Pertemuan antar 2 keluarga

...🏵️🏵️🏵️...

Pagi ini banyak pasang mata yang mengarah pada Aulia dan Radit. Apa lagi ada di antara mereka yang melihat Aulia, turun dari motor yang di kendarai Radit.

"Tadi kan aku udah peringatin, turunin aku aja di luar gerbang, kamu malah turunin aku di dalam parkiran sekolah. Gak enak kan tuh, kita jadi pusat perhatian anak anak." gerutu Aulia yang melangkah dengan risih meninggalkan area parkir sekolah.

Bagai mana tidak risih, saat di tatap beberapa pasang mata dari teman temannya, kaka kelas dan adik kelas.

"Jangan perdulikan mereka! Aku biasa saja." ucap Radit datar, maafkan aku Aulia, jika membuat mu tidak merasa nyaman.

Ini merupakan hari pertama tersulit yang Aulia jalani selama bersekolah, apa lagi ia menjadi pusat perhatian karena ke tahuan ke sekolah bersama dengan Radit. Murid baru yang langsung tersohor di sekolahnya.

Tidak terasa jam pelajaran telah usai, dan di gantikan dengan jam istirahat.

Aulia, Seli dan Lia tengah berjalan menuju kantin sambil bercanda. Di belakang ada Radit, Danu dan Farel. Yaaah karena 1 kelas dan ke sukaan mereka sama, jadi mudah untuk mereka menjadi dekat.

Apa lagi dengan sifat Radit yang mudah bergaul, meski tidak jarang ia memperlihatkan sisi dinginnya yang tidak banyak bicara. Tapi sayangnya ke asikan Radit, Danu dan Farel harus terusik karena ke hadiran Lusi yang masih membujuk Radit.

"Radit, nanti aku pulang nebeng kamu ya!" dengan nada memelas dan di buat semanja mungkin, Lusi membujuk Radit.

"Sorry gwe gak bisa." tolak Radit dengan suara khasnya yang dingin.

"Aaah Radit, kasihan dong sama gwe. Boleh ya gwe nebeng sama lo!" ucap Lusi seraya berusaha menggandeng lengan kanan Radit.

"Apaan sih." Radit menepis tangan Lusi dengan kasar, alisnya menukik tajam, tatapannya berubah menjadi menyeramkan dan tidak lagi bersahabat, kini Radit perlihatkan pada Lusi.

"Ganjen lu, mak lampir." cibir Farel, yang ikut kesal melihat Lusi.

"Mending pulang bareng gwe aja, Lus!" tawar Danu sambil nyengir kuda.

"Apa? Pulang bareng, lu? Ogah amat." ucap Lusi dengan ketus, dan berlalu meninggalkan Radit, Danu dan Farel.

Bugh.

Karena tidak hati hati, Lusi ke serimpet sepatunya sendiri dan menubruk tubuh Aulia yang berada di depannya. Hingga ke duanya terjatuh ke lantai.

"Akhhhh." pekik Aulia.

Seli dan Lia yang melihatnya langsung membantu Aulia, untuk beranjak dari posisinya yang kini terduduk di lantai, dengan lutut yang mencium dinginnya lantai.

"Kamu itu apa apaan, si Lus! Jalan tuh pake mata dong!" sungut Lia dengan kesal menatap tajam Lusi.

"Lu itu, jalan lelet banget kaya siput." kilah Lusi dengan menepuk nepukkan roknya dengan tangannya.

Seli, Lia dan Aulia kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin, dengan Aulia yang berjalan dengan tertatih tatih, karena rasa perih di lututnya yang luka.

Bukannya minta maaf sama Aulia, Lusi langsung berjalan ke arah toilet putri. Sambil ngoceh gak jelas karena lagi lagi di tolak nebeng sama Radit, di tambah lagi jatuh menubruk Aulia, hari yang apes untuk seorang Lusi.

Danu dan Farel yang melihat langsung berlari menghampiri Aulia.

"Kamu gak apa apa?" tanya Farel yang langsung mengecek lutut Aulia.

"Cuma lecettt doang." ucap Aulia dengan datar.

"Biar aku bantu!" ucap Farrel yang hendak membantu Aulia.

"Gak perlu!" tolak Aulia.

"Caper lu, udah tau ada gwe juga." ucap Lia kesal, Lia membatu memegangi tangan Aulia, menjaga keseimbangan jalannya Aulia.

Tanpa berkata dan meminta izin pada Aulia, Radit menyela di antara Seli dan Aulia. Radit memapah Aulia untuk berjalan, dengan tangan kanan Aulia yang ia letakkan di bahunya, Radit bahkan tidak segan, untuk merekatkan satu tangannya di pinggang samping Aulia.

Aulia mengerutkan keningnya, menatap marah pada Radit dengan sikapnya, "Kamu apa apaan sih! Lepasin gak!" sambil mendorong Radit agar menjauh darinya.

"Kamu nurut atau ingin aku gendong?" ucap Radit dingin namun tegas, membuat Aulia diam, entah kenapa hatinya langsung menurut.

"Harusnya kamu gak perlu seperti ini! Aku bisa sendiri dengan di bantu Lia!" ucap Aulia dengan tatapan risih melihat ke sekitarnya.

Lagi lagi pasang mata menatap ke dekatan Aulia dan Radit dengan penuh tanda tanya.

Lia dan Seli geleng geleng kepala melihat ke duanya yang berjalan di depan mereka, belum lagi Farrel dan Danu yang sama menatap heran ke duanya.

keluar kelas berbarengan. Tapi setelah sampai di pintu masuk kelas arah tujuan Seli berbeda dengan Aulia dan Lia. karena Seli kali ini akan ikut rapat osis dan telat untuk dateng ke restoran tempatnya magang.

"Sampai ketemu besok!" ucap Seli sambil melambaikan tangannya pada Aulia dan Lia.

Dret deeet dreeet.

Sambil tetap melangkah, Aulia mengeluakan hapenya dari dalam saku roknya.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, saat melihat kontak yang menelponnya kini.

"Iya mah! Ini baru aja bel... sabar ya, bentar lagi juga aku pulang ko!" cicit Aulia saat sambungan teleponnya sudah ia jawab.

[ "Ihs kamu ini, dengerin dulu mama bicara! Hari ini kamu pulang biar bareng sama Radit ya, sayang!" ] titah mama Nami.

[ "Radit? Radit yang mana, mah? Emang mang Udin ke mana sih mah?" ] apa jangan jangan Radit yang mama maksud itu, Radit yang anak baru kemaren pindah sekolah ya?

[ "Radit teman sekelas kamu itu lo, sayang. Yang baru pindah dari Bandung itu! Kenal kan kamu pasti! Mama tadi udah hubungin Radit ko ..." ]

[ "Tapi mah ... " ] Aulia belum selesai bicara, tapi panggilan telepon sudah di putus sepihak oleh mama Nami.

Aulia menatap layar hapenya dengan bungung, mama yang mau ketemu sama temen lamanya, kenapa jadi aku yang ke serettt serettt sih! Aneh ini orang tua!

"Mama kamu bilang apa, Aulia?" tanya Lia.

Aulia menjawabnya dengan tergagap, "Ah itu, emmm gak ko... gak bilang apa apa!" masa iya gwe bilang hari ini pulang bareng Radit... pasti Lia bakal nanya, gwe kenal Radit juga baru ko bisa gitu pulang bareng! Aneh kan!

Dari arah belakang, Radit berseru memanggil nama Aulia.

"Aulia!"

Aulia tetap melangkah tanpa menghentikan langkah kakinya, mati gwe, mau ngapain lagi Radit manggil gwe. Jangan nyamperin kek!

Lia menoleh ke belakang, melihat Radit yang berlari kecil dengan menyampirkan tas ranselnya di bahu kanannya.

"Kamu di panggil Radit itu, Aulia!" seru Lia.

"Ah gak, salah denger kali kamu!" kilah Aulia asal.

"Kamu gak denger, aku manggil kamu barusan!" sungut Radit yang kini berjalan mengimbangi langkah Aulia.

"Eh kamu manggil aku? Kirain manggil orang lain." cicit Aulia.

Plak.

"Tuh kan, tadi kan aku bilangin. kamu itu di panggil Radit, gak percaya sih!" celetuk Lia dengan menepuk bahu Aulia.

Radit mengerutkan keningnya menatap Aulia dengan pandangan yang sulit di artikan, oh jadi ini anak pura pura gak denger gwe, oke kalo gitu.

Grap.

"Akhhh. Radit, apa apaan sih Radit! Turunin gwe gak! Gwe bisa jalan sendiri ihs!" Aulia meronta ronta saat Radit menggendongnya, meninggalkan Lia yang tercengang melihat sikap Radit pada Aulia.

"Aku gak salah liet nih? Fixs banget nih Aulia hutang penjelasan sama aku and Seli. Apa Seli udah tau ya?"

Radit terus berjalan menuju parkiran motor spornya, dengan Aulia yang masih berada dalam gendongan Radit.

"Radit! Jangan sampe gwe kasar sama lo ya! Gwe bilang turunin gwe sekarang juga!" ucap Aulia dengan datar dan tegas, tatapannya tajam pada Radit

Radit menyeringai, "Mau diam atau gwe bakal cium lo sekarang juga!" ancam Radit yang tidak kalah tegas dari Aulia.

Aulia menelan salivanya dengan sulit, mentap Radit dengan tatapan jengkel, astaga mama... apa ini orang yang mama kirim buat aku pulang bareng sama dia? Astaga maaaah! Mama salah orang!

Beberapa pasang mata yang melihatnya, ikut angkat suara.

"Wiiih pasangan ter hits tahun ini."

"Cocok banget si!"

"Bikin ngiri deh!"

"Kapan gwe bisa kaya gitu!"

"Mau dong bang, neng di bawa pulang!"

Radit langsung mendudukan Aulia di atas motor sportnya, ia juga melepasss jaket yang ia kenakan.

"Pake ini!" seru Radit dengan menutupi sepasang paha mulusss milik Aulia.

Aulia membatin, ternyata baik juga.

Radit memasangkan helm di kepala Aulia, "Aku bisa pakai sendiri, Radit." tolak Aulia yang ingin mengenakan helmnya sendiri.

"Bisa diem gak!" ucap Radit datar.

Aulia pun diam sambil matanya terus menatap Radit.

Setelah selesai memakaikan helm pada Aulia, Radit memakai helm untuk dirinya sendiri. Radit menarik ke dua tangan Aulia, hingga melingkar di pinggangnya.

Motor sport merah Radit meninggalkan parkiran sekolah, memecah jalan menyatu dengan kendaraan lain yang sibuk dengan tujuan mereka masing masing.

Setelah Aulia sadar jika jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumah. Aulia pun buka suara.

"Radit, kita mau kemana?"

"Ikut aja, ga usah banyak tanya." jawab Radit datar.

Radit menghentikan laju motornya di depan Cafe Solera, tempat yang terlihat berkelas dan ramai.

Aulia dan Radit turun dari motor, Aulia melihat ke samping kiri ada mobil putih yang biasa di gunakan oleh mamanya.

"Mau di gendong, atau mau di papah?" tawar Radit sebelum ke duanya masuk ke dalam cafe.

"Gak perlu, bisa jalan sendiri!" tolak Aulia sambil berjalan.

Radit menatap punggung Aulia, udah di kasih pilihan tapi gak mau pilih satu pun, itu artinya minta di gendong!

Grap.

"Akhhhh! Radit! Turunin gak! Nanti apa kata orang!" gerutu Aulia, saat Radit dengan ringannya mengangkat tubuhnya dengan ke dua tangannya.

"Gak akan ada yang berani berkomentar!" ucap Radit dengan santai.

Kakinya ia ayunkan memasuki restoran, langkah kakinya tertuju pada ruang VVIP, tempat yang memang sengaja di siapkan oleh papa Jaya Permana untuk pertemuan antar 2 keluarga.

"Silahkan masuk Tuan Muda!" manajer Cafe Solera membukakan  pintu VVIP untuk Radit.

"Lo kamu kenapa, sayang?" mama Nami beranjak dari duduknya, menarik satu kursi untuk Aulia.

"Gak apa, mah." cicit Aulia.

"Jangan bohong kamu! Itu kenapa sampe di gendong gitu?" selidik mama Nami.

Radit menurunkan Aulia dan Aulia mencium punggung tangan mama Nami, papa Jaya dan 2 orang dewasa lainnya yang belum ia kenal.

Radit juga melakukan hal yang sama seperti Aulia.

"Aiih Aulia makin cantik aja sekarang!" puji mama Sita.

"Makasih, tan." ucap Aulia.

Mereka duduk di satu meja yang sama. Setelah tidak ada lagi yang di tunggu, akhirnya mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Suasana makan siang kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya Aulia makan siang hanya di temani mama Nami di rumah. Tapi kali ini Ada papa Jaya, om Rama, tante Sita dan si dingin Radit.

Sita, Nami, Jaya dan Rama, sesekali membuka memori lama, menceritakan bagai mana dulu ke akraban yang terjalin dari ke empatnya. Dua keluarga yang dulu sangat dekat, hingga jarak memisahkan waktu ke bersamaan mereka.

Namun untuk Aulia dan Radit, mereka hanya saling diam. Tidak tahu harus berkata apa.

Setelah makan siang mereka usai. Rama memulai pembicaraan mereka dengan serius.

"Jadi begini nih, Jaya... saya mewakili istri saya... ingin menanyakan bagai mana dengan janji kita dulu! Soal perjodohan anak anak kita ini!" ucap Rama.

"Apa? Perjodohan, pah?" cicit Aulia.

bersambung....

...🏵️🏵️🏵️...

Yuk tinggalin jejak 😊😊

Kalo gak suka, abaikan ke haluan author 😅😅

Terpopuler

Comments

Rahma AR

Rahma AR

lanjut

2023-04-19

1

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

semoga berhasil usaha mu aulia 😂😂

2023-03-14

2

Ara Aulia

Ara Aulia

🤕🤕 tuh kan bner d jodohin. ada udang d balik semen

2023-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!