episode 2

Di tempat Iyan dan teman-temannya "Pertandingan nanti, kita melawan kelas mereka, kita harus mengalahkan Boy si songong itu biar gak tambah songong," kata Edo

"Kita kan kekurangan orang, gimana mau menang," jawab Iyan

"Pertandingannya bulan depan, masih sempat untuk cari yang mau gabung, nanti kita tanya dulu siapa yang tertarik di kelas kita," kata Edo

"Kalau kita kalah lagi dari kelas mereka, mungkin mereka akan semakin mentertawakan kelas kita," kata Ajeng dengan nada lemah .

"Ngomong-ngomong anak baru tadi kenapa gak loe ajak ke sini?" tanya Edo kepada Iyan

"Dia gak mau, sepertinya dia itu kutu buku, tadi gue lihat dia cuma baca buku di kelas," jawab Iyan.

"Oh..." Edo mangguk-mangguk

Pesanan mereka datang, jadi mereka sibuk makan jajanan.

Mereka kembali ke kelas, Iyan langsung duduk di dekat Pandu "Pandu, loe dapat kamar asrama nomor berapa?" tanya Iyan

"Nomor 603," jawab Pandu

"Berarti loe sendiri?" tanya Iyan lagi

"Iya. Memangnya biasanya 1 kamar berapa orang?" tanya pandu balik tanpa menatap ke arah Iyan.

"2 atau 3 orang," jawab Iyan

"Oh..." ucap Pandu santai

Semua siswa pulang sekolah dan makan siang seperti biasa.

Pandu melihat semuanya duduk dengan rapi saat makan siang.

"Pandu, kok loe makan sedikit sih? kan tadi istirahat loe juga gak jajan?" kata Ajeng

"Gue sudah biasa makan seperti ini, karena di rumah sering berbagi makanan jadi kebiasaan sampai sekarang," kata Pandu sedikit gugup. Gue terpaksa bohong batinnya

Iyan Edo dan Ajeng saling melihat dan merasa kasian terhadap Pandu.

"Maaf ya gue jadi ngingatin loe sama keadaan rumah," kata Ajeng dengan sedikit rasa bersalah.

"Gak apa-apa," ucap Pandu sambil tersenyum

"Terus kok loe bisa sekolah di sini?" tanya Ajeng.

"Gue masuk karna rekomendasi pemilik sekolah, jadi gue di sini anak beasiswa kurang mampu bukan beasiswa prestasi ya," ucap Pandu

Semua tertawa mendengar perkataan Pandu.

"Kalau gak berprestasi gak mungkin bisa masuk juga," sambung Ajeng sambil senyum.

Pandu juga tersenyum

"Prestasinya ada, tapi sedikit," tambah Pandu

Setelah makan siang mereka masuk ke asrama masing-masing.

Pandu membuka kaca-mata-nya dan langsung mandi, saat di kamar mandi Ia menatap kaca dengan sangat lama dan langsung tersenyum tipis. Ternyata kaca-mata yang dipakainya hanya kaca-mata biasa yang sangat mirip dengan kaca-mata min.

Ternyata gak gampang jadi anak SMA cupu seperti ini, rasanya agak kaku apalagi harus tersenyum selalu batinnya

Setelah mandi Pandu langsung memakai pakaian biasanya.

Di tempat tidur Dia langsung berbaring karena lelah tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Pandu mendapat pesan dari seseorang.

"Apa semuanya lancar?" tanya seseorang di seberang sana.

"Ya," balas Pandu dengan singkat.

Pandu melepaskan ponselnya lalu memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.

Malam hari semuanya berjalan ke tempat makan.

Semuanya sudah berbaris rapi untuk mengambil makanan.

Pandu akan mengambil makanan tapi dihalangi Boy

"Anak baru gue duluan, minggir sana," suruh Boy yang seperti preman sekolah.

Pandu hanya diam dan minggir ke belakang, Renata dan Karina datang dan melihat Boy mengambil barisan Pandu.

"Re duluan saja," kata Boy saat melihat Renata.

Renata melihat ke arah Pandu lalu kembali melihat ke arah Boy.

"Bukankah di sini ada aturannya harus mengantre ya? kok loe baru datang sudah nyosor ke depan?" tanya Renata

"Barisan ini gak terlalu ramai, jadi gue ke depan, lagian yang lain juga gak masalah," jawab Boy

Renata melihat ke arah Pandu.

"Silakan, tadi gue liat loe barisan depan," ucap Renata mempersilakan Pandu duluan

"Terima kasih," kata Pandu

Boy minggir dengan kesal, Ia melihat ke arah Pandu dengan tatapan membunuh.

Pandu mengambil makanan, dan saat berjalan Ia menunduk melihat Renata, Ia langsung duduk di dekat Iyan dan Edo.

"Boy sudah biasa seperti itu, sering merebut barisan," kata Iyan

Pandu melihat ke arah Renata.

"Loe gak usah liat-liat, nanti habis oleh si Boy," kata Iyan lagi

"Tidak kok, gue cuma mau berterima kasih, tadi dia sudah baik sama gue," kata Pandu

"Renata memang baik pada siapapun," sambung Edo.

"Namanya Renata?" tanya Pandu lagi.

"Iya, banyak yang suka sama Renata, tapi pasti dihajar sama Boy, jadinya semuanya pada takut buat dekat-dekat Renata," jawab Edo

"Mereka pacaran?" tanya Pandu dengan penasaran.

"Gak pacaran, hanya saja Boy sudah lama suka tapi selalu ditolak, karena alasannya Renata gak bisa pacaran saat sekolah, ini komitmen Renata," jawab Edo.

"Oh," kata Pandu

"Tapi mungkin setelah lulus mereka akan langsung menikah, kan orang tua mereka teman baik, mereka juga sudah kenal lama," tambah Iyan

Renata membawa makanan, dan melewati Pandu, Ia tersenyum ke arah Pandu, Pandu membalas senyumannya..

Boy melihatnya dengan kesal, dan langsung menarik Renata duduk.

Renata pun duduk bersama Boy, Yuda dan Karina

"Cepat makan nanti keburu dingin," kata Boy kepada Renata.

"Iya," sahut Renata.

Sesekali Renata melihat ke arah Pandu lagi,

pandu juga melihatnya.

Karina menatap ke arah Boy yang sibuk membukakan Renata minuman.

"Ini air putihnya," Boy memberikan air ke Renata.

"Terima kasih Boy," kata Renata sambil tersenyum.

Pandu mendengar pembicaraan mereka lalu tidak lagi melihat Renata, dari pembicaraan mereka dan sikap Boy sudah jelas mereka akrab.

Pandu buru-buru menyelesaikan makannya lalu Ia langsung pergi.

Renata menoleh sebentar, Ia senyum tipis saat melihat kepergian Pandu.

*

Beberapa hari berlalu.

Yuda, Boy dan yang lainnya lagi latihan basket di lapangan.

Boy tersenyum melihat Renata datang.

Karina dan Renata duduk di pinggir, melihat mereka latihan.

Tiba-tiba dipertengahan latihan, bola basket terlempar ke arah Renata dan Karina, Renata dan Karina kaget dan langsung menunduk.

Tapi Pandu buru-buru menangkap bolanya.

Saat mereka tidak merasakan bola, Karina dan Renata langsung mengangkat wajah melihat Pandu memegang bola.

"Terima kasih," ucap Renata.

"Iya, lain kali kalian duduknya agak jauh biar gak kena bola," ujar Pandu.

Pandu melempar bolanya kembali ke lapangan, dan di tangkap Yuda langsung.

Boy berlari ke arah Renata.

"Maaf ya Re, loe gak apa-apa kan?" tanya Boy dengan nada khawatir.

"Iya gak apa-apa Boy," kata Renata

"Duduknya pindah sebelah sana saja," Kata Boy sambil menunjuk bangku yang agak jauh.

Renata mengangguk.

Sekali lagi Renata melihat ke arah Pandu sambil tersenyum.

Boy melihat juga ke arah Pandu.

"Hei cupu, thank sudah nolongin Renata tadi." ucap Boy

Pandu mengangguk dan hanya senyum tipis, lalu berjalan pergi.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Baru pertama kali baca novel Alurnya anak asrama,Biasanya anak gedongan,Mension bak istana..

Mampir thor nyimak..

2025-02-07

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Apa Pandu sedang menjalankan misi ya di sekolah ini,Adakah Pandu seorang Intel?

2025-02-07

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Bikin aku penasaran,Siapa Pandu sebenarnya??🤔🤔

2025-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!