NovelToon NovelToon

Pandangan Pertama

1. Murid baru

...🏵️🏵️🏵️...

Aulia Anastasya yang berusia 17 tahun, putri tunggal keluarga Jaya Permana, yang merupakan pimpinan perusahaan Permana Corp. Masuk ke daftar 10 pengusaha terbesar di negara A.

Biar pun anak orang kaya, Aulia terkenal pandai, ceria, suka menolong hingga tidak heran, jika di sekolah banyak yang mengenalnya.

Dengan rambut panjang sepinggang, hidung mancung, mata sipit, badan padat berisi yang menambah daya tarik tersendiri.

Di sekolah Aulia memiliki sahabat Lia dan Seli, bisa di bilang udah kaya lem sama perangko, alias deket banget karena mereka dulunya satu sekolah waktu masih di Sekolah Menengah Pertama.

Lia itu pintar, tapi kalo udah ngomong, kaya kereta yang tidak bisa berenti, alias bawel. Tapi berjilbab ya gays. Biar pun masih sekolah, Lia ini udah jadi juragan kontrakan loooh, warisan keluarga.

Berbeda dengan Lia dan Aulia. Seli ini biar pun masih sekolah, tapi udah bisa cari uang sendiri untuk biaya sekolah.

Setiap pulang sekolah, Seli bekerja paruh waktu di restoran cepat saji milik Arya Wiguna. Setelah ke matian ke dua orang tuanya satu tahun yang lalu.

Farel teman sekelas Aulia, yang sudah dari kelas satu mengejar cinta Aulia. Tapi sayangnya selalu di tolak olah Aulia. Tolak secara halus ya bebs secara Aulia ini baik ga ketulungan.

Farel ini gak pinter amat si tapi baik, tinggi, hitam manis, jago basket.

Arya Wiguna yang merupakan kakak kelas Aulia, yang sekaligus ketua osis juga ikut mengagumi sosok Aulia.

Di usianya yang masih muda, Arya sudah mampu mendirikan usahanya sendiri. Karyawan yang bekerja di restoran milik Arya, sebagian besar merupakan teman sekolahnya sendiri.

Jaya Permana ( orang tua Aulia ) dan Wiko Wiguna ( orang tua Arya Wiguna ) ini sahabatan. Mereka berdua tumbuh dan besar bersama, hingga sampai saat ini keduanya menjaga tali silaturahmi mereka dengan baik.

Mobil hitam mewah itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

"Seperti biasa ya, mang udin" ucap Aulia ketika turun dari mobil.

"Iya, Non" Mang Udin lantas melajukan kembali, mobil yang ia kemudikan setelah menurunkan majikannya.

Setelah beberapa langkah Aulia berjalan, ia pun melihat sahabatnya yang sudah berjalan di depanya dan berusaha menyusul Lia dan Seli dengan mempercepat langkah kakinya.

"Hayooo, lagi ngomongin aku ya?" Tebak Aulia, saat langkah kakinya berhasil menyamai ke duanya. Bahkan Aulia berdiri di antara Seli dan Lia, dengan ke dua tangan yang merentang di bahu ke dua sahabatnya itu.

"Iya nih, ko tumben lama?" Seli menoleh ke arah Aulia. Dengan mereka yang kini berjalan melewati selaras gedung sekolah bersama.

"Tau nih anak, on time dong Non jadi anak, udah janjian masih aja jam karet! Nanti pulang sekolah, jadi kan?" Cecar Lia dengan suaranya yang khas, cempreng.

"Itu mulut kalo udah ngoceh... di rem dikit kenapa, Li!" Ujar Aulia.

"Yang pasti kenapa telat, Non?" Tanya Lia, sambil membuka permen kaki, yang di simpan dalam saku kemeja putihnya.

"Tadi itu ada insiden kecil di jalan, cowo nyebelin banget, tau itu anak hiks hiks hiks nyebelin." Aulia menjelaskan sambil pura pura menangis.

"Lah kenapa itu bocah, Ser?" Lia bertanya pada Seli, yang merasa aneh dengan sikap Aulia.

Seli mengerdikkan bahunya sambil berujar, "Mana aku tau."

"Pulang sekolah nanti kerja gak, Sel?" Tanya Aulia, ketika mereka sampai di dalam kelas.

Aulia dan Seli duduk di bangku mereka masing masing. Aulia dan Seli duduk di barisan paling belakang. Sedangkan Lia duduk di depan Seli.

"Kerja dong Aulia, cari cicis." Ucap Seli sambil mengeluarkan buku pelajaran pertama hari ini, sambil tersenyum lebar.

"Terus kalo kamu, Li?" Tanya Aulia, sambil mengusili Lia dengan menarik narik ujung jilbab Lia.

Lia pun langsung menoleh ke belakang, untuk bisa berhadapan dengan sahabatnya itu dan berkata, "Seperti biasa... aku ada untuk mu, Aulia." Lia lalu menopang dagu untuk mendengarkan Aulia bicara.

"Eeeeeee gimana ya." Aulia menggaruk kepalanya yang tidak gatel.

"Udah ngomong aja, gak usah ragu." Lia menggigit permen kaki yang ada di dalam mulutnya.

Sedetik kemudian Farel dateng menghampiri meja Aulia.

"Eh eneng manis, Aulia udah dateng. Lagi ngomongin apaan sih? Serius amat." Ujar Farel, dengan keingin tahuannya.

"Eh pengacau udah dateng toh! Duduk sana lu, ngapain di sini!" Sungut Lia yang kesel akan ke hadiran Farel.

"Jangan galak galak napa Li, tar cantik lu luntur aja." Ucap Farel sambil tangan kanannya, menarik bangku yang ada di dekatnya, lalu Farel mendudukkan dirinya.

"Duduk di tempatnya dong!" Sungut Lia.

"Bawel lo, udah pada belajar belom nih! Gw denger denger nanti ulangan lo." Oceh farel.

"Asal lo tau ya! Gw mah dari lahir udah cantik, cantiknya gw gak bakal luntur mau ada ujan juga." Lia membuka lembaran bukunya.

"Gak pake ulangan juga tiap hari udah belajar keles, emang lu otak ngepas!" Sungut Lia lagi dengan ketus.

"Jangan galak galak Li, nanti kamu suka aja sama, Farel!" Seli pun angkat suara sambil membetulkan ikat rambutnya.

"Ya ga mungkin lah, Lia gitu suka sama Farel? Cape deh!" Dengen percaya dirinya, Lia menyangkal perkataan Seli, dengan tangannya yang menepuk keningnya sendiri.

"Alah... lebay lu, Li." Farel yang tidak terima dengan perkataan Lia.

"Emang bener, Aulia aja yang dari kelas satu lu kejer cintanya. Sampe sekarang tuh, lu belum dapetin juga week." Lia menjulurkan lidahnya meledek Farel.

"Karena lebih baik kita itu berteman Farel, apa lagi kita itu satu kelas dan satu jurusan." sanggah Aulia sambil membuang pandangan ke depan kelas. Melihat bu Rita masuk dengan anak laki laki yang entah namanya siapa.

Bu Rita masuk ke dalam kelas, yang di ikuti oleh anak laki laki di belakangnya. Dengan seragam yang ia kenakan, sudah pasti anak itu masih berstatus pelajar sama seperti yang lainnya.

"Farel, kamu ngapain duduk di situ?" Tegur bu Rita, dengan geleng geleng kepala.

"Ini bu, nangkep hati yang lepasss." Ucap Farel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatel.

"Wuuuuuuu." Satu kelas pun menyoraki tingkah dan jawaban dari Farel itu.

"Sudah sudah jangan ribut. Duduk ke tempat kamu Farel." Perintah bu Rita.

"Iya, bu." Farel pun duduk di tempatnya, setelah membenarkan kembali posisi bangku yang tadi ia gunakan.

Anak anak pun kembali memperhatikan pandangan mereka, pada guru yang kini mengisi jam pelajaran, yang tidak lain adalah bu Rita.

"Oh iya anak anak, ini perkenalkan teman baru kalian." Ucap bu Rita, setelah mendaratkan bobot tubuhnya di kursi guru.

"Wiiiih keren!" Seru beberapa anak perempuan.

"Gw banget tuh!" Ujar Lusi dengan lirikan matanya yang genit.

"Saingan baru nih." Gumam Farel.

"Hahahaha nambah berat saingan lu, Farel!" Seru Lia, dengan tangan kanannya yang melempar bola kertas ke arah Farel.

"Kurang kerjaan, lu!" Sungut Farel kesal.

Bu Rita pun mengetukan penghapus ke meja, memberi tanda agar murid yang lain diam dan tidak gaduh.

"Kalian ini sudah SMA, kelakuan gak jauh beda kaya anak SD." Omel bu Rita sambil geleng geleng kepala, tidak habis fikir dengan muridnya.

"Ayo, Radit!" Bu Rita pun mempersilahkan murid baru itu, untuk memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Raditia Prasetyo biasa di panggil Radit, umur 17 tahun, pindahan dari Bandung."

"Ada yang mau di tanyakan anak anak?" Bu Rita bertanya pada yang lain.

Aulia mengerutkan keningnya, saat mengingat kembali wajah anak laki laki yang berdiri di depan kelasnya.

Aulia membatin, itu kan anak yang nyebelin tadi di jalan, bawa motor ngebut, berenti juga mendadak, mau mati jangan ngajak orang napa!

"Kamu kenapa Aulia?" Tanya Seli, dengan tangannya yang menepuk bahu Aulia.

"Ah i- itu cowok yang tadi mau aku ceritain tadi, Sel" Jawab Aulia gugup karena terkejut.

"Maksudnya?" Tanya Seli yang masih belum mengerti, dengan maksud perkataan Aulia.

"Bu, mau tanya dong bu!" Lusi yang langsung mengangkat tangan kanan ke atas.

"Tanya apa, Lusi?" Bu Rita pun langsung bangkit dari duduknya.

"Radit udah punya pacar belum? Sama aku mau ya Radit!" Ucap Lusi gadis centil di kelas.

"Wuuuuuu!" Semua anak pun bersorak.

"Maaf saya sudah punya pacar!" Radit menjawab singkat.

"Radit, kamu duduk di sana ya!" Bu Rita menunjukkan jari telunjuk kanannya, ke arah bangku kosong yang berada di sebelah Aulia.

"Iya, bu." Radit melangkahkan kakinya, berjalan ke arah meja barunya.

Radit membatin dengan menyeringai ke arah Aulia, cewek ini lagi, ternyata sempit juga ya dunia ini!

Radit mendudukan dirinya dan menyimpan tas ranselnya di kursi.

"Hari ini kita ulangan harian ya anak anak!" Bu Rita menyerahkan kertas ulangan, pada Dito ketua kelas yang duduk di meja paling depan.

"Yaaaaaah, buuuuu!" Yang lain bersuara lemes, karena sebagian tidak siap dengan ulangan dadakan dari bu Rita ini.

"Kerjakan dengan benar dan teliti, ingat satu angka kalian salah, yang lain juga akan salah. Jangan mencontek ya!" Bu Rita mendudukan dirinya lagi di kursinya.

Bersambung...

...🏵️🏵️🏵️...

Terima kasih sudah mampir, jangan lupa like and komen 😊😊

Kenapa gak di coba

...🏵️🏵️🏵️...

Akhirnya jam yang di nanti pun tiba, setelah mendengar bel tanda pelajaran telah usai.

Semua murid pun berkemas untuk mengakhiri kegiatan kelas hari ini, setelah pagi hari bergelut dengan soal ulangan dari bu Rita.

Setelah guru mata pelajaran terakhir keluar kelas. Dengan centilnya Lusi menghampiri meja Radit.

"Radit, aku pulang bareng kamu ya! Boleh kan!" dengan senyum yang merekah tidak lupa di perlihatkan pada Radit dengan suara yang di buat manja.

Radit berkata dengan dingin, "Sorry gak bisa." Radit beranjak dari duduknya dan langsung meninggalkan kelas.

"Radit, tunggu..." Lusi yang terus mengejar Radit, tapi sayangnya tidak di hiraukan.

Balik lagi ke Lia, Aulia dan Seli yang lagi asik bercanda sampe menuju gerbang sekolah.

"Kalian pulang bareng aku aja ya! Tapi temenin aku dulu ke Gramedia, mau kan!" cicit Aulia sambil menggandeng ke dua sahabatnya itu.

"Maaf ya Aulia, kamu biar di temenin sama Lia aja ya!" dengan sedikit, kecewa Seli menolak ajakan Aulia.

"Biar aku deh yang bilang sama ka Aryo. Buat izin kamu gak masuk kerja dulu!" dengan senyumnya yang cerah, Aulia masih berusaha membujuk Seli.

"Iya Sel, mau ya ikut!" kali ini Lia ikut membujuk Seli. Sambil ke dua tangannya menangkup ke depan dadanya.

"Maaf ya gays, kalian kecewa. Hehehe. Beneran aku ga bisa, resto jam segini rame looh." tolak Seli dengan memperlihatkan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Oke deh kalo gitu. Berangkat bareng ya!" ucap Aulia pasrah.

"Oke, hemat ongkos juga hehehe." Seli setuju, dengan membentuk jempolnya dan jari telunjuk kanannya membentuk huruf o.

Obrolan mereka terhenti, ketika melihat mang Udin sudah menepikan mobilnya di tepian jalan, tidak jauh dari gerbang sekolah. Mang Udin membukakan pintu mobil untuk Aulia.

Mereka pun masuk ke dalam mobil. Dengan Seli dan Lia yang duduk di kursi belakang. Aulia duduk di depan, mang Udin yang mengemudikannya.

Tanpa terasa, perjalan jauh sudah mereka tempuh untuk sampai di salah satu mall yang ada di kota itu. Mang Udin sudah memarkir mobilnya di parkiran. Membiarkan ke tiganya ke luar, sementara ia mencari ke sibukan, menunggu Nona mudanya kembali lagi ke mobil.

"Aku langsung masuk ya Aulia, Lia" setelah tiba di depan resto, Seli pun langsung memeluk ke dua sahabatnya.

"Hati hati ya kerjanya. Perlu aku suruh mang Udin untuk jemput ga, Sel?" tanya Aulia dengan menatap sahabatnya itu.

"Ga usah Aulia... seperti biasa aja, kan ada mobil karyawan yang suka anter tiap pulang kerja." tolak Seli.

Aryo sudah memfasilitasi karyawannya untuk pulang dengan menggunakann mobil jemputan. Hal itu di lakukan Aryo, hanya semata mata demi ke amanan karyawannya, apa lagi di jam malam rawan terjadi tindak kriminal.

"Oh iya, aku lupa." Aulia berkata sambil menepuk jidatnya sendiri.

Seli dan Lia tertawa melihat tingkah Aulia yang satu itu. Setelah itu mereka pergi ke tujuan awal.

Seli masuk ke dalam resto, dan menghabiskan waktu di resto sampai jam 9 malam, dengan kata lain sampai tutup toko.

Sedangkan Aulia dan Lia, mereka menuju lantai 2, tempat Gramedia berada.

Setelah puas memilih, dan mendapatkan apa yang di cari. Aulia menghampiri Lia yang sedang asik berdiri sambil membaca buku komik.

"Hah, itu gak salah kamu... Aulia beli buku sebanyak itu?" dengan nada terkejut Lia bicara setelah memperhatikan bawaan Aulia yang menenteng 2 kantong tas buku.

"Gak ada yang salah dong, aku bayar dulu ya!" Aulia berlalu meninggalkan Lia yang masih terkejut.

Ke duanya jalan jalan sejenak, ke luar masuk toko. Sambil cuci mata, melihat barang apa yang akan Aulia taksir, jika beruntung. Maka barang itu akan Aulia beli dan di bawa pulang.

"Kita pulang yuk! Aku udah cape nih!" keluh Lia dengan memijat kakinya saat mereka duduk di salah satu kursi panjang yang di sediakan mall.

"Boleh deh, aku juga udah laper nih! Resto tempat Seli kan?" tanya Aulia sambil beranjak dari duduknya.

"Iya lah."

Sampai di resto ke duanya langsung masuk ke dalam dan memilih kursi.

"Kalian belum pulang?" tanya Seli saat menghampiri ke duanya, dengan memakai apron berwarna hitam yang membalut kaos putih yang ia kenakan, seragam resto.

"Kalo belum mampir ke sini, belum afdol Sel... kita mau pesen makan dong, Sel." ucap Lia.

"Oke, seperti biasa kan?" cicit Seli yang langsung mengerti ucapan Lia.

Tidak berapa lama, Seli kembali dengan membawa sebuah nampan. Ia menghidangkan semangkuk bakso pada Aulia dengan es jeruk sebagai temannya.

Seli juga menghidangkan semangkuk mie ayam dan es lemon tea di hadapan Lia.

"Selamat menikmati hidangannya!" ucap Seli pada ke dua sahabatnya.

"Kamu gak sekalian ikut makan bareng kita, Sel?" tanya Aulia yang melihat Seli hendak meninggalakan meja Aulia.

"Aku udah makan tadi. Aku lanjut kerja lagi ya!" cicit Seli.

"Tar dulu Sel... ini buat kamu!" Aulia menyerahkan 3 buku novel remaja pada Seli.

Aulia dan Seli sama sama gemar membaca novel kala waktu senggang.

"Makasih cantik." yang langsung di terima oleh Seli.

"Aku juga dapet kan Aulia?" ucap Lia, karena miliknya belum juga di berikan padanya.

"Pasti dong." Aulia pun menyerahkan 3 buku komik ke sukaan Lia.

Berbeda dengan Aulia dan Seli. Kalau Lia lebih menyukai komik, karena gak terfokus pada tulisan, kalo komik kan ada gambarnya.

Setelah selesai menghabiskan makanannya, Aulia dan Lia memutuskan untuk pulang.

Aulia mengantarkan Lia pulang terlebih dulu.

"Kamu serius gak mau terima Farel?" pertanyaan itu ke luar juga dari bibir Lia.

"Iya." hanya satu kata yang meluncur dari bibir Aulia.

"Kenapa, kasian loh tuh anak kayanya serius banget sama kamu! Beneran suka sama kamu!" ujar Lia, menilai Farel dari sudut pandangnya.

"Lebih baik berteman, Lia." Aulia menjawab dengan malas.

"Kenapa gak di coba buat jalanin aja dulu... kalo gak nyambung ya udah tinggal putus kan!" ucap Lia dengan santainya.

"Perasaan ko pake di coba. Kamu ini Lia... kalo ngomong asal jeplak aja!" ledek Aulia.

"Padahal aku nantiin kalian jadian lo! Aku duluan ya beb, hati hati, salam buat mama Nami ya!" ucap Lia saat mobil kini berhenti di depan pagar rumahnya.

Mama Nami itu mamanya Aulia.

"Oke.... makasih ya udah mau nemenin aku." ucap Aulia lagi.

Mobil kembali melaju.

...💔💔💔...

Ke esokannya, di pagi hari yang cerah. Matahari menyinari setiap insan seakan mengajak untuk beraktivitas kembali.

Di meja makan, seperti biasa keluarga kecil ini menghabiskan sarapannya bersama.

"Kamu nanti langsung pulang ya sayang." ucap mama Nami pada putri tunggalnya itu.

"Belum tau mah." ucap Aulia sambil menyuapkan makanannya.

"Harus pulang ke rumah, kamu hari ini harus temenin mama ketemu temen mama." ucap mama Nami dengan sedikit memaksa, tidak ingin perkataannya di bantah Aulia.

Aulia hanya bergumam, "Heam."

Aulia yang sudah selesai dengan sarapannya, memutuskan untuk berangkat sekolah, ia beranjak dari duduknya.

"Aulia berangkat ya mah, pah." ucap Aulia, sambil mencium punggung tangan kanan ke dua orang tuanya secara bergantian.

"Hati hati sayang." ucap papa.

"Jangan lupa pesen mama, langsung pulang ya sayang!" ucap mama Nami dengan volume naik 2 oktaf.

bersambung .......

Gimana kelanjutannya, dukung author buat like dan komen 😊😊

Pertemuan antar 2 keluarga

...🏵️🏵️🏵️...

Pagi ini banyak pasang mata yang mengarah pada Aulia dan Radit. Apa lagi ada di antara mereka yang melihat Aulia, turun dari motor yang di kendarai Radit.

"Tadi kan aku udah peringatin, turunin aku aja di luar gerbang, kamu malah turunin aku di dalam parkiran sekolah. Gak enak kan tuh, kita jadi pusat perhatian anak anak." gerutu Aulia yang melangkah dengan risih meninggalkan area parkir sekolah.

Bagai mana tidak risih, saat di tatap beberapa pasang mata dari teman temannya, kaka kelas dan adik kelas.

"Jangan perdulikan mereka! Aku biasa saja." ucap Radit datar, maafkan aku Aulia, jika membuat mu tidak merasa nyaman.

Ini merupakan hari pertama tersulit yang Aulia jalani selama bersekolah, apa lagi ia menjadi pusat perhatian karena ke tahuan ke sekolah bersama dengan Radit. Murid baru yang langsung tersohor di sekolahnya.

Tidak terasa jam pelajaran telah usai, dan di gantikan dengan jam istirahat.

Aulia, Seli dan Lia tengah berjalan menuju kantin sambil bercanda. Di belakang ada Radit, Danu dan Farel. Yaaah karena 1 kelas dan ke sukaan mereka sama, jadi mudah untuk mereka menjadi dekat.

Apa lagi dengan sifat Radit yang mudah bergaul, meski tidak jarang ia memperlihatkan sisi dinginnya yang tidak banyak bicara. Tapi sayangnya ke asikan Radit, Danu dan Farel harus terusik karena ke hadiran Lusi yang masih membujuk Radit.

"Radit, nanti aku pulang nebeng kamu ya!" dengan nada memelas dan di buat semanja mungkin, Lusi membujuk Radit.

"Sorry gwe gak bisa." tolak Radit dengan suara khasnya yang dingin.

"Aaah Radit, kasihan dong sama gwe. Boleh ya gwe nebeng sama lo!" ucap Lusi seraya berusaha menggandeng lengan kanan Radit.

"Apaan sih." Radit menepis tangan Lusi dengan kasar, alisnya menukik tajam, tatapannya berubah menjadi menyeramkan dan tidak lagi bersahabat, kini Radit perlihatkan pada Lusi.

"Ganjen lu, mak lampir." cibir Farel, yang ikut kesal melihat Lusi.

"Mending pulang bareng gwe aja, Lus!" tawar Danu sambil nyengir kuda.

"Apa? Pulang bareng, lu? Ogah amat." ucap Lusi dengan ketus, dan berlalu meninggalkan Radit, Danu dan Farel.

Bugh.

Karena tidak hati hati, Lusi ke serimpet sepatunya sendiri dan menubruk tubuh Aulia yang berada di depannya. Hingga ke duanya terjatuh ke lantai.

"Akhhhh." pekik Aulia.

Seli dan Lia yang melihatnya langsung membantu Aulia, untuk beranjak dari posisinya yang kini terduduk di lantai, dengan lutut yang mencium dinginnya lantai.

"Kamu itu apa apaan, si Lus! Jalan tuh pake mata dong!" sungut Lia dengan kesal menatap tajam Lusi.

"Lu itu, jalan lelet banget kaya siput." kilah Lusi dengan menepuk nepukkan roknya dengan tangannya.

Seli, Lia dan Aulia kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin, dengan Aulia yang berjalan dengan tertatih tatih, karena rasa perih di lututnya yang luka.

Bukannya minta maaf sama Aulia, Lusi langsung berjalan ke arah toilet putri. Sambil ngoceh gak jelas karena lagi lagi di tolak nebeng sama Radit, di tambah lagi jatuh menubruk Aulia, hari yang apes untuk seorang Lusi.

Danu dan Farel yang melihat langsung berlari menghampiri Aulia.

"Kamu gak apa apa?" tanya Farel yang langsung mengecek lutut Aulia.

"Cuma lecettt doang." ucap Aulia dengan datar.

"Biar aku bantu!" ucap Farrel yang hendak membantu Aulia.

"Gak perlu!" tolak Aulia.

"Caper lu, udah tau ada gwe juga." ucap Lia kesal, Lia membatu memegangi tangan Aulia, menjaga keseimbangan jalannya Aulia.

Tanpa berkata dan meminta izin pada Aulia, Radit menyela di antara Seli dan Aulia. Radit memapah Aulia untuk berjalan, dengan tangan kanan Aulia yang ia letakkan di bahunya, Radit bahkan tidak segan, untuk merekatkan satu tangannya di pinggang samping Aulia.

Aulia mengerutkan keningnya, menatap marah pada Radit dengan sikapnya, "Kamu apa apaan sih! Lepasin gak!" sambil mendorong Radit agar menjauh darinya.

"Kamu nurut atau ingin aku gendong?" ucap Radit dingin namun tegas, membuat Aulia diam, entah kenapa hatinya langsung menurut.

"Harusnya kamu gak perlu seperti ini! Aku bisa sendiri dengan di bantu Lia!" ucap Aulia dengan tatapan risih melihat ke sekitarnya.

Lagi lagi pasang mata menatap ke dekatan Aulia dan Radit dengan penuh tanda tanya.

Lia dan Seli geleng geleng kepala melihat ke duanya yang berjalan di depan mereka, belum lagi Farrel dan Danu yang sama menatap heran ke duanya.

keluar kelas berbarengan. Tapi setelah sampai di pintu masuk kelas arah tujuan Seli berbeda dengan Aulia dan Lia. karena Seli kali ini akan ikut rapat osis dan telat untuk dateng ke restoran tempatnya magang.

"Sampai ketemu besok!" ucap Seli sambil melambaikan tangannya pada Aulia dan Lia.

Dret deeet dreeet.

Sambil tetap melangkah, Aulia mengeluakan hapenya dari dalam saku roknya.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, saat melihat kontak yang menelponnya kini.

"Iya mah! Ini baru aja bel... sabar ya, bentar lagi juga aku pulang ko!" cicit Aulia saat sambungan teleponnya sudah ia jawab.

[ "Ihs kamu ini, dengerin dulu mama bicara! Hari ini kamu pulang biar bareng sama Radit ya, sayang!" ] titah mama Nami.

[ "Radit? Radit yang mana, mah? Emang mang Udin ke mana sih mah?" ] apa jangan jangan Radit yang mama maksud itu, Radit yang anak baru kemaren pindah sekolah ya?

[ "Radit teman sekelas kamu itu lo, sayang. Yang baru pindah dari Bandung itu! Kenal kan kamu pasti! Mama tadi udah hubungin Radit ko ..." ]

[ "Tapi mah ... " ] Aulia belum selesai bicara, tapi panggilan telepon sudah di putus sepihak oleh mama Nami.

Aulia menatap layar hapenya dengan bungung, mama yang mau ketemu sama temen lamanya, kenapa jadi aku yang ke serettt serettt sih! Aneh ini orang tua!

"Mama kamu bilang apa, Aulia?" tanya Lia.

Aulia menjawabnya dengan tergagap, "Ah itu, emmm gak ko... gak bilang apa apa!" masa iya gwe bilang hari ini pulang bareng Radit... pasti Lia bakal nanya, gwe kenal Radit juga baru ko bisa gitu pulang bareng! Aneh kan!

Dari arah belakang, Radit berseru memanggil nama Aulia.

"Aulia!"

Aulia tetap melangkah tanpa menghentikan langkah kakinya, mati gwe, mau ngapain lagi Radit manggil gwe. Jangan nyamperin kek!

Lia menoleh ke belakang, melihat Radit yang berlari kecil dengan menyampirkan tas ranselnya di bahu kanannya.

"Kamu di panggil Radit itu, Aulia!" seru Lia.

"Ah gak, salah denger kali kamu!" kilah Aulia asal.

"Kamu gak denger, aku manggil kamu barusan!" sungut Radit yang kini berjalan mengimbangi langkah Aulia.

"Eh kamu manggil aku? Kirain manggil orang lain." cicit Aulia.

Plak.

"Tuh kan, tadi kan aku bilangin. kamu itu di panggil Radit, gak percaya sih!" celetuk Lia dengan menepuk bahu Aulia.

Radit mengerutkan keningnya menatap Aulia dengan pandangan yang sulit di artikan, oh jadi ini anak pura pura gak denger gwe, oke kalo gitu.

Grap.

"Akhhh. Radit, apa apaan sih Radit! Turunin gwe gak! Gwe bisa jalan sendiri ihs!" Aulia meronta ronta saat Radit menggendongnya, meninggalkan Lia yang tercengang melihat sikap Radit pada Aulia.

"Aku gak salah liet nih? Fixs banget nih Aulia hutang penjelasan sama aku and Seli. Apa Seli udah tau ya?"

Radit terus berjalan menuju parkiran motor spornya, dengan Aulia yang masih berada dalam gendongan Radit.

"Radit! Jangan sampe gwe kasar sama lo ya! Gwe bilang turunin gwe sekarang juga!" ucap Aulia dengan datar dan tegas, tatapannya tajam pada Radit

Radit menyeringai, "Mau diam atau gwe bakal cium lo sekarang juga!" ancam Radit yang tidak kalah tegas dari Aulia.

Aulia menelan salivanya dengan sulit, mentap Radit dengan tatapan jengkel, astaga mama... apa ini orang yang mama kirim buat aku pulang bareng sama dia? Astaga maaaah! Mama salah orang!

Beberapa pasang mata yang melihatnya, ikut angkat suara.

"Wiiih pasangan ter hits tahun ini."

"Cocok banget si!"

"Bikin ngiri deh!"

"Kapan gwe bisa kaya gitu!"

"Mau dong bang, neng di bawa pulang!"

Radit langsung mendudukan Aulia di atas motor sportnya, ia juga melepasss jaket yang ia kenakan.

"Pake ini!" seru Radit dengan menutupi sepasang paha mulusss milik Aulia.

Aulia membatin, ternyata baik juga.

Radit memasangkan helm di kepala Aulia, "Aku bisa pakai sendiri, Radit." tolak Aulia yang ingin mengenakan helmnya sendiri.

"Bisa diem gak!" ucap Radit datar.

Aulia pun diam sambil matanya terus menatap Radit.

Setelah selesai memakaikan helm pada Aulia, Radit memakai helm untuk dirinya sendiri. Radit menarik ke dua tangan Aulia, hingga melingkar di pinggangnya.

Motor sport merah Radit meninggalkan parkiran sekolah, memecah jalan menyatu dengan kendaraan lain yang sibuk dengan tujuan mereka masing masing.

Setelah Aulia sadar jika jalan yang mereka lewati bukan jalan menuju rumah. Aulia pun buka suara.

"Radit, kita mau kemana?"

"Ikut aja, ga usah banyak tanya." jawab Radit datar.

Radit menghentikan laju motornya di depan Cafe Solera, tempat yang terlihat berkelas dan ramai.

Aulia dan Radit turun dari motor, Aulia melihat ke samping kiri ada mobil putih yang biasa di gunakan oleh mamanya.

"Mau di gendong, atau mau di papah?" tawar Radit sebelum ke duanya masuk ke dalam cafe.

"Gak perlu, bisa jalan sendiri!" tolak Aulia sambil berjalan.

Radit menatap punggung Aulia, udah di kasih pilihan tapi gak mau pilih satu pun, itu artinya minta di gendong!

Grap.

"Akhhhh! Radit! Turunin gak! Nanti apa kata orang!" gerutu Aulia, saat Radit dengan ringannya mengangkat tubuhnya dengan ke dua tangannya.

"Gak akan ada yang berani berkomentar!" ucap Radit dengan santai.

Kakinya ia ayunkan memasuki restoran, langkah kakinya tertuju pada ruang VVIP, tempat yang memang sengaja di siapkan oleh papa Jaya Permana untuk pertemuan antar 2 keluarga.

"Silahkan masuk Tuan Muda!" manajer Cafe Solera membukakan  pintu VVIP untuk Radit.

"Lo kamu kenapa, sayang?" mama Nami beranjak dari duduknya, menarik satu kursi untuk Aulia.

"Gak apa, mah." cicit Aulia.

"Jangan bohong kamu! Itu kenapa sampe di gendong gitu?" selidik mama Nami.

Radit menurunkan Aulia dan Aulia mencium punggung tangan mama Nami, papa Jaya dan 2 orang dewasa lainnya yang belum ia kenal.

Radit juga melakukan hal yang sama seperti Aulia.

"Aiih Aulia makin cantik aja sekarang!" puji mama Sita.

"Makasih, tan." ucap Aulia.

Mereka duduk di satu meja yang sama. Setelah tidak ada lagi yang di tunggu, akhirnya mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Suasana makan siang kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya Aulia makan siang hanya di temani mama Nami di rumah. Tapi kali ini Ada papa Jaya, om Rama, tante Sita dan si dingin Radit.

Sita, Nami, Jaya dan Rama, sesekali membuka memori lama, menceritakan bagai mana dulu ke akraban yang terjalin dari ke empatnya. Dua keluarga yang dulu sangat dekat, hingga jarak memisahkan waktu ke bersamaan mereka.

Namun untuk Aulia dan Radit, mereka hanya saling diam. Tidak tahu harus berkata apa.

Setelah makan siang mereka usai. Rama memulai pembicaraan mereka dengan serius.

"Jadi begini nih, Jaya... saya mewakili istri saya... ingin menanyakan bagai mana dengan janji kita dulu! Soal perjodohan anak anak kita ini!" ucap Rama.

"Apa? Perjodohan, pah?" cicit Aulia.

bersambung....

...🏵️🏵️🏵️...

Yuk tinggalin jejak 😊😊

Kalo gak suka, abaikan ke haluan author 😅😅

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!