Pandangan Pertama

Pandangan Pertama

1. Murid baru

...🏵️🏵️🏵️...

Aulia Anastasya yang berusia 17 tahun, putri tunggal keluarga Jaya Permana, yang merupakan pimpinan perusahaan Permana Corp. Masuk ke daftar 10 pengusaha terbesar di negara A.

Biar pun anak orang kaya, Aulia terkenal pandai, ceria, suka menolong hingga tidak heran, jika di sekolah banyak yang mengenalnya.

Dengan rambut panjang sepinggang, hidung mancung, mata sipit, badan padat berisi yang menambah daya tarik tersendiri.

Di sekolah Aulia memiliki sahabat Lia dan Seli, bisa di bilang udah kaya lem sama perangko, alias deket banget karena mereka dulunya satu sekolah waktu masih di Sekolah Menengah Pertama.

Lia itu pintar, tapi kalo udah ngomong, kaya kereta yang tidak bisa berenti, alias bawel. Tapi berjilbab ya gays. Biar pun masih sekolah, Lia ini udah jadi juragan kontrakan loooh, warisan keluarga.

Berbeda dengan Lia dan Aulia. Seli ini biar pun masih sekolah, tapi udah bisa cari uang sendiri untuk biaya sekolah.

Setiap pulang sekolah, Seli bekerja paruh waktu di restoran cepat saji milik Arya Wiguna. Setelah ke matian ke dua orang tuanya satu tahun yang lalu.

Farel teman sekelas Aulia, yang sudah dari kelas satu mengejar cinta Aulia. Tapi sayangnya selalu di tolak olah Aulia. Tolak secara halus ya bebs secara Aulia ini baik ga ketulungan.

Farel ini gak pinter amat si tapi baik, tinggi, hitam manis, jago basket.

Arya Wiguna yang merupakan kakak kelas Aulia, yang sekaligus ketua osis juga ikut mengagumi sosok Aulia.

Di usianya yang masih muda, Arya sudah mampu mendirikan usahanya sendiri. Karyawan yang bekerja di restoran milik Arya, sebagian besar merupakan teman sekolahnya sendiri.

Jaya Permana ( orang tua Aulia ) dan Wiko Wiguna ( orang tua Arya Wiguna ) ini sahabatan. Mereka berdua tumbuh dan besar bersama, hingga sampai saat ini keduanya menjaga tali silaturahmi mereka dengan baik.

Mobil hitam mewah itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

"Seperti biasa ya, mang udin" ucap Aulia ketika turun dari mobil.

"Iya, Non" Mang Udin lantas melajukan kembali, mobil yang ia kemudikan setelah menurunkan majikannya.

Setelah beberapa langkah Aulia berjalan, ia pun melihat sahabatnya yang sudah berjalan di depanya dan berusaha menyusul Lia dan Seli dengan mempercepat langkah kakinya.

"Hayooo, lagi ngomongin aku ya?" Tebak Aulia, saat langkah kakinya berhasil menyamai ke duanya. Bahkan Aulia berdiri di antara Seli dan Lia, dengan ke dua tangan yang merentang di bahu ke dua sahabatnya itu.

"Iya nih, ko tumben lama?" Seli menoleh ke arah Aulia. Dengan mereka yang kini berjalan melewati selaras gedung sekolah bersama.

"Tau nih anak, on time dong Non jadi anak, udah janjian masih aja jam karet! Nanti pulang sekolah, jadi kan?" Cecar Lia dengan suaranya yang khas, cempreng.

"Itu mulut kalo udah ngoceh... di rem dikit kenapa, Li!" Ujar Aulia.

"Yang pasti kenapa telat, Non?" Tanya Lia, sambil membuka permen kaki, yang di simpan dalam saku kemeja putihnya.

"Tadi itu ada insiden kecil di jalan, cowo nyebelin banget, tau itu anak hiks hiks hiks nyebelin." Aulia menjelaskan sambil pura pura menangis.

"Lah kenapa itu bocah, Ser?" Lia bertanya pada Seli, yang merasa aneh dengan sikap Aulia.

Seli mengerdikkan bahunya sambil berujar, "Mana aku tau."

"Pulang sekolah nanti kerja gak, Sel?" Tanya Aulia, ketika mereka sampai di dalam kelas.

Aulia dan Seli duduk di bangku mereka masing masing. Aulia dan Seli duduk di barisan paling belakang. Sedangkan Lia duduk di depan Seli.

"Kerja dong Aulia, cari cicis." Ucap Seli sambil mengeluarkan buku pelajaran pertama hari ini, sambil tersenyum lebar.

"Terus kalo kamu, Li?" Tanya Aulia, sambil mengusili Lia dengan menarik narik ujung jilbab Lia.

Lia pun langsung menoleh ke belakang, untuk bisa berhadapan dengan sahabatnya itu dan berkata, "Seperti biasa... aku ada untuk mu, Aulia." Lia lalu menopang dagu untuk mendengarkan Aulia bicara.

"Eeeeeee gimana ya." Aulia menggaruk kepalanya yang tidak gatel.

"Udah ngomong aja, gak usah ragu." Lia menggigit permen kaki yang ada di dalam mulutnya.

Sedetik kemudian Farel dateng menghampiri meja Aulia.

"Eh eneng manis, Aulia udah dateng. Lagi ngomongin apaan sih? Serius amat." Ujar Farel, dengan keingin tahuannya.

"Eh pengacau udah dateng toh! Duduk sana lu, ngapain di sini!" Sungut Lia yang kesel akan ke hadiran Farel.

"Jangan galak galak napa Li, tar cantik lu luntur aja." Ucap Farel sambil tangan kanannya, menarik bangku yang ada di dekatnya, lalu Farel mendudukkan dirinya.

"Duduk di tempatnya dong!" Sungut Lia.

"Bawel lo, udah pada belajar belom nih! Gw denger denger nanti ulangan lo." Oceh farel.

"Asal lo tau ya! Gw mah dari lahir udah cantik, cantiknya gw gak bakal luntur mau ada ujan juga." Lia membuka lembaran bukunya.

"Gak pake ulangan juga tiap hari udah belajar keles, emang lu otak ngepas!" Sungut Lia lagi dengan ketus.

"Jangan galak galak Li, nanti kamu suka aja sama, Farel!" Seli pun angkat suara sambil membetulkan ikat rambutnya.

"Ya ga mungkin lah, Lia gitu suka sama Farel? Cape deh!" Dengen percaya dirinya, Lia menyangkal perkataan Seli, dengan tangannya yang menepuk keningnya sendiri.

"Alah... lebay lu, Li." Farel yang tidak terima dengan perkataan Lia.

"Emang bener, Aulia aja yang dari kelas satu lu kejer cintanya. Sampe sekarang tuh, lu belum dapetin juga week." Lia menjulurkan lidahnya meledek Farel.

"Karena lebih baik kita itu berteman Farel, apa lagi kita itu satu kelas dan satu jurusan." sanggah Aulia sambil membuang pandangan ke depan kelas. Melihat bu Rita masuk dengan anak laki laki yang entah namanya siapa.

Bu Rita masuk ke dalam kelas, yang di ikuti oleh anak laki laki di belakangnya. Dengan seragam yang ia kenakan, sudah pasti anak itu masih berstatus pelajar sama seperti yang lainnya.

"Farel, kamu ngapain duduk di situ?" Tegur bu Rita, dengan geleng geleng kepala.

"Ini bu, nangkep hati yang lepasss." Ucap Farel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatel.

"Wuuuuuuu." Satu kelas pun menyoraki tingkah dan jawaban dari Farel itu.

"Sudah sudah jangan ribut. Duduk ke tempat kamu Farel." Perintah bu Rita.

"Iya, bu." Farel pun duduk di tempatnya, setelah membenarkan kembali posisi bangku yang tadi ia gunakan.

Anak anak pun kembali memperhatikan pandangan mereka, pada guru yang kini mengisi jam pelajaran, yang tidak lain adalah bu Rita.

"Oh iya anak anak, ini perkenalkan teman baru kalian." Ucap bu Rita, setelah mendaratkan bobot tubuhnya di kursi guru.

"Wiiiih keren!" Seru beberapa anak perempuan.

"Gw banget tuh!" Ujar Lusi dengan lirikan matanya yang genit.

"Saingan baru nih." Gumam Farel.

"Hahahaha nambah berat saingan lu, Farel!" Seru Lia, dengan tangan kanannya yang melempar bola kertas ke arah Farel.

"Kurang kerjaan, lu!" Sungut Farel kesal.

Bu Rita pun mengetukan penghapus ke meja, memberi tanda agar murid yang lain diam dan tidak gaduh.

"Kalian ini sudah SMA, kelakuan gak jauh beda kaya anak SD." Omel bu Rita sambil geleng geleng kepala, tidak habis fikir dengan muridnya.

"Ayo, Radit!" Bu Rita pun mempersilahkan murid baru itu, untuk memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Raditia Prasetyo biasa di panggil Radit, umur 17 tahun, pindahan dari Bandung."

"Ada yang mau di tanyakan anak anak?" Bu Rita bertanya pada yang lain.

Aulia mengerutkan keningnya, saat mengingat kembali wajah anak laki laki yang berdiri di depan kelasnya.

Aulia membatin, itu kan anak yang nyebelin tadi di jalan, bawa motor ngebut, berenti juga mendadak, mau mati jangan ngajak orang napa!

"Kamu kenapa Aulia?" Tanya Seli, dengan tangannya yang menepuk bahu Aulia.

"Ah i- itu cowok yang tadi mau aku ceritain tadi, Sel" Jawab Aulia gugup karena terkejut.

"Maksudnya?" Tanya Seli yang masih belum mengerti, dengan maksud perkataan Aulia.

"Bu, mau tanya dong bu!" Lusi yang langsung mengangkat tangan kanan ke atas.

"Tanya apa, Lusi?" Bu Rita pun langsung bangkit dari duduknya.

"Radit udah punya pacar belum? Sama aku mau ya Radit!" Ucap Lusi gadis centil di kelas.

"Wuuuuuu!" Semua anak pun bersorak.

"Maaf saya sudah punya pacar!" Radit menjawab singkat.

"Radit, kamu duduk di sana ya!" Bu Rita menunjukkan jari telunjuk kanannya, ke arah bangku kosong yang berada di sebelah Aulia.

"Iya, bu." Radit melangkahkan kakinya, berjalan ke arah meja barunya.

Radit membatin dengan menyeringai ke arah Aulia, cewek ini lagi, ternyata sempit juga ya dunia ini!

Radit mendudukan dirinya dan menyimpan tas ranselnya di kursi.

"Hari ini kita ulangan harian ya anak anak!" Bu Rita menyerahkan kertas ulangan, pada Dito ketua kelas yang duduk di meja paling depan.

"Yaaaaaah, buuuuu!" Yang lain bersuara lemes, karena sebagian tidak siap dengan ulangan dadakan dari bu Rita ini.

"Kerjakan dengan benar dan teliti, ingat satu angka kalian salah, yang lain juga akan salah. Jangan mencontek ya!" Bu Rita mendudukan dirinya lagi di kursinya.

Bersambung...

...🏵️🏵️🏵️...

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa like and komen 😊😊

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

kta orang Jawa.. anake wong sugih.. 👍👏👌

2023-04-07

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

novel baru 😍 author produktif beud deh

2023-03-15

1

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

ayo aurelia

2023-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!