Ngawurnya Mulut Kania ini

"Hah? Elo?"

"Hus! Kania!" seru sang mama. Kania nampak menoleh sekilas.

"Jangan gak sopan gitu ah sama dosen kamu sendiri!" kata mama Andin.

Kania hanya ternganga. Kemudian tatapannya beralih pada Raka yg tengah terduduk manis di sebuah sofa milik keluarganya.

"Kok lo bisa tahu rumah gue?" Kania bertanya, masih dengan keterkejutannya.

"Dan lagi! Kok mama sama papa gue nerima lo gitu aja disini? Lo ngebuntutin gue?" cerocos Kania tiada henti. Mama dan papa nya hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah sembrono putrinya ini.

"Gak mau duduk dulu?" tawar Raka, menatap datar ke arah Kania.

"Gak!" tolak Kania sambil melipat kedua lengannya di depan dada.

"Kania! Duduk yg baik sayang. Gak boleh gak sopan gitu ah sama yg lebih tua!" ujar mama Andin, mencoba membujuk putrinya untuk segera duduk di sofa sebelah sang papa.

Kania berdecak. "Iya!" balasnya dengan nada jutek.

Mama Andin hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar sambil terus geleng-geleng kepala. Kemudian, tatapan mama Andin beralih menatap ke arah Raka.

"Oh iya, Raka! Kamu ada apa datang malem-malem ke rumah tante?" tanya mama Andin halus.

Kania terbelalak heran. Kok mamanya manis banget ngomongnya? Sama Kania aja ngomongnya jutek banget!

"Saya cuma mau mampir aja tante. Saya juga kangen sama anak tante!" jawab Raka tersenyum menggoda ke arah Kania.

Kania berpikir. Mamanya ini hanya memiliki dua anak. Satu Kesha-abang nya- dan satu lagi dirinya. Kedua mata Kania terbelalak. Kemudian tatapan nya beralih menatap ke arah Raka.

"Lo-lo-lo gay? Astaga! Lo suka sama abang gue?" celoteh Kania merasa kurang percaya.

Plak.

Mama Andin menepuk paha Kania. Kania menjerit sambil mengusap kasar area pahanya.

Kania mendelik ke arah sang mama. "Kamu ngomong apaan sih, Kan? Masa iya, Raka suka sesama sejenis. Jelas Raka itu suka nya sama kamu lah!" sentak mama Andin. Kania membulatkan kedua matanya tidak percaya.

"Sejak kapan, jadi kangen-kangenan? Perasaan ketemu juga baru sehari deh! Kenal juga baru!" Kania masih dengan wajah keterkejutannya. Kini tatapannya beralih menatap papa nya.

Kania menaikan kepalanya seolah bertanya 'ini kenapa sih?'. Tapi sang papa hanya bisa mengedikkan bahunya tidak peduli.

Suasana menjadi hening dan dingin. Mama Andin masih diam. Papa Hendra pun sama-sama saja. Namun, tiba-tiba saja suara sahutan Raka membuyarkan keheningan

"Nih!" sahut Raka. Menaruh sesuatu di atas meja di hadapan mereka.

"Hah? Buku?" tanya Kania tidak paham.

"Katanya mau baca buku ini! Tadi aja maksa-maksa sambil terus ngebuntutin. Sekarang, aku udah kasih tuh. Gak usah balikin lagi juga gak pa-pa! Ini khusus aku beli buat kamu!" tambah nya. Kania tambah bingung.

"Kok. Tiba-tiba lo baik?"

Raka menoleh. "Kalo gak mau juga gak pa---"

"Eeeh! Ok, gue terima. Makasih!" potong Kania. Kemudian tangannya mulai mengambil buku novel tersebut dengan cekatan.

"Oh iya. Btw, lo suka sama gue?" tanya Kania jengah. Ia melontarkan kalimatnya asal-asalan.

"Becanda kali, Kan!" jawab Raka sambil terkekeh pelan.

"Oooh..." jawab Kania ber oh-ria.

Sang mama mulai tidak peduli dengan sikap putrinya. Ia beralih menghadap Raka. Dan bertanya mengenai sesuatu pada laki-laki itu.

"Oh iya, Ka. Gimana keadaan papa kamu? Sehat?" tanya mama Andin begitu ramah dan sopan.

"Alhamdulillah, sehat tante!" jawab Raka sopan. Sekali-kali, Raka mencuri pandang ke arah Kania.

Dan yg di curi pandang malah tidak peduli.

Tak lama kemudian, Kania beranjak dari posisinya dengan sebuah buku yg masih setia ia baca.

Sang mama, papa dan juga Raka menatap heran ke arahnya. "Kamu mau kemana, Kan?" sahut sang mama.

"Ke kamar! Mau baca novel! Jangan ganggu Kania!" ujar Kania. Mama dan papa nya hanya bisa geleng-geleng kepala.

Sesaat tubuh Kania sudah berada di dalam kamar, mereka pun kembali rerfokuskan pada tujuan mereka membicarakan ini bertiga.

"Mumpung Kania udah di kamarnya, tante sama om mau minta tolong nih sama kamu!" ujar mama Andin mulai sedikit menjelaskan.

Raka terlihat sangat antusias untuk mendengar ucapan lanjutan dari mama Andin.

"Gini nih! Anak tante, si Kania itu. Aduh! Kelakuannya kayak cowok! Dia gak pernah pake gaun seksi kayak cewek-cewek muda seusianya. Dia gak pernah make-up. Cuman pake krim di wajah nya doang sama lipbalm doang. Aduh, tante jadi khawatir!" lanjut mama Andin dengan raut wajah seakan-akan benar-benar khawatir.

"Masa sih tante?" tanya Raka tidak percaya.

"Kamu gak lihat gaya berpakaian Kania kayak apa? Celana jeans. Kemeja longgar. Astaga! Gaya nya cowok, Ka!"

Raka nampak sedikit berpikir, sebelum ia menjawab ucapan dari mama Andin.

"Menurut aku sih, dia gak tomboy tante! Cewek-cewek lain juga ada yg berpenampilan kayak Kania!" kata Raka. Mama Andin menghembuskan nafasnya gusar.

"Masalahnya! Itu anak hobinya balapan motor, Raka!!!" sambar mama Andin. Raka terlihat terkejut.

"Hah? Apa? Ba-balapan motor?" tanya Raka, memastikan. Pasangan suami istri di hadapannya ini terlihat mengangguk kompak.

"Kamu gak tahu aja! Waktu itu tante suruh dia pergi ke kantor papa nya buat ngasihin dompet yg ketinggalan. Belum setengah jam, dia udah nyampe lagi di rumah! Jarak rumah ke kantor itu lumayan!" kata mama Andin menjelaskan kekhawatirannya.

Papa Hendra terlihat mengusap lembut punggung istrinya, mencoba untuk menenangkan sedikit demi sedikit rasa khawatir nya.

Mendengar penjelasan dari mama Andin, Raka merasa tidak percaya. Ia masih meragukan, apakah benar Kania hobi balapan motor? Datang dari rumah ke kantor lebih cepat mungkin belum bisa di sebut sebagai hobi balapan.

Cklek.

Suara pintu terbuka dari arah kamar Kania.

Mama Andin, Papa Hendra, dan Raka menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Ma! Di dapur ada makanan gak? Kania laper nih!" seru Kania. Berjalan mendekat ke arah ruang utama di rumahnya.

Kedua bola mata Raka terbelalak. Saking terkejut nya. Ternyata, mahasiswi yg baru ia kenal beberapa waktu lalu itu benar-benar sosok cewek yg tomboy.

Bagaimana tidak terlihat tomboy? Kania kini tengah mengenakan kaos longgar lengan pendek polos berwarna abu-abu. Dengan ujung lengan pendeknya yg di gulung sebagian. Dan jangan lupa, celana pendek di atas lutut berwarna biru toska, tengah ia pakai.

Raka melirik jam tangan yg melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Pukul delapan malam, tertera disana.

Harusnya sebentar lagi waktu tidur! Kenapa juga Kania mengenakan pakaian santai begitu? Bukannya pakai piyama tidur!

"Lho? Kok pada bengong sih? Gak ada makanan ya?" sahut Kania. Semua orang yg berada tak jauh darinya mulai menyadarkan diri mereka.

To be continue...

Terpopuler

Comments

Ria_💞💞

Ria_💞💞

lanjutkan author..

2019-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!