereka.
"Hanum belum selesai makan, tapi Papi sudah datang, Bu. Hanum tidak mau Papi melihat Hanum, itu bisa buat Papi jijik," ucap Hanum.
"Tidak apa, Hanum makan disini saja. Tidak manusia yang menjijikan, Nak," ucap Una.
"Tapi Hanum anak haram, Bu. Dan Papi selalu bilang jijik dengan anak haram," ucap Hanum memandang sendu Una.
DEG
Jantung Una rasanya berhenti berdetak saat itu juga. Ibu mana yang tidak sakit hatinya mendengar anak yang selama ini dia besarkan, anak yang selama ini dia sayangi, dikatakan anak haram oleh seseorang yang bahkan tidak tahu mengenai masa lalunya. Melihat mata sendu anaknya, membuat Una merutuki nasib buruknya. "Hanum tahu arti anak haram, Nak?" Tanya Una hatu-hati.
Hanum menggeleng menjawab pertanyaan Una. "Hanum tidak tahu, Bu. Tapi Papi selalu jijik jika mengatakannya. Berarti itu bukan hal yang baikkan, Bu. Hanum ke kamar dulu, ya," ucap Hanum dan berlalu pergi meninggalkan Una sendiri.
Ya Allah, jangan biarkan anakku cepat dewasa karena keadaan kami. Batin Una pada penciptanya. Sungguh, Una juga ingin anaknya tumbuh seperti anak lainnya.
......
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Una sudah melaksanakan semua pekerjaannya. Hatinya menghangat melihat Hanum yang kini bermain sendiri di taman belakang. Sedangkan Nadhif disibukkan dengan berbagai dokumen di ruang kerjanya.
"Aku pergi tidak, ya," ucap Una ragu.
"Jika tidak pergi, suamiku akan semakin terjerumus dalam dosa," lanjut Una bergumam sendu.
"Hanum," panggil Una lembut.
Una yang tadi sibuk dengan ayunannya, kini berhenti dan menoleh pada Una. "Iya, Bu," jawab Hanum.
"Ibu pergi sebentar, ya. Ibu ada urusan yang harus Ibu selesaikan," ucap Una.
"Ibu lama?" tanya Hanum.
"Nanti sore Ibu sudah pulang kok, Nak," jawab Una.
"Ibu jangan lama, ya. Nanti Papi nyariin gimana. Hanum tidak berani jika harus menghadap Papi," ucap Hanum pelan.
Una mengangguk. "Ibu tidak akan lama. Hanum main yang nyaman ya, Nak," ucap Una.
Hanum mengangguk patuh. Sebelum pergi, anak itu mencium pipi Una. Una yang melihat itu tersenyum senang dan kembali mencium pipi anaknya.
.....
Una memandangi tempat di depannya. "Haruskan aku masuk?" tanya Una pada dirinya sendiri.
Una mengatur nafas dan menetralkan detak jantungnya. Rasanya tidak ingin kembali ke tempat biadab itu. Tampat dimana kehancuran hidupnya dimulai.
Dengan meyakinkan hatinya, Una melangkah maju untuk masuk ke tempat tersebut. "Ada apa, Nyonya?" tanya penjaga saat Una sampai di pintu masuk.
"Saya ingin bertemu dengan Mami Flora," ucap Una.
Penjaga tersebut meneliti pakaian Una dari atas sampai bawah. "Anda yakin?" tanya penjaga itu ragu. Karena dia melihat, Una adalah orang baik-baik dengan pakaian menutup aurat.
Una mengangguk patuh. "Sangat yakin. Bilang saja pada Mami Flora, ada Una yang ingin bertemu," ucap Una.
"Tunggu disini, Nyonya," ucap penjaga. Penjaga tersebut pergi ke dalam untuk menemui bosnya.
Sepulu menit, penjaga tersebut kembali. "Silahkan, Nyonya," ucap penjaga mempersilahkan Una masuk.
"Disana ruangan Mami, Nyonya," ucap Penjaga itu sopan.
Una mengangguk. Kakinya melangkah membuka pintu. Pandangan pertama yang Una lihat adalah seorang wanita berusia empat puluhan, namun masih terlihat sangat cantik dengan make up-nya, bersama beberapa lelaki yang mengelilinginya bermain kartu sambil merokok.
"Mami," panggil Una.
Mami Flora, wanita itu menongak dan tersenyum. "Kamu kembali kesini, Una?" ucapnya heran menatap Una.
"Bisa bicara berdua, Mami?" tanya Una memandang sekitarnya tanpa menjawab pertanyaan Mami Flora.
Mami Flora terdiam sebentar. Tapi setelah melihat wajah serius Una, dia meminta para lelaki yang bermain dengannya untuk keluar.
"Ada apa, Una?" tanya Mami Flora langsung saat mereka tinggal berdua di ruangan itu.
"Bantu Una menjadi salah satu pelacur disini, Mami."
Mami Flora yang tadinya asik dengan rokok di tangannya, langsung menghentikan kegiatan merokoknya dan meletakkan rokok yang belum habis itu di asbak rokok yang ada di atas meja.
"Kamu jangan bercanda, Una," ucap Mami Flora yang tak percaya dengan apa yang Una katakan.
Una memandang Mami Flora. "Una tidak bercanda, Mami," ucap Una yakin.
Mami Flora memandang Una dari atas sampai bawah. "Apa kamu akan mengorbankan hijab kamu, Una?" tanya Mami Flora.
Una menggeleng. "Bukan Mami. Ini adalah identitas Una, dan apa yang Una lakukan sama sekali tidak menghina hijab Una," jawab Una tegas.
Mami Flora menghela nafas dalam. Pimpinan sekaligus pemilik club malam itu menggeleng manatap Una. "Mami tidak setuju. Bukankah dulu kamu yang tidak ingin menjadi seorang pelacur?" tanya Mami Flora.
Una menggeleng. "Bukan pelacur, Mami. Lebih tepatnya menjadi pemuas ranjang suami Una," jawab Una yang mampu membuat Mami Flora membulatkan matanya tak percaya.
"Suami?" tanya Mami Una.
"Nadhif," jawab Una yang semakin membuat Mami Flora terkejut.
"Kamu jangan bercanda, Una!" ucap Mami Flora tak percaya.
"Una tidak bercanda, Mami. Una tidak ingin suami Una semakin terjerumus dalam dosa bersama wanita yang bukan muhrimnya, Mami. Una menemukan kartu pelanggan Nadhif di club Mami," ucap Una menjelaskan.
"Nadhif adalah pelanggan tetap disini, Una. Bahkan hampir setiap hari," ucap Mami Flora yang semakin membuat hati Una hancur tak berbentuk. Hampir setiap hari? Itu artinya setiap saat suaminya pasti berbuat dosa hina itu.
"Bagaimana bisa kamu menikah dengan Nadhif, Una? Lalu Hanum, anak kamu?"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Eliani Elly
lanjut
2023-03-04
0
Aira Zaskia
Peluk hanum, apa mungkin wanita yg di cari nadif itu una & hanum adlh anknya ,kalau bener biar nyesel tuh si nadif
2023-02-23
0