Minta Tolong

"Lho? Kok pada bengong sih? Gak ada makanan ya?"

"Eh? Ada kok! Cek aja sendiri di dapur!" seru mama Andin.

Kania nampak ber oh-ria, setelah mendengar jawaban dari sang mama. Tak lama kemudian, Kania pun berbalik menuju dapur.

Dari kejauhan, Raka terlihat terus memperhatikan Kania. Ia berpikir, bagaimana cara merubah Kania?

"Ka! Tante mohon ya sama kamu! Tolong kamu rubah kebiasaan nya, buat dia jadi cewek feminim seperti kebanyakan cewek lain. Masa iya, tante punya anak cowok dua!"

Mama Andin menghembuskan nafasnya gusar. Terlihat sekali raut wajah nya begitu lelah dan cemas.

"Aku usahain dulu deh, tante. Buat kedepannya, aku bakal selalu jagain Kania, perhatiin Kania, dan mencoba untuk merubah anak tante yg tomboy itu jadi lebih feminim!" ujar Raka, meyakinkan.

Mama Andin tersenyum. Setelah mendengar ucapan meyakinkan yg keluar dari mulut Raka. Kemudian ia menganggukkan kepala nya.

"Kalo gitu, Raka permisi dulu ya tante! Soalnya, ini udah kemaleman banget!" pamit Raka, seraya berdiri dari posisi duduknya.

Mama Andin dan Papa Hendra pun terlihat ikut beranjak dari posisi duduknya.

"Kamu yakin mau langsung pulang? Gak nginep disini gituh?" tawar mama Andin. Raka terlihat tersenyum manis menanggapi.

"Gak usah, tante! Gak enak sama tetangga!" tolak Raka, ramah.

Papa Hendra takjub dengan kesopanan dari Raka barusan. Ia benar-benar tidak salah memilih calon menantu.

Calon menantu?

Sttt... Ini rahasia!

"Kalo gitu, Raka pamit dulu. Om. Tante!" pamit Raka. Saat dirinya sudah berada di halaman rumah keluarga Kania.

"Ya udah! Mau di panggil Kania nya gak?" tanya mama Andin

"Eh? Gak usah tante! Kasian, lagi makan! Jangan di ganggu!" jawab Raka, menolak tawaran mama Andin.

Mama Andin hanya tersenyum menanggapi. Tak lama kemudian, Raka pun mulai memasuki mobil putih mewahnya yg terparkir di depan rumah keluarga Kania.

"Hati-hati, Nak Raka! Jangan ngebut-ngebut mengemudinya!" teriak mama Andin dari ambang pintu.

Raka tersenyum, saat dirinya tengah memarkirkan terlebih dahulu mobilnya. Tak lama kemudian, mobil Raka pun keluar dari area halaman rumah. Kedua pasangan suami istri itu nampak menghembuskan nafasnya lega.

"Calon menantu kita ganteng ya!" sahut Papa Hendra. Sambil terus memandangi mobil Raka yg berjalan semakin menjauh.

"Iya. Jadi gak sabar pengen langsung di nikahin!"

"Nikahin siapa, ma?" Mama Andin dan Papa Hendra tersentak kaget. Mendengar suara jawaban lain yg terdengar dari belakang mereka.

Pasangan suami istri itu nampak memutar tubuh nya menghadap Kania. Yg entah sejak kapan ia berada di sana.

"Siapa yg mau mama nikahin?" tanya Kania. Antusias bertanya.

"Ah. Itu, katanya abang kamu bentar lagi pulang ke Indonesia bawa calon menantu buat mama sama papa. Jadi, mama kepikiran pengen cepet langsung di nikahin gitu si cewek yg jadi... Pacar abang kamu!" jawab Mama Andin. Mencoba mencari sebuah alasan.

"Hah? Seriusan, bang Kesha mau bawa pacar nya kesini? Kapan?" tanya Kania. Dengan raut wajah terkejut.

Mama Andin membulatkan matanya. Tatapannya kini beralih menatap papa Hendra, yg ternyata juga tengah menatap ke arahnya.

Seolah satu pemikiran, mereka pun tersenyum lega.

Ternyata Kania percaya, apa yg mama Andin katakan padanya!

"Gak tahu tuh! Tanyain nya jangan ke mama. Tapi ke abang kamu. Udah ah, mama ngantuk. Pengen istirahat." ujar mama Andin mengalihkan topik pembicaraan.

Setelah mengatakan kalimat tersebut pada putrinya, ia pun melenggang meninggalkan Kania dan Papa Hendra yg masih terdiam di tempat.

Kania melirik ke arah sang papa. "Papa gak ikut mama buat pergi istirahat?" tanya nya. Sang papa nampak sedang menimbang isi pikirannya.

"Ya udah, deh. Papa juga mau istirahat. Kamu juga istirahat ya sayang!" ujar papa Hendra sambil mengacak kecil rambut Kania.

Kania nampak mengerang kecil karena mendapatkan perlakuan seperti ini dari papanya. Dari dulu, Kania sangat suka jika sang papa sudah memanjakannya dengan cara yg seperti ini. Tidak seperti sang mama, yg lebih memperhatikan Kesha. Dan hanya mementingkan kehidupannya.

Kania tersenyum kecut, saat kembali mengingat kejadian masa lalu. Kejadian dimana dirinya merengek ingin di gendong sang mama. Namun waktu itu, mama nya lebih memilih menggendong Kesha ketimbang dirinya.

"Mungkin gue bukan anaknya!" gumam Kania. Saat papa Hendra sudah menghilang dari hadapannya.

Kania berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke lantai dua. Tempat dimana kamar nya berada. Ia akan tidur cepat malam ini. Kania takut, akan terjadi hal seperti tadi pagi.

Bangun kesiangan.

****

"Kania!!! Bangun nak!!! Ini udah siang, lho! Emang hari ini kamu gak ada kuliah?"

Suara teriakan nyaring dari bawah sana, membuat kedua bola mata Kania terbuka lebar.

Tatapannya kini beralih menatap jam dinding yg berada tak jauh dari jarak pandang nya.

"Astaga!!! Kok gue kesiangan mulu sih?" Kania berteriak. Kemudian ia melompat dari tempat tidur. Segera memasuki kamar mandinya dengan terburu-buru.

****

"Kebiasaan! Jam 6 baru bangun, gak solat subuh dulu!" sentak mama Andin. Saat melihat Kania yg berlari menuruni anak tangga dengan tidak sabaran.

"Kania berangkat ya, ma!" pamit Kania. Saat tubuhnya sudah berada di hadapan mama Andin.

"Gak sarapan dulu?"

"Gak keburu!" Kania segera menyalami tangan sang mama. Kemudian ia berlari menuju pojokan dapur untuk mencari sepatunya yg terakhir kali ia pakai.

"Ma! Sepatu aku yg kemarin di pake, mana?" teriak Kania, tidak sabaran.

"Udah mama cuci!" balas mama Andin, tak kalah meneriaki.

"What?"

Kania berlari meninggalkan dapur. Ia berlari menaiki anak tangga untuk kembali menuju kamar nya.

"Lho? Kok balik lagi?" seru sang mama. Keheranan dengan tingkah dari putrinya.

"Ngambil sepatu!" jawab Kania cepat.

Mama Andin hanya bisa geleng-geleng kepala. Atas tingkah ceroboh putrinya.

Tak lama kemudian, Kania kembali menuruni anak tangga. Dengan sepasang sepatu yg sudah melekat di kedua kakinya.

"Assalamualaikum, ma!" teriak Kania, buru-buru keluar dari dalam rumahnya.

"Wa alaikum salam" jawab sang mama jengah.

Saat Kania keluar dari pintu rumah. Tatapan matanya tertuju pada sebuah pintu garasi yg terletak di sebelah kiri dari pintu bagian depan rumahnya.

Kania melirik ke belakang. Berharap sang mama tidak ada disana. Karena di rasa aman, Kania pun berlari menuju garasi.

Ia mengeluarkan motor sport merah nya perlahan. Berharap sang mama tidak mengetahui.

Saat motornya sudah berada di luar halaman rumah, Kania pun segera menaiki motor sport nya. Kemudian menjalankan nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

"KANIAAA!!!" suara teriakan cempreng dari ambang pintu keluar. Yg tak lain adalah mama nya sendiri.

Mama Andin sudah berapa kali melarang Kania untuk tidak mengendarai motor sport ke kampusnya. Tapi terkadang, Kania tidak mendengarkan ocehan dari mama Andin. Dan malah dengan gesitnya membawa kabur motor sport itu menuju kampus.

To be continue...

Terpopuler

Comments

NisaMYamani

NisaMYamani

mungkin itu alasan Kania jd tomboi,merasa mmhnya lbh memperhatikn kakak laki-laki nya ketimbng dirinya 😒😒

2019-11-07

2

cantikkk

cantikkk

plizzzzzz up...gak sabar nungguinnya

2019-10-28

0

Anita Sari

Anita Sari

up lanjut yg byk thor seru

2019-10-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!