*HAPPY READING*
Waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh. Una bangun dari tidurnya dan duduk sebentar mengumpulkan segala nyawa yang sempat meninggalkannya sebentar. Una keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dapur. Una segera mandi dan mengambil wudhu untuk mensucikan dirinya sebelum menyembah Sang Pencipta.
Ya, Una sangat tahu diri. Dia tidak tidur di kamar Nadhif, dia memilih untuk tidur dengan anaknya. Ingin sekali Una mengajak Hanum tidur di kasur empuk itu, tapi apa daya. Membawa Hanum tidur di kamar Nadhif, sama saja memberi penghinaan untuk Hanum. Anak itu akan mendapat berbagai macam.kata kasar dari mulut Nadhif.
Setelah selesai mengambil wudhu dan membersihkan dirinya, Una kembali ke kamar dan membangunkan Hanum.
Una memandang wajah mungil Mau yang tertidur tenang. Rasanya tidak tega jika harus membangunkan Hanum saat tidur nyenyak seperti ini.
"Ibu rasanya tidak tega membangunkan kamu, Nak. Tapi Ibu lebih tidak tega lagi jika nanti kamu terbiasa meninggalkan kewajiban," gumam Hanum.
Hanum membungkuk dan menciumi seluruh wajah Hanum. Hanum yang memang dasarnya mudah sekali untuk bangun, membuka matanya ketika merasakan basah pada pipinya. "Ibu," ucap Hanum dengan suara seraknya.
"Saatnya sholat, Nak. Udah subuh," ucap Una.
Hanum mengangguk. Una membantu Hanum berdiri dan menggandengnya ke kamar mandi. "Hanum bisa sendiri, Bu. Ibu tungguin Hanum, ya," ucap Hanum menghentikan langkah Una.
"Yasudah. Hanum tidak usah mandi, gosok gigi, cuci muka dan ambil wudhu saja, ya. Dingin. Ibu tunggu ya," ucap Una. Hanum mengangguk. Anak itu segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil wudhu.
Sampai di dapur, sekilas Hanum memandang ke arah kulkas. "Papi belum lihat gambar Hanum," gumam Hanum sendu melihat gambar yang kemarin dia tempel di kulkas masih ada sampai sekarang. Setelah itu, Hanum kembali melanjutkan kegiatannya untuk mengambil wudhu.
Sepuluh menit, Hanum selesai dan kembali ke kamarnya. Ibu dan anak itu segera melakukan ritual sholat subuh mereka.
.....
Setelah sholat subuh, Mau kembali tidur. Anak itu masih sangat mengantuk hingga tidur saat mereka berdoa. Sedangkan Una, dia pergi ke lantai atas untuk melihat apakah Nadhif pulang atau tidak.
Ceklek. Pintu kamar Nadhif terbuka.
Kosong. Itulah yang ditangkap oleh penglihatan Hanum saat membuka pintu kamar mereka. Una melangkahkan kakinya memasuki kamar tersebut. "Suara apa itu," gumam Una saat pendengarannya tak sengaja menangkap bunyi aneh dari kamar mandi.
Una berjalan dengan langkah ragu mendekati kamar mandi. Hingga semakin lama, suara aneh itu semakin memenuhi gendang telinganya. Una mendekatkan telinganya ke pintu kamar mandi.
DEG
Jantung Una seakan lepas dari raganya mendengar suara tersebut.
"Ahh,, faster, sayang," suara seorang lelaki yang sangat Una kenali.
"Kamu nikmat, Tuan Nadhif. Ahh," ucap seorang wanita yang Una ketahui pasti ada di dalam kamar mandi.
Una bukan wanita bodoh dan lugu yang tidak mengetahui suara itu. Suara kenikmatan yang sangat menyakitkan bagi Una.
"Bahkan ini masih sangat subuh," ucap Una menguatkan hatinya.
Una meremas dadanya yang terasa sangat sesak. Lagi dan lagi, lelaki yang kini merupakan suaminya melakukan hubungan terlarang dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya. "Ampuni suami Una, Tuhan," gumam Una sendu memohon ampun atas segala dosa hina yang diperbuat oleh suaminya saat ini.
Una melangkah mundur. Wanita itu duduk di ranjang menunggu kegiatan hina Nadhif selesai. Dua hal yang harus Una lakukan sekarang, kuat dan bertahan.
.....
Tiga puluh menit sudah Una duduk di ranjang. Dia sudah tidak peduli lagi jika Nadhif akan marah karena duduk di ranjangnya. Una hanya ingin menunggu suaminya keluar dari kamar mandi.
Ceklek. Pintu kamar mandi terbuka. Dan Una dengan tenangnya melihat Nadhif yang keluar dari kamar mandi bersama wanita yang ada digendonganya.
Mata Una memanas, tapi dia harus kuat. Lemah di hadapan Nadhif akan membuat Una semakin sulit untuk membuka hati Nadhif.
Nadhif yang masih asik mencumbu wanita di gendongannya dikejutkan dengan panggilan suara.
"Tuan," panggil Una tenang.
Nadhif yang melihat itu membulatkan matanya. Wanita yang ada di gendongan Nadhif hanya menatap Una sinis. Dia geram karena kegiatannya terhalangi oleh wanita itu.
Nadhif menurunkan wanita itu dari gendongannya. "Ambil cek dan pakaianmu," ucap Nadhif pada wanita di gendongannya. Wanita itu mengangguk patuh dan berjalan menuju walk in closet, tempat pakaian dan ceknya yang sudah Nadhif siapkan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Nadhif dengan ekspresi datarnya.
Una tersenyum. "Memeriksa suami sendiri," jawab Una tenang.
"Aku tidak membutuhkanmu!" ucap Nadhif tajam.
Lagi-lagi Una menanggapinya dengan senyuman. Tanpa memperdulikan Nadhif, Una berjalan melangkahkan kakinya memasuki walk in closet.
"Terimakasih telah memuaskan suami saya. Sekarang kamu pergilah," ucap Una lembut menatap wanita yang sedang menggunakan pakainnya itu. Una jijik, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Tanpa berkata apapun, wanita itu pergi setelah menyelesaikan kegiatannya. Tanpa mendengarkan Una, wanita itu pergi begitu saja.
Una menghela nafas pelan. Sabar, satu hal yang kini bisa dilakukan Una. Una berjalan menuju lemari kaca tempat pakaian Nadhif. Dia mengambilkan pakaian santai Nadhif. Una tahu, ini hari Minggu, jadi Nadhif libur dari pekerjaannya.
"Ini pakaiannya, Tuan," ucap Una memberikan pakaian itu kepada Nadhif yang masih diam mematung melihat apa yang Una lakukan.
"Kau tidak berhak marah atas semua ini. Jangan pernah mengadu pada Mama mengenai semua ini," ucap Nadhif setelah menerima pakaian tersebut.
Una berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Nadhif.
Una menggeleng dan tersenyum menatap Nadhif. Tapi Nadhif bisa melihat banyak air mata yang bersembunyi di balik pelupuk mata Una.
"Aib suami adalah aib istri, Tuan. Saya tidak mungkin mengumbar aib suami sendiri. Dan satu hal, Tuan. Jangan bersikap seperti ini terlalu lama, karena secara tidak langsung, Tuan melatih hati saya untuk tetap tegar dan sabar," ucap Una dan berlalu meninggalkan Nadhif yang terdiam mendengar perkataan Una. Nadhif paham, ada makna besar dibalik perkataan Una.
…..
Una keluar dari kamar Nadhif. Tepat di depan pintu, air mata yang sejak tadi Una tahan keluar begitu saja. Sakit sekali hidup tanpa cinta. Bagi una sekarang, mungkin dia akan hidup Bahagia asal mendapat cinta dan kasih sayang dari suaminya. Tapi dia? Hanya kebencian yang diberikan nadhif pada una. Lubna menyeka air matanya kala pandangannya tang sengaja bertemu dengan pandangan gadis mungil yang selalu menjadi penyemangatnya.
"Ibu,"
.........................
Semoga menikmati, ya teman-teman. Jangan lupa kasih like dan komentar kalian, biar aku makin semangat, yaa.
Jangan lupa mampir di Instagram aku ya, @nonamarwa_ Kalian bisa melihat postingan-postingan bermanfaat disana dan juga mengenai semua karya-karya ku. Terimakasih ,,,,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Soeharti Rifangi
sabaar ya una ..hanya itu yg bisa kamu lakukan saat ini
2023-03-13
0
Eliani Elly
😥😥😔
2023-03-04
0
M.azril maulana
geuleuh ih si Nadhif teh meuni di bawa ka imah sagala pelacur na 🤮
2023-02-23
0